.DuaPuluhDelapan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Di sini."

Aku mendengar suaranya dan menyadari itu berada di lantai batu berlubang yang mengarah ke saluran air.

"Bibi Lumine melewati tempat bau seperti itu?" Rin terlihat enggan tetapi aku tidak banyak menanggapi dan berusaha menarik lantai batu melalui satu lubang sedikit panjang di tengahnya. Meski berat tetapi lantai batu itu tidak sulit untuk dibuka, dan di sana ada tangga batu ke bawah yang sempit dan melingkar. Aku jadi teringat dengan arsitektur labirin dulu karena persis seperti ini meski yang membedakan ini terbuat dari batu yang licin dan bau karena di ujung tangga ini adalah saluran air kota Marroiak.

Melewati pinggiran kanal air yang gelap dengan petromaks kecil, aku menyuruh Rin untuk hati-hati. Tikus itu terlihat--karena kalungnya--dan mengantarkan kami ke belokan buntu dan tikus itu kemudian berbicara lagi untuk mendorong dinding batu dari belokan buntu itu.

Voila, ketika didorong dan bergerak, muncullah tangga melingkar dari batu lainnya di lantai. Kami menuruni tangga tersebut dan menemukan pintu besi lain yang ketika dibuka menjadi sebuah ruangan yang amat besar dan luas. Tidak lupa dengan beberapa roket besar di sana. Tidak lupa, ruangan ini sangat terang benderang sekali. Seperti di laboratorium labirin itu. Ini kedua kalinya aku melihat lampu besar seumur hidup ini.

Rin tiba-tiba berlari ke salah satu sudut ruangan ini dan aku menemukan Lumine tengah duduk di sana dengan kondisi yang agak memprihatinkan. Perban luka kotor yang berserakan, remahan makanan sisa, dan juga baju lusuh yang menumpuk. Agak tidak cocok dengan semua pencahayaan indah di sini.

Tidak lupa, aroma tidak enak keluar darinya.

"Lumine? Kau tak apa?"tanyaku yang dibalasnya anggukan sembari bangun dari duduk di lantainya.

Lumine bangun dan menunjukkan tangan robotnya.

"Eildia awalnya tidak berencana memberikan tangannya ini, tetapi ia memberikannya padaku ketika aku datang padanya. Padahal yang dibutuhkan hanyalah satu jari ini. Dia robot hebat yang memiliki sifat simpati."

Ia kemudian tersenyum dan memelukku serta Rin. Ia sangat merindukan kami (terutama Rin), tetapi Eildia menyuruhnya untuk tidak sampai ketahuan Nyonya Velothia. Terutama lokasi beberapa roket ini.

Aku setuju, karena ini bisa bahaya bila memberitahukan pada Velothia.

"Jadi, apa yang akan kau lakukan, Triste? Kau sudah sampai di sini. Peninggalan leluhurmu. Akan kau apakan?"

"Sebenarnya aku terpikir untuk menghancurkan langit. Kalian sudah tahu kan, langit Quartam dilapisi cangkang?"

Rin dan Lumine mengangguk. Rin kuberitahu saat kami masih di rumahku, sedangkan Lumine tahu dari Eildia. Ia diberi sedikit informasi dari tangan robotnya yang kini menempel di tubuhnya itu. Katanya, ketika tangan itu menyambung, seluruh informasi yang diketahui Eildia terhubung dengannya dan ya itu sangat membuatnya kesakitan berhari-hari atau terkadang masih sampai sekarang. Bisa kau bayangkan urat arteri dan vena menyatu dengan kabel-kabel mikroskopik dari logam di mana sistem kerjanya seperti jantung di luar tubuh atau alat cuci darah.

"Dan aku pernah mendengar mengenai ulang tahun ke-17mu.  Kupikir itu hanya sebuah formalitas kau dianggap telah dewasa. Padahal kau sendiri telah memasuki labirin itu belum genap berusia 17 tahun."

Rin mengkonklusikan hal secara acak kepadaku. Aku mengiyakan karena kupikir juga begitu, entah aku pernah membahas hal ini atau belum sebelumnya, kupikir Rin sengaja memberitahukan hal ini ke Lumine.

"Dan kapan ulang tahunmu itu?" tanya Lumine.

"Besok, dan kukira sepertinya badai Kiavile mulai menerjang, kata orang-orang hari ini," kataku sembari melihat lampu putih yang bergoyang goyang di langit gudang ruang ini. Padahal kita ada di bawah tanah yang berarti goncangan dari atas sangat besar.

"Tunggu, badai Kiavile tidak mengakibatkan gempa lho!" seru Lumine yang membuatku bersitatap denganku dan Rin. Aku jadi mengerti dan menatap Rin.

"Mungkinkah?"

Ngungg

Brakk

Dari langit-langit gudang, ada sesuatu yang muncul dan lancip. Lampu mati sesaat tetapi menyala lagi berwarna merah, seperti tanda bahaya. Dan sebuah alat pengebor itu bahkan sampai membuat lubang seukuran manusia dan jatuh di dekat kami lalu rusak.
Alat mahal ini...

Betul, itu kesatria Velothia, yang jatuh dari atas dan kemudian mengadahkan tangannya dan menerima Velothia yang jatuh dari atas juga. Ia kemudian turun dari gendongan dan berjalan minggir dari lubang. Rupanya ada beberapa kesatria lain yang juga ikut turun.

Ia tersenyum tidak bersalah dan menatap kami bertiga yang terperangah.

"Terimakasih Rin, telah membawa kemari. Alat pelacak di bajumu sangat berguna," katanya yang membuatku syok dan segera memeriksa baju Rin. Lalu menemukan sesuatu sangat kecil di punggungnya. Sangat tidak terlihat terutama di tempat remang-remang.

"Aku harus berterimakasih pada kalian, tetapi kalian harus ditangkap, kalian pengkhianat," katanya yang kemudian menyuruh kesatrianya menangkap kami bertiga. Sebuah skenario melintas di otakku, Velothia sengaja muncul bukan hanya untuk memperingatkan kami mengenai buah itu tetapi juga memancing Lumine!

Lumine tidak tinggal diam, dia mendorong, memukul dan menendang para kesatria itu. Itu cukup berhasil dengan tangan Cyborgnya yang rupanya sangat kuat. Namun, yang jadi masalah adalah Rin. Dia tertangkap ketika mencoba menghindar, dan dalam genggaman tangkapan itu. Kesatria yang menangkapnya mengeluarkan pedang dan ...

Memenggal kepalanya.

"Rinnn!" Lumine berteriak. Aku juga syok, tetapi aku tidak bisa tinggal diam. Adegan kematian orang tuaku terlintas di kepalaku lagi dan aku jadi tidak bisa berdiam diri dan menarik Lumine lari.

Kami lari sangat kencang, tidak lupa, sensor tangan Lumine membantu menutup semua pintu yang rupanya memiliki sensor otomatis untuk menghambat mereka. Lampu-lampu juga mati dibuatnya.

"Rin!!" Lumine menangis tersedu-sedu begitu kami cukup jauh berlari di atas kota Marroiak dengan hujan badai Kiavile yang sesungguhnya tidak baik untuk badan.

Aku mengajak Lumine berteduh di depan sebuah ruko tutup dan memeluknya, menenangkannya.

"Triste, Rin.... Itu mimpi buruk kan? Mimpi buruk kan?" Lumine semakin tidak karuan. Aku juga tidak karuannya untuk dapat menjawab retorisnya. Ini begitu menyakitkan. Namun, itulah Velothia. Velothia yang tak segan memerintahkan membunuh pembangkang. Siapa pun itu. Sekali pun, kami bisa membebaskan semua orang dari neraka tanpa Eguskiavile ini.

Ya, dan pertanyaan Lumine yang belum kujawab tadi, akan kujawab sekarang. Aku akan menggunakan roket itu untuk menghancurkan cangkang ini.

Cangkang neraka yang membiarkan kami semua membusuk di dalamnya. Cangkang langit Quartam ini. Aku akan memecahkan cangkang sialan ini.

Lumine masih terus-terusan menangis hingga tertidur memanggil-manggil Rin. Bagiku, Lumine yang mirip seperti Velothia--ketika berbicara dengan tenang dapat seemosional--ini menandakan ikatannya tidak dapat dibohongi. Aku jadi penasaran, tidakkah Velothia juga dapat merasakan hal seperti ini? Seperti aku kehilangan orangtuaku, dan Lumine kehilangan keponakannya.

Andai ada satu orang saja yang sangat penting di hidupnya. Akan kupenggal kepalanya di depan Velothia. Akan kubuat dia merasakan apa yang kami rasakan.

Rin, sekarang kau telah pergi bersama orangtuamu. Di tangan yang sama dengan penyebab kematian orangtuamu. Pencipta buah biru, perdana menteri Quartam, dan seseorang yang bernama Velothia.

~
1041 kata
ai dunno wht shld i said. ini agak melenceng dari kerangka cerita yang kubuat. efek aku buntu dengan cerita ini :") semoga bisa tamat bulan inii. aamiin

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro