Dua Pencuri Ulung

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Pencuri! Hentikan dia!" Teriakan seorang ibu-ibu di tengah keramaian.

Seisi mall itu memasang mata ke satu orang, Ilham. Lelaki delapan belas tahun itu berlari kencang, membawa tas yang tampak mahal.

Seorang bapak, sepertinya suami korban, lari mengejar. Beberapa satpam juga ikut membantu. Namun sayang, Ilham sudah keluar dari mall dan masuk gang sempit di dekat situ.

Ketika para pengejar itu masuk, ternyata ada belokan dua arah.  Bingung merasuki otak mereka. Untungnya, ada seorang berkemeja biru yang sedari tadi ada di sana.

"Kamu liat orang lewat sini gak?" tanya suami korban.

"Yang lari bawa tas cewe?" Pemuda itu balik bertanya.

"Iya, itu tas istri saya. Kemana dia?" Si bapak menekankan.

"Astaghfirullah, maling ternyata. Tadi saya liat ke kiri dia pa!" kagetnya.

Para pengejar langsung saja tanpa henti berlari ke jalan kiri setelah berterima kasih. Mereka tidak tau, atau mungkin memang sengaja tidak mendengar pemuda berkemeja itu membalas terimakasihnya.

Dia tersenyum jahil, rasanya seperti membuat anak kecil kesal. Pemuda itu jalan ke arah kanan, berlawanan dengan si pengejar pencuri. Berjalan sebentar, ada belokan kecil dengan sebuah bangunan.

Ruko tua yang kecil dan sudah ditinggalkan bertahun-tahun. Pintunya terkunci, dia masuk lewat jendela tanpa kaca.

"Galam, aku dengar tadi kamu istighfar. Sejak kapan masuk islam?" kata si pencuri yang mengorek-ngorek isi tas. Ada smartphone, lembaran uang, kartu kredit, dan kalung salib.

"Nama aja Ilham, tapi sekarang lagi make kalung salib. Sejak kapan kamu kristen?" Sindir si pemuda berkemeja biru.

"Kayaknya mahal kalung ini," kata Ilham sembari melepas kalungnya.

"Lebih mahal persaudaraan kita," Galam merangkul Ilham.

"Idih, cringe. Persahabatan gak bisa bayar hutang pinjol kita."

"Bisa kok, lihat aja nanti."

***

"Seorang pencuri yang kerap melaksanakan aksinya dengan menargetkan ibu-ibu, kini tertangkap," kata si reporter lapangan ke arah kameranya.

"Juga, di sini saya bersama dengan pelapor yang juga salah satu korban—Kak Galam. Bisa ceritakan sedikit tentang kronologi sebelum anda melapor?" tanya si reporter ke orang di sebelahnya.

"Ya, awalnya sama kayak yang lain, saya ada di tengah keramaian. Trus karena gerak tuh susah, langsung tuh pelaku ngambil smartphone dari saku.

"Sewaktu dia menghilang, saya pakai fitur search my phone dan ternyata ada di sebuah ruko kosong di gang sempit gitu. Langsung di situ saya lapor polisi. Eh ternyata, ada barang curian lain selain smartphone saya. Jadi suka ada yang—"

"Maaf, kamu yang nemuin tas tante, ya?" Seseorang memotong dialognya.

"Iy—”

"Nih buat kamu sebagai rasa terimakasih." Wanita itu memberikan paksa uang merah lima lembar.

"Aduh gak usah repot-repot. Tapi ini beneran enggak apa-apa? Makasih tante."

Suara orang gaduh terdengar. Terlihat seorang polisi sedang membawa Ilham yang tangganya di borgol. Dalam perjalanannya ke mobil polisi, kata-kata kotor muncul untuk menyerang Ilham.

Matanya menatap tajam, ke seorang pemuda yang sekarang berkemeja hitam. Matanya seperti berbicara, "dasar penghianat."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro