4. Unconditional Love

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Unconditional Love atau Cinta tak bersyarat atau cinta yang tulus.

Apa dari kalian percaya tentang cinta? Percayakah bahwa di dunia ini masih ada orang-orang yang mencintai orang lain dengan tulus?

Dulunya saya akan menjawab tidak. Namun, sekarang, jawaban itu sepertinya harus saya tarik kembali.

Entah kenapa, ada dorongan untuk menuliskan tentang hal ini, terutama setelah saya mengetahui suatu 'kebenaran' yang membuat pandangan saya tentang cinta berubah. Selama ini, saya melihat, cinta hanyalah embel-embel manis. Di belakangnya, ada sederet tuntutan yang tidak terelakkan, seperti materi, keharusan untuk berprestasi, dan kemampuan untuk ini-itu. Di lingkungan sekitar saya, sering banget saya menemukan cinta bersyarat yang penuh dengan sederet tuntutan, bahkan mungkin saya sendiri menerapkan cinta bersyarat ini.

Awalnya, saya nggak percaya dengan cinta yang tulus, cinta sejati, atau apalah yang berkaitan dengan itu. Namun, suatu ketika pandangan saya diruntuhkan oleh kenyataan dari keluarga lain. Saya nggak mengira bahwa cinta yang tulus ini benar-benar ada, karena selama ini saya melihat mereka sebagai keluarga harmonis yang penuh kasih sayang. Tapi begitu saya tahu bahwa salah satu dari anak mereka ternyata anak angkat, pandangan saya berubah total.

Dalam sinetron-sinetron atau mungkin novel, kita mungkin sering disuguhkan ketidakadilan serta kekerasan fisik maupun mental bagi siapa pun yang 'bukan keluarga sedarah'. Tapi saat saya melihat keluarga tersebut, saya bisa melihat jelas bahwa bukan keluarga sedarah pun mendapatkan kasih sayang yang sama seperti anak-anak kandung lainnya. Dia dirawat, dibesarkan, mendapat perlakuan yang sama seperti anak-anak kandung keluarga tersebut. Ya jelas pernah juga dimarahi pas dididik kalau bandel atau ketahuan bohongin ortunya, tapi secara keseluruhan dia disayangi, bahkan dimanja. Jadi nggak melulu yang disuguhkan novel sama sinetron itu bener.

Ketika tahu kenyataan tersebut, saya kaget baru kemudian merenung. Selama ini, saya selalu berpikir, bahwa cinta selalu bersyarat, entah itu dengan materi (karena menginginkan pacar yang kaya), prestasi (tuntutan untuk selalu menjadi juara), atau pun hal lainnya. Lingkungan di sekitar saya pun diselimuti pandangan demikian, meski nggak kentara. Berlomba-lomba dengan gengsi, yang justru menimbulkan rasa lelah dan apatis, hingga di titik saya nggak peduli lagi soal cinta. Karena kebanyakan yang dekat, rata-rata mau menerima saya bukan karena diri saya, melainkan karena melihat latar belakang, kekayaan, maupun pekerjaan saya.

Saya nggak mengatakan itu salah, karena saya pun mencari hal demikian dari orang-orang yang dikenalkan pada saya. Kita realistis saja dengan tuntutan hidup saat ini. Tentunya kita menginginkan pasangan atau pun keluarga yang mapan. Kalau bisa sih cari yang sempurna, tapi mana ada sih manusia yang sempurna? Karena doktrin yang demikian, saya beranggapan, ketulusan dalam mencintai itu tidak ada. Yang ada adalah ketertarikan seksual serta kecocokan yang saling melengkapi. Dia memberi, kita menerima. Kita memberi, dia menerima.

Maka dari itu, ketika saya tahu kebenaran tentang anak tersebut (yang bahkan dia sendiri belum tahu kebenarannya), saya benar-benar merasa mendapatkan pelajaran yang sangat besar. Dari keluarga itu, cara pandang saya tentang cinta pun berubah. 

Cinta bukan lagi sesuatu yang memiliki syarat, cinta bisa diberikan tanpa syarat. Bila cinta tulus itu ada, cinta sejati sudah tentu juga ada. Dan dari pada menunggu seseorang memberikan cinta yang tulus pada kita, lebih baik kita yang belajar memberikan cinta yang tulus pada orang lain.

Terima kasih pada mereka yang telah memberikan pelajaran hidup berharga untuk saya. <3

(31 Maret 2019)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro