Part 10

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kegelapan akan muncul pada orang yang ingin membalaskan dendamnya.

**

Malam harinya Rendi menggunakan kekuatannya. Ia menghilang dan ia sudah berada di rumah Giral.
Ia menyelinap masuk di kamar Giral dengan leluasa karena tak ada seseorang yang bisa melihatnya.

Terlihat Giral sedang tertawa sadis sambil melihat layar ponselnya. Karena penasaran Rendi melangkahkan kakinya menuju ke tempat tidur Giral.
Alangkah terkejutnya Rendi melihat layar ponsel Giral yang tengah dipegangnya.
Ia melihat video gantung diri yang dilakukan Tyo. Entah kenapa, Tyo mau menuruti perintah Giral. Sebelum kejadian bunuh diri itu, Tyo menuliskan sebuah surat yang ditulis supaya seolah-olah Tyo bunuh diri atas kemauannya, padahal tidak seperti kenyataannya.

Rendi yang melihat hal itu menggeleng, ia shock dengan apa yang ia lihat dan satu yang harus ia lakukan saat ini, ia harus memutar otak untuk mengungkap ini semua.

**
"Apa?"
Dita terkejut dengan yang diceritakan Rendi perihal video yang dilihatnya tadi malam saat mengintai rumah Giral. Dan ternyata benar, pelaku dari pembunuhan itu tak lain adalah Giral, lelaki yang pernah ada di dalam hatinya.

"Kenapa dia melakukan hal itu, Ren?" tanya Dita seolah tak percaya. Ia pikir Giral hanya marah pada Tyo tidak sampai membunuhnya.

Rendi mengendikkan bahunya. "Entah, kayanya Giral punya kekuatan, nggak tau namanya apa. Jadi kalau dia ngucapin apa, orang terhipnotis sama perkataan dia," jelas Rendi panjang, lebar.

Sekarang mereka bingung bagaimana mengungkap kasus kematian Tyo. Secara orang pasti menduga Tyo mati gantung diri, padahal di sisi lain ada campur tangan orang lain di dalamnya. Hal itu hanya akan mempersulit menguak fakta yang sebenarnya.

"Salah satu cara kita harus ambil ponsel Giral," ujar Rendi setelah diam beberapa saat.

Dita terbelalak kaget dengan ucapan Rendi. Mana mungkin bisa mengambil ponsel tersebut dengan mudah. Yang ada keselamatan mereka yang terancam. Dita tidak setuju dengan usul Rendi, tetap saja Rendi berpegang teguh pada pendiriannya. Akhirnya mereka beradu argumen, tak ada yang mau mengalah satu sama lain.
Begitulah saat orang berbeda argument, mereka akan tetap berpegang teguh pada pendiriannya masing-masing, keegoisan akan muncul dengan sendirinya.

Setelah selang beberapa menit mereka beradu argumen, akhirnya mereka menemukan titik terang.

"Good idea," ucap Rendi sambil mengacungkan kedua jempolnya ke arah Dita.

Dita hanya tersenyum lalu mengangguk.

Tiba-tiba hujan turun spontan Rendi dan Dita berlari ke halte yang tak jauh dari tempat mereka mengobrol.

"Kapan terangnya?" Dita mengeluh, ia ingin segera pulang mengerjakan tugas kuliahnya.

"Hujan itu anugerah dari Yang Maha Kuasa. Jangan mengeluh," gumam Rendi menasehati Dita.

Dita menghela napas panjang. Ia tau hujan merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Tapi bukan itu sebenarnya yang ia keluhkan.

Drt
Drt
Drt

Ponsel Dita bergetar lalu ia membuka tombol kunci di ponselnya. Dilihatnya ada satu pesan whatapps dari Rita.

Rita:
Kamu tau nggak, kasus Tyo memang murni bunuh diri!

Setelah membaca pesan, Dita menepuk bahu Rendi dan spontan Rendi menengok. Diperlihatkannya pesan dari Rita.

"Wahh, kita nggak bisa tinggal diam. Aku udah menduga, polisi bakal nyeledikin kalau itu benar-benar murni bunuh diri. Soalnya sidik jari mengarah ke Tyo bukan ke Giral. Hebat! Rapi sekali rencana Giral," Rendi menepuk kedua tangannya sambil menggelengkan kepalanya ke kiri dan kanan.

Dita hanya bengong dengan sikap Rendi yang bak detektif yang siap memecahkan masalah.

Setengah jam berlalu, hujan sudah reda. Mereka berpisah,kembali ke rumah mereka masing-masing.

Dita merebahkan tubuhnya di kasur untuk melepas penat. Setelah beberapa saat, ia bergegas ke meja belajarnya mengerjakan tugas kuliahnya yang berjimbun. Ia tenggelam dengan tugasnya.

Dua setengah jam berlalu, tugasnya selesai. Ia kembali merebahkan tubuhnya di kasur, menatap atap langit-langit.

Dalam benaknya ada yang masih mengganjal dalam hatinya. Ia masih tak yakin rencananya dengan Rendi akan berhasil. Karena ia tau, Giral lebih cerdik dari mereka.

**
"Kamu serius Giral yang udah bunuh Tyo? Kamu tau darimana?" tanya Rita kepo.

"Ya, gitu. Lebih parahnya lagi waktu Tyo bunuh diri, Giral malah videoin," jawab Dita miris, tak habis pikir.

"Udah gila si Giral! Kita harus laporin dia ke polisi, Dit," ujar Rita kemudian.

"Hmmmm ... nggak semudah itu. Dia terlalu cerdik."

Rita mendecak, sekarang ia juga masih tidak menyangka Giral adalah dalang di balik semua ini. Tapi apa yang bisa ia perbuat? Ia tak bisa melakukan apa-apa. Yang sekarang ia bisa lakukan menyerahkan semuanya kepada pihak yang berwajib.

"Jangan bilang ke siapa-siapa ya, Rit?"

Rita hanya mengangguk.

Tanpa terasa berbincangan mereka lama, sampai-sampai mereka tidak sadar perkuliahan telah usai.

Mereka keluar dari kelas. Tak sengaja ia berpapasan dengan Giral yang tengah asyik memainkan ponselnya. Dita memandangi Giral dengan tatapan curiga, Giral yang sadar diperhatikan oleh Dita langsung naik pitam.

"Ngapain lo lihatin gue?"

"Nggak," jawab Dita lalu berlalu menggandeng tangan Rita.

Giral mulai curiga dengan Dita yang memandangnya penuh curiga.

"Jangan-jangan si cupu itu tau kalo gue ada sangkut pautnya sama kematian Tyo. Gue harus hati-hati, gue nggak mau semuanya berantakan," gumam Giral lirih.

**

"Kamu liatin Giral tatapannya kelihatan banget kalau kamu curiga sama dia. Kalau dia tau kamu dalam bahaya, Dit," ucap Rita khawatir dengan keselamatan temannya.

"Apapun yang terjadi, aku siap," balas Dita santai.

"Ihhh ... kamu itu. Nyawa kamu dalam bahaya, bisa-bisanya santai," gumam Rita gemas.

"Semua udah ada yang ngatur."

Setelah mereka sampai di depan kampus, terlihat Rendi yang sudah menunggu disana. Rendi yang melihat Dita langsung menghampiri Dita.

"Dit," sapa Rendi kemudian.

"Heii, Ren."

"Siapa tuh?" tanya Rita mulai kepo dengan sosok Rendi.

"Kenalin aku Rendi, teman Dita," secara cepat Rendi menjawab pertanyaan Rita.

"Aku Rita," balas Rita.

"Ren, aku cerita sama Rita tentang Giral," ucap Dita santai.
Bukan Dita namanya kalau tidak bersikap santai.

Rendi hanya mengganguk. "Hanya kita yang tahu soal ini. Jangan beritahu siapa-siapa. Ini masalah serius." Rendi mengacungkan kedua jempolnya ke arah Dita dan Rita. Mereka hanya tersenyum.

Rendi akhirnya berpamitan setelah di rasa percakapan mereka cukup.

Saat Rendi membalikkan badan, Dita menghampiri Rendi dan membisikan sesuatu di telinga Rendi. "Nggak jadi makhluk tak kasat mata lagi?" tanya Dita mengejek.

Rendi sedikit melotot ke arah Dita. "Belum aja, duluan ya," pamit Rendi berlalu berjalan dengan langkah lebar.

Dita masih terpaku diam kemudian Rita menghampirinya. "Kenal Rendi di mana?" tanya Rita kemudian.

"Kepo," ucap Dita menepuk bahu temannya itu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro