.DuaPuluhSembilan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku pergi ke tempat persembahyangan Zet lagi, dan menemukan ruangan besar itu kosong, bersisa dirinya di altar paling ujung. Meski demikian, lilin masih menyala dan ia tengah bersimpuh menghadap langit-langit yang baru kusadari dilukis Eguzkiavile yang agung.

"Zet," kataku yang mengalihkan dirinya kepadaku lalu bangun dari simpuhannya. "Apakah aku mengganggu?"

Zet menggeleng dan tersenyum semringah padaku. "Wahyu baru saja turun, dan hari itu semakin dekat. Pembebasan dari Neraka dunia ini semakin dekat. Jadi apa yang bisa kubantu? Yang mulia Triste."

"Kenapa kau memanggilku demikian?" Aku sedikit iritasi dengannya yang memanggilku demikian.

"Kau adalah buah dari percabangan dua akar dunia ini. Buah yang menjadi kunci dan petunjuk segalanya. Bagaimana bisa tidak mulia?"

Aku sangat merasa ngeri padanya, tetapi aku tidak punya pilihan lain selain minta tolong padanya di malam yang sangat dingin ini, menggendong Lumine pula--ia kuberi obat tidur agar tidak terus-terusan tantrum menyalahkan dirinya. Aku butuh naungan yang setidaknya bisa membuatku beristirahat sejenak. Kembali ke rumah Kinara itu tidak mungkin. Tempat itu sudah diketahui Velothia.

"Aku butuh tempat tinggal sampai besok. Kumohon."

Zet menyetujuinya, dan ia mengizinkanku untuk tinggal di rumahnya sementara ia akan tinggal di tempat peribadatan. Katanya Wahyu yang ia terima bisa saja datang lagi mengingat hari yang ia tunggu semakin dekat. Pembebasan Eguzkiavile katanya, yang sebenarnya kupahami juga satu visi denganku.

Aku diantar olehnya ke rumahnya, katanya besok pagi ia akan mengirimkan orang yang membantu perbekalanku. Aku tidak terlena, bagaimana pun ada nyawa lain lagi yang tengah jadi tanggung jawabku. Lumine. Jadi, aku tetap was-was.

Sampai di rumah Zet. Aku mengantarkan Lumine ke tempat tidur. Ia cukup enteng karena sepertinya ia tidak makan dengan baik, dan obat tidurnya bekerja dengan baik. Oleh sebab itu kuyakin ketika ia terbangun nanti ia sudah normal. Jadi kupersiapkan pesan, serta memutus satu jari robot telunjuknya. Jari yang Lumine maksud sebagai kunci semua perangkat Eildia. Aku tidak tahu mengapa, ia tidak merasa kesakitan.

Pagi-pagi buta yang harusnya menjadi hari ulang tahunku. Kuputuskan menjadi hari revolusioner bagiku untuk melawan Velothia blak-blakan. Pertama-tama menciptakan peluang untukku pergi ke gudang itu lagi. Menyalakan roket itu. Menetapkan titik penghancurkan langit. Dan memberangkatkan roket itu.

Sebenarnya agak sulit setengah mati ketika aku kembali ke tempat itu. Tubuhku gemetaran dan bayangan Rin di sana melintas. Beberapa kali aku teringat kehangatan tubuhnya yang menempel padaku saat kedinginan atau dia yang tidur di pangkuanku. Seakan-akan aku jadi melemah karena teringat padanya. Namun, aku tidak bisa lemah. Ada nyawa lebih banyak orang akibat kerugian ini.

Kulewati jalanan kemarin dan mendekat pada komputer utama Lumine. Namun, tentunya gudang itu dijaga oleh banyak penjaga. Tidak sebanyak yang seharusnya, mengingat bukankah ini benda penting yang harusnya tidak boleh diketahui masyarakat sipil. Harusnya dijaga rapat-rapat.

"Kau sudah dengar? Nyonya Velothia ditangkap."

"Apa? Bagaimana bisa?"

"Buah biru yang tren belakangan ini. Ada efek sampingnya, Yang Mulia Puteri jatuh sakit karena ini."

"Kau bercanda?"

"Tidak, aku serius. Saudaraku pelayan puteri dan dia mengerti sendiri seberapa parahnya penyakit puteri."

"Memang apa yang terjadi dengan putri?"

"Dia membusuk."

Aku terjerembap dan membuat pengawal-pengawal itu menyadari keberadaanku. Tentu saja aku lari begitu ketahuan dan berhasil kabur sembari lenyap di kegelapan Quartam. Hal yang kudengar dari para pengawal membuatku merinding. Apa yang ada di catatan Kinara itu benar.

Sebenarnya aku menemukan catatan kecil lain di dapur saat menghangatkan makanan. Catatan itu tidak jelas. Tetapi seperti dugaan cara berpikir Kinara yang semula kuabaikan.

Isinya seperti. Metabolisme yang dipercepat tentunya memiliki nilai usia stagnansi sebentar yang kemudian akan langsung jatuh. Kejatuhan dari suatu hal yang dikaitkan dengan metabolisme cepat adalah berhentinya metabolisme itu yang mana akan mengakibatkan kematian jaringan.

Aku tidak tahu apa itu metabolisme, yang jelas metabolisme mungkin terjadi setelah memakan buah biru karena aku tahu apa yang dimaksud dengan kematian jaringan. Yakni pembusukan jaringan tubuh. Seperti pada jaringan tanaman dan itu membuatku mengeri.

Namun, aku tidak tahu kasusnya ternyata pada buah biru dan itu pada manusia. Apa lagi kalau bukan tentang itu. Pantas saja Kinara dan Merlein benar-benar marah mengenai buah biru.

Aku teringat paket buah biruku yang mungkin sudah sampai di rumah Kinara. Juga, Bon yang dengan sekejap bisa memiliki kaki sehat dan sempurna.

Ke mana dia pergi setelah aku mengusirnya?

Tempat yang mungkin didatangi saat ini adalah....

Rumah sakit.

Memang mana lagi tempat yang bisa didatangi olehnya, ketika ia sendiri sedang dalam kondisi usai memakan buah biru yang mengerikan?

Aku keluar dari bawah tanah dan mendapati sedikit keramaian di atas tanah. Ada rumah yang terbakar dengan beberapa orang diam mengerumuninya. Tidak ada tanda-tanda ada orang yang berniat menyelamatkan orang yang tengah terpanggang di dalam sana. Jeritannya menyakitkan, tetapi yang lebih menyakitkan adalah kediaman mereka yang hanya menunggu pemadam kebakaran tiba agar api tidak menyebar.

Aku berniat menolong dan masuk tetapi dilarang oleh salah satu mereka. Katanya orang yang terbakar itu mengalami pembusukan dan takutnya itu menyebar. Mereka tidak tahu itu karena apa.

Aku langsung mengernyit karena tahu kalau pembusukan itu tidak akan menyebar semudah itu. Namun, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk menggiring opini ke arah yang benar. Mereka semua satu persatu akan mulai mengerti nantinya, karena semasif apa penjualan buah biru itu dan dampaknya nantinya.

"Apakah kalian yang menyalakan apinya?" tanyaku tiba-tiba mengingat tatapan tidak sukanya mereka dengan seseorang yang sudah diam di sana. Barangkali ia menjadi abu, atau sudah pasrah dengan hidupnya.

"Ya, benar." Salah satu dari mereka mengatakannya dengan tegas. Bukan ibu-ibu yang mencegahku, kali ini seorang bapak-bapak.

Seketika itu aku naik pitam dan memberikan informasi yang seharusnya tinggal menunggu waktu semua akan terungkap. Meski ini hanya dugaan.

"Pembusukan itu tidak akan menular. Kecuali kalian telah memakan buah biru."

Kataku sembari keluar dari kerumunan dan bergegas pergi ke rumah sakit. Bon sudah tidak memiliki siapa pun di sini. Meski dia hanya rekan spesialku 24 jam dan juga hanya teman lama yang menyebalkan setelah akhirnya bertemu. Aku tidak bisa meninggalkannya.

Sayangnya rumah sakit sudah kebanjiran orang dengan gejala serupa dan penyebab yang hampir sama oleh semua orang. Aku tidak menemukan perawat di resepsionis, atau pun ruang jaga. Namun, aku melihat mereka banyak mondar mandir dengan banyak orang tertidur di atas bed lorong, tempat semua orang harusnya di dalam kamar.

Ada yang menangis, ada yang bingung, ada yang pasrah. Dan aku menemukan Bon di antara orang-orang dengan bed-nya di lorong. Ia terlihat berbeda sekali barang beberapa hari.

~
1029kata
230223

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro