.DuaPuluhLima

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kak Bon jadi bagaimana?" tanya Rin tiba-tiba ketika kami pergi menyusuri gang-gang sempit untuk ke rumah Kinara. Aku menjawab dengan yakin mereka tidak akan melakukan sesuatu pada Bon. Alasannya? Kepercayaan mereka yang kutahu tidak sampai membunuh orang.

"Tunggu. Sejak kapan kau memanggil seseorang dengan sebutan embel-embel selain pada Nyonya Velothia?" Kinara menyergah tidak percaya dengan cara Rin memanggilku dan Bon. Ia juga sedikit menambahi terkadang Rin bahkan lupa menambahi embel 'nyonya' pada Velothia yang membuat seringkali dirinya atau Lumine tercekat ketika mengobrol dengan Rin.

Rin hanya tertawa pura-pura bodoh dan merayu Kinara.
"Kak Kinara. Itu tidak penting sekarang. Apakah rumah kakak masih jauh? Jujur aku lapar. Dan ini sudah malam bukan? Kami belum makan siang dan malam. Perbekalan kami ada di Bon." Rin berkata dengan wajah memelas merayu Kinara dan Kinara hanya mendesis sebal. Merlein menenangkan keduamya dan mengatakan sebentar lagi mereka akan sampai di rumah mereka.

"Anggap seperti rumah sendiri ya, dan  mari kita mengobrol Rin, Triste. Apa yang sebenarnya terjadi." Merlein mempersilakan kami duduk di ruang tamu yang disediakan sofa ini. Dilihat dari luas rumahnya, ini beberapa kali lipat lebih besar dari Zet. Meski letaknya sangat terpencil dan hampir berbatasan dengan kota yang lebih buruk keadaannya dari Marroiak ini, kota Rotaya.

"Jadi, setelah aku mengurus Tikus. Kinara menungguku. Apa yang terjadi?"

Aku mengatakan dengan singkat beberapa kesimpulan yang terjadi.

-Bon terluka, Kinara tahu hal ini
-Orleya tinggal di ruang harta karun
-Adikku mata-mata Velothia lalu terbunuh Monster
-Lumine yang pergi dahulu dan menghilang

"Aku turut berduka untukmu Triste," kata Merlein dengan penuh simpati. Aku mengatakan terimakasih sembari sedikit sesak teringat kejadian itu lagi. Dan kebetulan bersamaan dengan munculnya Kinara membawa nampan makanan. Itu disambut bahagia Rin yang memecah suasana.

"Tunggu, ini dari gandum sintetik?" Rin mengernyit sembari memperhatikan roti yang disodorkan dan sup hangat di mangkuk.

"Sudah jangan banyak komentar. Makan atau kalau tidak mau yasudah. "Kinara mengomeli Rin yang saat ini tengah menatapnya sebal. Ia takut tetapi juga lapar. Namun, tiba-tiba tatapan Kinara melembut pada Rin.

"Kau tidak akan mati seperti orangtuamu. Mereka tidak mati karena makan hal seperti ini. Mereka memakan hal lain," kata Kinara sembari berbalik tidak menatap Rin. Rin kemudian mendongakkan kepalanya menatap badan Kinara yang berlalu pergi. Ia meminta penjelasan.

"Bagaimana kalau kalian makan saja dulu?" Merlein meminta Rin yang seperti akan menangis untuk makan. Ia menuntut dijelaskan maksud dari ucapan Kinara. Rin sedikit bercerita padaku mengenai semua orang di istana hanya mengatakan kalau orangtuanya memakan makanan sintetik makanya mereka meninggal.

Merlein kemudian menyusul Kinara yang pergi masuk ke kamar dan aku bersama rin yang terus mengunyah roti yang dimasukkan di kuah sup.

Keheningan ini kembali pecah saat ada seseorang yang mengetuk pintu. Kinara melongokkan kepala dari kamarnya dan kemudian disusul Merlein yang keluar dari kamar. Ia membukakan pintu karena memang tidak pantas rasanya aku dan Rin yang membukakan pintu. Sebelumnya Merlein terlihat mengintip terlebih dahulu, dan sosok dibalik pintu yang dibuka membuatku tercengang.

"Bon bagaimana kau bisa kemari?" Aku bertanya karena sangat tahu tadi Bon kesakitan sedangkan sekarang sudah bisa pergi ke sini yang cukup jauh.

"Sebenarnya aku memasang pelacak padamu. Triste. Aku sudah menduga akan jadi beban. Jadi, aku gunakan itu untuk menyusul saat terpisah."

Rin langsung meletus. Ia menatap Bon dengan tatapan marah lalu menghentakkan supnya dan menghampiri Bon dengan cepat.

Sebenarnya aku sedikit marah karena dipasangi pelacak seperti ini tanpa pemberitahuan. Namun, bukan itu yang menjadi masalah saat ini. Ini lebih ke arah bagaimana Bon bisa sampai ke sini dan kakinya ... Kakinya aneh.

Seperti kaki sehat.

"Kau sialan! Kau tahu itu bukan hal baik kan?" Rin marah-marah dan mengomeli Bon panjang kali lebar terlepas usianya yang masih kanak-kanak. Sedangkan aku bangkit dari sofa, mendekati Bon, menunduk dan menyentuh kakinya. Bon menatapku berbinar ketika mata kami bertemu usai memeriksa kakinya nyata. Padahal baru berapa jam yang kutahu, ia menggunakan kaki palsu. Kini menjadi kaki betulan.

"Triste. Aku bisa menjadi prajurit lagi. Aku bisa lebih berguna lagi sekarang," kata Bon yang langsung memelukku. Aku masih tidak percaya dengan kemendadakan ini.

Kinara muncul tiba-tiba di antara aku dan Bon lalu ia memeriksa kaki Bon dengan cepat. Bahkan memaksanya bersandar pada tembok lalu mengangkat kakinya.

Aku, dan Rin mundur dari inspeksi mendadak Kinara. Sedangkan Merlein ikut bergabung pada kami.

"Kau memakan buah biru?" tanya Kinara dengan nada yang keras.

Bon samar-samar mengangguk dan ini membuat Kinara berteriak mendadak. "Astaga, astaga. Velothia sudah mengetahui keberadaan kita. Sayang! Kita harus pergi! Kita harus pergi!" Dia berteriak kesetanan dan memeluk Merlein.

Aku tidak mengerti apa kaitannya buah biru, buah yang kuketahui buatan Velothia dan keberadaan mereka dari Velothia. Ini menimbulkan tanda tanya yang sepertinya dimengerti Merlein. "Tidak sayang, keberadaan kita sudah diketahui sejak preman jalanan menghadang kita. Aku yakin dari sana. Oleh sebab itu ia mengirim Bon kemari dengan berawal dari Triste."
Merlein menjawab Kinara tetapi itu lebih seperti ditujukan kepada kita semua. Termasuk Bon yang masih tidak mengerti dengan tampang yang sangat terlihat jelas di wajahnya.

"Maksud kalian apa?" Bon sama tak mengertinya denganku

"Misimu apa Bon? Beritahu secara jelas." Kinara menyudutkan Bon dengan menariknya masuk dari pintu dan mengunci pintu rapat-rapat.

"Aku ... pergi ke Marroiak," kata Bon yang sedikit terdengar ragu-ragu.

"Kemudian?" Kinara masih terus menyudutkan Bon dengan tatapan mengintimidasi yang membuatku mengeri. Aku tahu Kinara memang galak, terlebih bila itu menyangkut dengan Merlein.

"Mencari informasi mengenai profesor Welde melalui Triste."

Ada sesuatu yang mencelus di hatiku. Jadi selama ini ia mendatangiku dan Rin karena misi. Aku merasa telah dibohongi oleh kepercayaanku yang tinggi padanya. Rin sepertinya juga mengerti, ia kemudian memegang tanganku.

"Atas perintah Nyonya Velothia?" Kinara masih menginterogasi.

"Be-be-"

Bruuk

Tinju Merlein melayang secara mendadak dan itu membuat Bon terpelanting  dan terpukul pinggiran kursi. Dengan kecepatan itu aku melihat Merlein ngos-ngosan dengan wajah memerah.

"Sayang! Jangan lakukan itu! Efek sampingnya akan tambah parah saat nanti muncul!"

Aku tidak mengerti mengapa Kinara begitu pada Merlein terlebih yang dibahas adalah efek samping. Apa masih ada bagian tubuh Merlein yang terluka?

"Sayang, tenangkan kepalamu. Kau beres-beres saja dan malam ini kita pergi. Akan kujelaskan kepada para bocah bodoh ini."

Bon sudah bangkit dan bibirnya berdarah, aku ingin membantunya bangkit tetapi entah kenapa tidak jadi karena ada rasa sedikit marah padanya. Meski bila ditelaah lebih lanjut aku lah yang bodoh tidak menanyai detail lebih dahulu bagaimana Bon bisa muncul di hadapan kami dan percaya begitu saja padanya. Melepas harga dirinya sebagai prajurit begitu saja tanpa ada sesuatu untuk sekadar berkunjung ke rumahku untuk berlibur. Itu sangatlah aneh. Aku terlalu bodoh percaya dengannya padahal hanya dekat dengannya satu hari yang panjang.

"Velothia sudah merencanakan ini. Ia pasti memgirimmu mendekati Triste untuk bertemu hal-hal yang penting dan dia juga akan memata-mataimu entah melalui apa. Aku sangat yakin dan ini sangatlah masuk akal bagaimana bisa ia melepas Triste dengan begitu mudahnya. Triste kau adalah kunci pentingnya.

"Terlebih cerita masa lalu ayahmu dengan wanita itu." Aku mengerjap tidak mengerti. Bon sebelumnya juga mengatakan hal ini. Dan aku mendapati semua orang di sini kecuali Merlein yang pergi ke kamar tidak berani menatapku. Ada apa ini? Aku pun meminta penjelasan.

"Velothia mengejar-kejar Ayahmu. Dan kuyakin dia melunak padamu."

Aku minta penjelasan lanjut tetapi Kinara tidak mau berkata apapun lagi dan kebetulan karena ia dipanggil oleh Merlein. Terlihat seperti Merlein meminta bantuan Kinara entah apa yang dibicarakan di dalam kamar. Setelah itu Kinara kembali lagi ke kami.

"Kami akan pergi sebentar lagi. Terserah akan kalian gunakan apa rumah ini. Lagipula pada awalnya rumah ini bukan milik siapa-siapa. Dan akan aku beritahu sesuatu mengenai buah biru itu."

Kinara menatap Rin dengan tatapan yang tidak kumengerti. Lalu ia melanjutkan sesuatu yang harus ia beritahukan ke kami. "Ini buah sintetik yang pernah dikembangkan oleh orangtuamu Rin. Aku tahu karena aku petugas kesehatan yang menangani permasalahan-permasalahan dari laboratorium Velothia."

Mata Rin melebar dan ia meraih tangan Kinara meminta penjelasan dengan gemetaran.

"Aku tahu semua orang di istana menyembunyikannya. Beritahu aku."

~
1258 kata
Aku harap sebagian misteri mulai kalian pahami :"
dan ada yg sengaja saya tunda juga. uhuk. Tapi kalian jadi paham korelasinya kan XD

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro