cerpen aneh buat setoran

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sry Candy berdiri di dalam ruangan yang redup, menatap tubuh tak bernyawa dari kakeknya. Pria yang dulu penuh semangat dan tawa, kini terbujur kaku dan dingin. Air mata menggenang di matanya saat ia menyadari bahwa kakeknya benar-benar telah pergi.

Ruangan dipenuhi oleh keluarga dan teman-teman, semua meratapi kehilangan seorang pria yang telah menyentuh begitu banyak kehidupan. Sry Candy merasakan kesedihan mendalam, hatinya terasa berat oleh duka. Dia tak bisa tidak memikirkan semua kenangan yang mereka bagikan, tawa dan air mata, masa-masa baik dan buruk.

Ketika ruangan menjadi hening, Sry Candy melangkah maju, suaranya hampir tak terdengar. "Kakek, kamu adalah orang terbaik yang pernah aku kenal. Kamu telah mengajarkan begitu banyak padaku, dan aku akan selalu bersyukur atas itu. Aku akan merindukanmu lebih dari yang bisa katakan."

Kata-katanya tergantung di udara, sarat dengan emosi. Ruangan kembali sunyi, semua memberikan Sry Candy ruang yang dia butuhkan untuk berkabung. Dia merasa sebuah tangan di pundaknya, dan dia berbalik melihat ibunya berdiri di belakangnya.

"Tak apa untuk bersedih, Sry Candy," kata ibunya dengan lembut. "Dia adalah seorang pria luar biasa, dan wajar untuk merasa seperti ini."

"Aku tahu, Bu," jawab Sry Candy dengan suara bergetar. "Tapi aku merasa begitu kehilangan. Bagaimana aku bisa lanjut tanpa dia?"

Ibunya tersenyum lembut, mengusap air mata di pipi Sry Candy. "Kamu masih punya kami semua. Dan ingat, kakekmu akan selalu ada dalam hatimu. Dia menginginkanmu untuk bahagia dan kuat."

Sry Candy mengangguk, air matanya mengalir dengan bebas. Dia merasa pelukan nyaman melingkari tubuhnya, dan dia bersandar ke pelukan ibunya. Mereka berdiri di sana bersama, meratapi kehilangan seorang pria yang begitu berarti bagi mereka berdua.

Beberapa waktu kemudian, adiknya, Tom, menghampiri mereka. "Sry, aku tahu ini sulit, tapi aku yakin kakek tidak ingin kita bersedih terlalu lama. Ingat, dia selalu bilang kita harus hidup dengan penuh semangat, seperti dia."

"Tom benar," tambah ayahnya yang juga mendekat. "Kakekmu adalah orang yang penuh kehidupan, dan dia ingin kita terus berjuang dan menggapai mimpi kita."

Sry Candy menghela napas dalam-dalam, mencoba menguatkan diri. "Kalian benar. Aku akan mencoba untuk tetap kuat dan menjalani hidup seperti yang kakek inginkan."

Saat jam-jam berlalu, ruangan mulai sepi. Keluarga dan teman-teman pergi, ucapan belasungkawa mereka disampaikan dan penghormatan mereka diberikan. Sry Candy dibiarkan sendirian dengan tubuh kakeknya, hatinya masih terasa berat oleh duka.

Dia duduk di kursi di samping tempat tidurnya, menggenggam tangannya. Dia bisa merasakan dinginnya kulitnya, kontras nyata dengan kehangatan yang dia ingat. Dia menutup matanya, mencoba mengingat suara tawanya, rasa pelukannya.

"Terlalu sulit untuk mengingat semuanya, Kakek," bisiknya pelan. "Tapi aku janji akan selalu mengingat pelajaranmu dan cintamu."

Tapi kenangan itu terlalu menyakitkan, terlalu mentah. Dia membuka matanya, menatap ke bawah pada bentuk tak bernyawa kakeknya. Dia tahu bahwa dia akan sangat merindukannya, bahwa duka yang dia rasakan tidak akan pernah benar-benar hilang.

Tapi dia juga tahu bahwa dia akan membawa kenangannya bersamanya, bahwa pelajaran dan cintanya akan terus hidup di hatinya. Dan saat dia duduk di sana, menggenggam tangannya, dia berbisik selamat tinggal terakhir.

"Selamat tinggal, Kakek. Beristirahatlah dengan tenang."

Dengan itu, dia melepaskan genggaman tangannya dan berdiri, hatinya masih berat namun semangatnya teguh. Dia tahu bahwa hidup akan terus berlanjut, dan bahwa dia akan menghormati kenangan kakeknya dengan menjalani hidup yang akan membuatnya bangga. Dan saat dia meninggalkan ruangan itu, dia tahu bahwa dia akan selalu membawa sebagian dari dirinya bersamanya, sebagai pengingat akan cinta dan pelajaran yang telah diberikan kepadanya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro