🌙 Empat

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ketika kecil dulu, ibu pernah berkata kalau Ayah kandungku itu orang yang hebat. Beliau adalah sosok yang cerdas, bahkan beliau diharapkan untuk tinggal di pulau cahaya. Namun, ayah menolaknya, ia memilih hidup bersama ibu dan aku di gelap. Yang jelas, pemerintah dulu hanya menginginkan Ayah, tidak dengan ibu atau pun aku yang mungkin belum lahir di dunia.

Ingatanku menerawang ke masa lalu ketika aku membaca kalimat awal ratusan surat yang menyatakan turut berduka cita atas ayah kandungku yang hilang di laci tempat ibu menyimpannya. Aku hanya geleng-geleng kepala ketika mencoba membaca kembali surat tertanda dari Velothia ini.

Enam keturunan sebelumku adalah profesor Welde. Profesor Welde adalah penyelamat manusia dari kepunahan di bumi bersama profesor Abellain.

Kata surat itu, ia telah menyusupkan DNA yang tidak akan pernah hilang ke anaknya hingga keturunan ke tujuh, dan di keturunan terakhir DNA itu bertahan, anak itu akan menjadi kunci beberapa hal penting mengenai dunia ini.

Dan itu adalah aku?

Aku mencoba membaca beberapa paragraf berikutnya dari surat tulisan tangan yang terdiri dari beberapa lembar.

Banyak yang mengatakan kalau dua peneliti itu memilih planet yang salah untuk pindah dari bumi. Awalnya tidaklah salah, hingga suatu ketika mereka mengetahui sesuatu.

Dua peneliti itu berusaha sekuat tenaga untuk menciptakan sesuatu. Tidak diketahui apa itu, karena semua bukti mengenai apa itu dan data-datanya dibawa proffesor Welde ke labirinnya. Dan ia meninggalkan pesan untuk Profesor Abellain. Keturunannya ke-tujuh saat berusia tujuh belas yang membawa kunci DNA untuk mengakses semua itu.

Tersisa dua kertas lagi yang harus kubaca, aku memilih membawa buku itu dan surat itu ke tempat duduk yang tersedia.

Aku merenung memikirkan ancaman Velothia. Ia memrediksikan akan terjadi badai Kiavile bulan depan, jika aku menunda keberangkatan hingga usiaku 17 tahun. Gris, Marroiak dan beberapa kota kecil lain akan menjadi korban. Entah mengapa aku tidak ingin kota-kota kecil tempat semua kenangan dengan keluargaku hancur.

Namun, untuk apa Velothia tidak ingin kota kecil seperti itu hancur juga? Bukankah ia yang berada di pusat pemerintahan akan aman saja? Apa ia memiliki keluarga di wilayah gelap? Tapi, setahuku Velothia sudah tidak memiliki keluarga. Apakah ia benar-benar peduli dengan wilayah gelap?

Aku memikirkan kemungkinan-kemungkinan mengapa Velothia peduli dengan wilayah gelap. Padahal pemerintah tidak pernah memedulikan nasib rakyatnya, terutama nasib rakyat wilayah gelap.

Yah, yang semua orang tahu, pemerintah mencoba peduli--walaupun sebenarnya hanya kepura-puraan--dengan mengadakan program-program yang tidak akan membantu banyak.

Aku mencoba meregangkan badan. Sudah cukup lama aku membaca surat-surat panjang ini. Kumasukkan lagi surat itu pada amplopnya dan menaruhnya di dalam buku. Sekali lagi, kupandangi sampul buku itu. Ada sesuatu yang menarik perhatianku. Erion O'leansey.

Penulis buku bergambarnya Erion O'leansey?

Ayah? Aku tidak pernah tahu buku yang ini.

"Hei."
Seseorang menepuk bahuku dari belakang. Aku menoleh dan untuk kesekian kalinya aku mengerutkan dahi.

"Kenapa kau selalu mengikutiku?!" pekikku.

Bon hanya menatapku datar. Ia kemudian menarik tanganku menuruni tangga dan keluar dari perpustakaan ini. Tak lupa juga kubawa buku dongeng yang kubaca.

"Ini, sudah larut. Kau harus tidur," ujarnya yang masih terus menarik tanganku.

"Aku mau tidur, atau tidak itu bukan urusanmu!"

Sejenak ia kemudian berhenti, melepaskan tanganku tetapi kemudian malah memanggulku. Aku meronta dan berteriak padanya. Pelayan yang lewat hanya bisa diam dan hormat pada Bon.

Cih, menyebalkan.

Ia mengantarku sampai ke dalam kamar.

"Maafkan aku. Sayangnya ini perintah. Aku tidak akan membiarkan kau sakit karena kurang tidur," ujarnya seraya menutup mataku.

Anehnya, aku menjadi mengantuk setelahnya. Apakah itu yang namanya hipnotis? Aku membacanya di buku sekolah dulu.

Dan yang terakhir kurasakan, aku tidak mampu mendekap buku dongeng buatan ayah erat-erat.

*

Cahaya masuk melalui celah-celah penglihatanku. Cahaya itu menyilaukan mataku. Sepertinya aku sedang berada di alam mimpi yang mana memiliki cukup banyak cahaya yang hangat.

"Dear, bangunlah. Kau harus bersiap."
Seseorang membelai rambutku. Jika aku berada di alam mimpi saat ini. Maka, itu pasti ibuku.

"Sebentar bu, aku ingin tidur dengan kehangatan sinar ini. Ehmm," erangku.

"Kau bisa menikmati sinarnya ini nanti lagi, kau harus bangun."

Tubuhku terasa seperti digoyang-goyangkan. Dengan mengantuk, kubuka mata dan menguceknya.

"Selamat pagi, sayang. Kau harus segera bersiap menemui raja hari ini. Aku dan adikmu akan menunggumu di ruang makan."

Kulihat sosok Velothia hari ini. Ia memakai pakaian berwarna biru yang serasi dengan mata biru safirnya. Rambut yang kemarin dijalin menyamping kini digulung. Tak lupa juga ia mengenakan topi biru kecil di atas rambutnya. Ia benar-benar cantik hari ini, walaupun dengan dandanannya yang masih menor.

"Aku sudah membaca semua suratmu kemarin. Bolehkah aku ber-" Velothia mengatup bibirku dengan jari telunjuknya, menyuruh diam.

"Kita akan membicarakan itu sebelum kau menemui raja, hanya saja saat ini kita perlu bergegas."

Ia tersenyum kemudian beranjak dari ranjangku. Lalu memerintahkan pelayan ini dan itu.

Aku turun dari ranjang dan menyibak seluruh gorden yang tadinya terbuka sedikit. Ini pertamakalinya bagiku melihat cahaya Eguzkiavile.

Benar-benar ..., cantik.
Cahayanya berwarna putih. Terkadang ketika melewati medium tertentu berubah menjadi warna-warni. Aku tidak bisa menguraikannya dalam kata-kata. Yang penting Eguzkiavile benar-benar cantik.

*

Kini. Aku sudah berbalut gaun setengah lutut yang benar-benar cantik. Berwarna hijau persis seperti manik mataku. Katanya ini terbuat dari sutera mahal. Aku hanya dapat menenggak ludahku sendiri. Pakaianku sehari-hari saja hanya kain katun yang imitasian.

Aku menemukan Erlya di ruang makan. Hanya ada kami berdua.

"Nyonya Velothia tidak jadi ikut makan bersama kali ini. Ia sedang mengurus sesuatu terkait penelitiannya," ujar Erlya yang masih terus menyendok sesuap nasi ke mulutnya tanpa melihatku.

Erlya mengenakan gaun sederhana berwarna kuning cerah. Namun, kuyakini suasana hatinya tidak secerah gaunnya.

Aku menjadi merasa bersalah melihatnya yang masih kecil sudah sebatang kara. Kupikir kemuramannya ini karena kenyataan pahit ini. Orangtua kami....

"Erlya ..., maafkan aku. Gara-gara aku...."

"Diam...."

Aku melihat Erlya yang tengah menunduk dan tidak menyentuh sendoknya lagi. Air matanya menetes ke gaunnya.

Melihatnya menangis membuat hatiku teriris.

"Maafkan aku...."

"Kubilang diam!" bentaknya sambil memukul meja, kemudian menatapku nyalang.

"Aku sudah mencoba menahannya dari kemarin. Dan ketika melihatmu. Kau mengingatkanku lagi!" ia berjalan ke arahku sembari membawa pisau buah yang ia ambil dari meja.

"Seharusnya ayahku tak pernah bertemu denganmu dan ibumu! Seharusnya aku dan ayahku tidak terikat dengan takdir garis keturunanmu! Gara-gara kau...." ia terus mendekat dan itu refleks membuatku mundur menjauhinya. Terlebih karena tindakannya yang mencurigakan.

"Seharusnya kau saja yang mati. Persetan dengan misi-misimu itu. Saat ini juga kau akan mati di sini!!"

Tbc~

Untuk A/N kali ini akan cukup panjang, karena saya akan memperkenalkan karakter saya ^^
Mungkin ada yang kurang proporsi, anggap saja itu memang diciptakan seperti itu 😂

Bisa tebak, siapa dia?

Enggak? 😂 okelah

Triste O'leansey
Umur 17th(1,5bulan lagi)
Makanan favorit: bukan makanan sintetis yang hampir tiap hari ia makan di Gris.
Trivia:
🌙 matanya berwarna green jade, menurun dari ayahnya.
🌙 Ia tidak suka dengan rambut yang panjang. Terkadang ia memotongnya atau menggulung rambutnya.
🌙 dari garis keturunan O'leansey, hanya dia-lah yang kebetulan perempuan.
🌙 sangat menyayangi adiknya
🌙 merupakan siswi tercerdas selama bersekolah. Dan kini, ia sudah lulus. Sebenarnya bisa saja Triste melamar pekerjaan di pulau Cahaya, hanya saja ia tidak ingin meninggalkan Ibunya sendirian.

Erlya Amaranth
Umurnya 10th (anggap aja yang di pict itu kalau dia udah gede dikit)
Makanan favorit: semua yang dibuat oleh ayahnya
Trivia:
🌙 matanya menurun dari pak Amaranth, mungkin itu salah satu penyebab ibu Triste jatuh hati pada pak Amaranth yang mana manik matanya sama-sama hijau dengan mantan suaminya.
🌙 kehilangan ibu saat ia dilahirkan
🌙 awalnya ia tidak menyukai Triste, tapi lambat laun ia mulai menyukai dan menganggapnya sebagai kakaknya
🌙 memiliki kelainan kejiwaan yang hampir sembuh.
🌙 dikeluarkan dari sekolah karena kelainan kejiwaannya yang dulu kambuh tanpa sebab.

Mungkin ada yang bisa menebak siapa dia?
Yak benar itu Velothia Freund
Cakep kan dia? 😂
Yak, tapi umurnya sudah 38 tahun-seusia dengan ibu Triste, penampilannya memang seperti itu.
Makanan favorit: sup ******* para p********** (author tidak ingin spoiler)
Trivia:
🌙 suka sekali tersenyum
🌙 tidak diketahui mengapa ia suka sekali berdandan menor
🌙 ia memanggil semua orang dengan sebutan sayang, dear dan sejenis itu
🌙 pernah mengalami cinta bertepuk sebelah tangan dengan seseorang
🌙 merupakan keturunan ke-6 profesor Abellain (ini spoiler)

Yak, sekian A/N yang panjang dan menjurus spoiler ini 😂

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro