#66

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

| RavAges, #66 | 2560 words |

"DARI MANA kau tahu hal-hal seperti itu?" tanya Truck setelah percakapan panjang mereka dengan Giok. "Tidak semua Fervent sadar tentang banyaknya radiasi yang mereka hasilkan ketimbang orang normal."

"Aku tahu banyak hal." Giok menyombong tanpa menjawab pertanyaan Truck sama sekali. "Aku bahkan tahu seberapa besar usahamu menjaga dua teman seperjalananmu ini tetap hidup dari paparan radiasi di Garis Merah."

"Garis Merah menyimpan radiasi?" tanya Alatas lagi.

Giok berdecak. "Kau kira apa yang orang NC lakukan di Garis Merah, Alatas? Mengelilingi api unggun sambil saling peluk? Bermain tic tac toe dan ular tangga sambil minum cokelat panas? Menurutmu, senjata apa lagi yang mereka pakai selain senapan dan pistol untuk memburu para Fervent liar di sini?"

Erion menengok bersemangat. Kau punya cokelat panas?

Namun, Giok tidak mendengarnya dan melanjutkan, "Bahkan, beberapa Fervent tertentu seperti Corona dan Calor yang berada dalam usia matang menguarkan radiasi yang lebih besar lagi—mereka radioactive berjalan. Bukan tanpa alasan orang normal dilarang masuk ke Garis Merah. Dan Cyone seperti Truck inilah yang sering diberdayakan oleh NC untuk menekan gejala kanker yang timbul pada warga Kompleks yang tinggal terlalu dekat dengan Garis Merah. Pusat Karantina juga mempekerjakan banyak Cyone supaya tidak banyak anak yang mati di sana. Jadi,"—Giok menunjuk-nunjuk telinga Erion—"kurasa kondisi anak ini bawaan lahir, faktor keturunan, dan diperparah trauma yang didapatnya di sana. Trauma tidak bisa disembuhkan oleh Cyone, tapi Brainware."

Truck terkekeh pahit. "Brainware? Menyembuhkan? Jangan bercanda."

"Seperti Cyone, Truck, di mana tiga dari seratus Cyone justru merusak sistem tubuh orang ketimbang menyembuhkannya. Brainware juga demikian. Satu di antara seratus perusak otak itu justru punya fungsi yang lebih mengarah pada penyembuhan dan pemulihan sel otak yang rusak. Tapi kalau pun ada Brainware macam itu, NC pasti sudah mendapatkannya—kecuali Brainware macam itu cukup pintar untuk bersembunyi ... atau punya sokongan yang menyembunyikannya."

Erion memutar bola matanya. Kalau ada Brainware di sini, aku tidak perlu lagi capek-capek menggerakkan tangan demi berkomunikasi dengan kalian.

"Bocah ini punya banyak sekali potensi," kata Giok seraya mengusap-usap puncak kepala Erion sampai anak itu berjengit menjauh. "Dia sudah memiliki Phantom—Fervor paling kompleks, tapi juga fleksibel. Kurasa dia hanya perlu motivasi untuk menggunakan Fervor-nya secara maksimal untuk bisa merambah fungsi baru dari kekuatannya."

"Ha?" Alatas mengernyit.

"Icore dulunya hanya membuat gempa, 'kan?" Truck mengingatkan Alatas. "Dan mereka adalah jenis pertama Fervor yang ditetapkan oleh NC—Icore juga Fervent pertama yang merasakan semua ujicoba NC pada awal-awal masa Fervor ditemukan. Begitulah cara para Icore dikembangan waktu itu sampai mereka memiliki fungsi yang kompleks seperti sekarang—menghasilkan listrik, menyalin kekuatan Fervor lain ... semua itu hasil pelatihan NC yang membuat mereka seperti hamster percobaan, dipaksa berlari dalam roda putarnya."

"Tentu saja, pada akhirnya banyak yang mesti dikorbankan," timpal Giok lagi. "Icore dengan fungsi aslinya yang kompleks jadi langka."

"Tapi, bukan tanpa alasan apa yang dulu disebut 'Telekinesis' diubah menjadi 'Phantom'." Truck memungkas. "Telekinesis punya terlalu banyak cabang, termasuk pyrokinesis yang sekarang kita sebut Calor, telepati yang kini bernama Brainware, bahkan combustion yang kini dikelompokkan ke dalam Corona. Phantom tidak bisa meniru kekuatan semua Fervor itu."

"Tapi, Erion mengangkat palu yang kubuat dari besi waktu itu," tukas Alatas. "Dan dia mengendalikannya dengan stabil selayaknya seorang Steeler."

"Hanya keberuntungan, kurasa." Truck berkomentar.

Sementara Alatas dan Truck sibuk berdebat tentang itu, Giok memanfaatkan situasi untuk berbisik pada Erion, "Kau sungguh tidak mau ikut denganku, Dik? Aku bisa tunjukkan padamu untuk mendapat kekuatan lebih karena, kebetulan sekali, aku kenal beberapa Fervent yang bisa melampaui batas kemampuannya dan meniru fungsi Fervor lain secara sempurna. Fervent itu namanya Relev—"

"Cukup!" Truck menghentikan Giok dan segera menarik Erion ke sisinya. "Apa pun yang kau iming-imingi itu, kau tidak bisa membuatnya jadi perampok."

"Baiklah." Giok berdecak mengalah, tetapi matanya yang bengkak masih saja menelaah Erion. "Jadi, kalian mau ke mana? Aku dengar, NC mau membuat pulau ini dan semua Fervent di atasnya mati pelan-pelan dengan memblokade akses cahaya matahari. Kalian yakin tidak mau ikut denganku? Kita bisa—"

"Tidak," jawab Alatas cepat, lalu berdiri. Erion dengan kecepatan luar biasa ikut bangkit dengan sepelukan makanan cepat saji yang habis dijarahnya. "Kau sendiri akan ke mana setelah menyebrang?"

"Kembali ke Raios dan Meredith, kurasa. Tahu, 'kan, Raios itu agak—" Giok memutar-mutar jari telunjuk di pelipisnya. "Dia tidak pernah marah lama-lama walau pembalasannya mengerikan. Malah, dia sendiri yang menyuruhku untuk mencarinya lagi beberapa saat setelah dia memencet mataku waktu itu."

"Oke ...," sahut Alatas ragu-ragu. Tebersit rasa iba di wajahnya saat menatap sepasang mata Giok yang masih berair dan dipenuhi bilur keunguan. "Jaga dirimu."

Giok tertawa. "Kau yang jaga diri, Bung. Kalian bakal terlunta-lunta di sini."

Truck berdecak sebelum ikut berdiri. Tangannya menjumput sebuah ransel bergambar tokoh barbie yang baru diambilnya dari salah satu etalase. Dia lantas mengambil paksa semua bekas di tangan Erion dan menjejalkannya ke dalam tas, lalu menyandang ransel itu di sebelah bahu tanpa pikir panjang.

"Terima kasih atas bantuan dan tawaranmu, tapi kami bisa mengurus diri kami sendiri," ketus pria besar yang menyandang tas merah muda bergambar boneka barbie. Truck lantas berjalan ke arah pintu di mana Alatas dan Erion menunggunya, lalu menyempatkan diri berkata pada Giok, "Kami tidak bakal terlunta-lunta. Malah, kami mungkin bakal mencapai kapal itu sebelum kau."

Berminggu-minggu kemudian, ketiganya terlunta-lunta.

Jarahan mereka sudah habis dikikis waktu, sebagian besarnya tergiling dalam pencernaan Erion. Ransel barbie sudah meninggal saat ketiganya terlibat perkelahian dengan sekelompok besar Calor. Sesekali mereka mengais perbekalan dari reruntuhan, yang lagi-lagi harus diperjuangkan dengan perebutan. Sekian kelompok Multi-fervent lain tampak sama putus asanya karena kabar bahwa pulau itu sebentar lagi akan ditinggalkan. Matahari yang tak kunjung terbit membuat setiap Fervent liar rela melakukan apa pun untuk sampai hidup-hidup ke pesisir.

Setelah melalui sekian banyak perkelahian, akhirnya mereka berhasil menerobos portal Kompleks 45 yang tidak lagi dijaga dan tiba di pesisir. Ketiganya membungkuk di antara semak berduri, mengintai sekumpulan gadis Icore yang tengah mengelilingi api unggun kebiruan. Kilat menyambar-nyambar dari salah satu gadis itu, menambah besar api di tengah-tengah mereka.

"Lihat," desah Alatas penuh harap seraya meneguk liur. "Mereka memanggang sapi utuh-utuh."

Erion merangkak ke depan. Dengan tatapan lapar, dia merentangkan kedua tangannya untuk menerbangkan seekor sapi dari bara api langsung ke arahnya.

"Jangan!" desis Truck seraya memasung kedua tangan Erion. "Entah para wanita itu atau bangkai sapinya yang bakal membuat kita terbunuh!"

Kayaknya Alatas tidak setuju, tuh. Erion menunjuk ke depan, sampai Truck membelalak ke arah yang ditunjuk bocah itu. Pria itu lalu menoleh dan mendapati Alatas tidak lagi ada di samping mereka, dan kembali lagi menatap depan, di mana kini Alatas berada.

Pemuda itu sudah keluar dari tempat persembunyian mereka dan menjawil salah satu gadis Icore. Dengan tampang sungkan malu-malu, Alatas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan berkata, "Bo, bolehkah ... anu, ada adik kecil yang bersamaku, dan dia belum makan dengan benar seminggu ini. Jadi, kalau boleh—"

Hidung Truck sampai kembang-kempis melihatnya. "Dasar manusia gob—"

Erion mengerjap, memproses arti kata yang telah Truck ucapkan sepenuh hati.

Para gadis itu jumlahnya mungkin dua lusin, dan mereka mulai melupakan sapi panggangnya. Mereka merapat ke Alatas, yang lengannya ditahan oleh satu gadis Icore—itu Amy, yang terus mengejar kami sampai dia mati ditembak Raios.

"Anak itu tidak makan banyak," tambah Alatas dengan gugup.

"Tapi, kami makan banyak," sahut Amy dengan suara dinginnya. Jari tangannya membelai bahu jaket Alatas.

"Kalau begitu, untuk si adik kecil saja," lanjut Alatas. Matanya melirik tegang pada tangan si gadis Icore. "Aku dan temanku bisa makan yang lain ...."

Tatapan mata Amy tampak tidak fokus selama beberapa saat, lalu kembali nyalang saat mendapatkan kedua mata Alatas yang berbeda warna. "Baru kali ini kami bertemu pria yang punya sopan santun. Kau mau tinggal di sini?"

Salah satu gadis Icore melirik iri, lalu menepuk bahu Amy. Sambil mengamati Alatas, dia berkata, "Saudari, ingat—kita harus berbagi."

"Ya, ya," balas Amy acuh-tak-acuh seraya melambaikan tangannya. "Sana, ambil kapak. Kita bagi berdua puluh."

"A—" Alatas kehilangan suara untuk sejenak. "Itu sungguh tidak perlu, Nona-nona. Aku masih bisa dibagi utuh-utuh, tidak perlu kapak."

Amy mendelik galak pada kawanannya dan mendesis hingga percikan listrik statis menyembur dari lidah dan mulutnya, seperti bisa ular. "Sana. Kapak. Ambil—kalian semua!"

Kurasa, Amy semacam kakak tertua di antara sekte persaudaraan mereka karena Icore lainnya segera berlari-lari kecil, menuruti perintahnya.

Alatas menelan ludah, terutama saat Amy mengalungkan kedua lengannya ke leher pemuda itu.

"Apa kalian tidak punya sesuatu yang kurang berbahaya untuk membagiku selain kapak—" Ucapan Alatas terhenti saat Amy mendaratkan kecupan bertubi-tubi di wajahnya. Meski ini hanya ingatan yang sudah lewat, aku merasa kepalaku terbakar sampai ubun-ubun. Alatas sudah pernah menceritakan penyebab si gadis Icore mengejar mereka, tetapi menyaksikannya langsung dalam memori pemuda itu ternyata terasa berbeda.

Truck seketika terkesiap. Lengannya meraup kepala Erion, menyimpan wajah anak itu di ketiaknya rapat-rapat sampai Erion menjerit, Astaga! Bau apa ini?!

Sementara Erion meronta dan Truck berjengit ngeri terhadap tontonan di depannya, Alatas malah tampak linglung di pelukan si gadis Icore. Yang membuatku kian ingin mematahkan lehernya jadi dua puluh adalah fakta betapa pemuda itu tidak melakukan apa pun yang berarti untuk menghentikan Amy.

"Hei, Nona, ini berlebihan."—Cuma itu yang dikatakannya!

Ketika Alatas akhirnya mencoba berkelit menjauh, tangan Amy mencengkram dada kiri Alatas hingga pemuda itu tersentak. Baru kemudian kengerian yang nyata terpancar di matanya. Alatas berusaha melepaskan telapak tangan Amy dari rusuknya, tepat di mana jantungnya tersimpan. Namun, lagi-lagi gadis itu menyetrumnya sampai Alatas merosot jatuh. Dalam posisi terduduk, sekujur tubuh Alatas berkelojotan dan urat di sekitar lehernya bertonjolan.

"Tidak boleh," geram Amy. "Kau tidak boleh pergi lagi. Kau sudah janji."

"Lagi?" sengal Alatas. Ujung-ujung jarinya berkedut. "Non ... kau salah menyangka aku orang lain ...."

"Ayahku sudah diambil, dan bundaku terbunuh di tanganku ...," gerung gadis itu lagi. Matanya seolah diselimut kabut, serupa awan badai. Listrik memercik dari ujung-ujung rambutnya. "Kau berjanji akan menjadi temanku selamanya, 'kan, Finn. Tapi, kau tak ada saat aku diseret ke penjara menakutkan itu ...."

"Aku bukan—a, aku ... namaku Alatas, bukan—"

"Kalian sama!" teriak Amy dengan suara yang pecah mendadak layaknya gadis 5 tahun yang marah karena tidak dibelikan mainan oleh ibunya. "Kalian berdua sama! Alatas, Finn, atau siapa pun itu! Kalian para laki-laki—semuanya sama!"

"TRUCK!" Alatas menggunakan tarikan napas penghabisannya untuk berteriak ketika Amy kembali berusaha menyetrumnya. Tepat sebelum tangan gadis itu menyentuhnya, Amy terlempar ke belakang.

Erion, sambil menggosok-gosok hidungnya, melakukan gerakan menarik dengan tangan kirinya hingga tubuh Alatas melayang ke arahnya.

"Sekujur badanku seperti disetrum," lenguh Alatas sembari mengerjap.

"Karena kau memang disetrum, dasar tolol!" Truck menampar Alatas satu kali sampai pemuda itu mengerjap lagi. "Tidak apa-apa, kau baru terkena listrik statis kecilnya—tidak cukup untuk membunuhmu!"

Ketika Alatas sudah cukup kuat untuk berdiri, Amy pun bangkit dan menyeringai kepada Erion. Kata gadis itu, "Phantom cilik sialan."

Lalu, dia melakukan hal serupa dan memelantingkan Erion ke belakang semak berduri. Pepohonan mulai bergoyang seperti menanggapi kemarahan si gadis Icore, tanah dan bebatuan berderak.

Alatas yang masih pucat buru-buru mengangkat Erion dengan bantuan Truck. Ketiganya menatap jeri pada Amy.

"Bu, bukankah Icore yang bisa membuat gempa dan menyalin kekuatan sudah langka?" gagap Alatas seraya memerhatikan tanah di bawah kaki Amy.

"Artinya, kesialanmu bekerja dengan sangat baik," desis Truck. "Lari!"

Ketiganya berbalik menerobos hutan dan berusaha kembali ke portal.

Setiap kali mereka berhasil lolos dari Amy, ketiganya menyempatkan diri untuk singgah di salah satu pos jaga portal atau bekas rumah makan yang sudah ambruk. Mereka menemukan beberapa panganan dan air untuk mengganjal perut sementara, tetapi mereka tak bisa berhenti lama-lama. Gadis Icore itu seolah tahu di mana bisa menemukan mereka.

Tentu saja—sedikit sekali sisa peradaban untuk mengais perbekalan di sekitar Kompleks 45, dan Amy sudah mengetahui semua titik aman yang bakal ditemukan oleh Alatas, Truck, dan Erion.

Mereka bertahan selama seminggu hingga mencapai reruntuhan ruko itu. Dengan paranoia akan ditemukan lagi oleh Amy, ketiganya mengais penyambung hidup dengan terburu-buru.

"Kau memang tidak pernah belajar dari pengalaman!" Truck mengomel untuk kesekian kalinya. "Para wanita di bangsal Herde, dan sel-sel cewek Brainware yang kita kunjungi dulu—kurang bukti apa lagi?! Mereka tidak bisa didekati!"

"Ya, Truck. Aku sudah berkali-kali minta maaf, 'kan?" desah Alatas seraya mengangkati semua logam yang bisa dicapainya, mencari sesuatu untuk dimakan. Erion menyenteri jalannya dalam hening.

"Tapi," lanjut Alatas dengan suara lemah. "Kurasa, gadis itu aslinya tidak jahat .... Kau dengar, 'kan, orang tuanya tiada dan teman laki-lakinya—yang dia bilang mirip denganku itu—meninggalkannya. Dia sama seperti kita—korban Herde ...."

"Apa pun itu—tak ada lagi anak cewek!" gerung Truck seraya menunjuk wajah Alatas dan Erion bergantian. "Sebaik apa pun kelihatannya, setidak berbahaya apa pun Fervor-nya! Jika kita bertemu perempuan lainnya, hanya ada dua pilihan—lari atau bunuh dia! KALIAN PAHAM?!"

Alatas dan Erion melanjutkan pencarian perbekalan dalam hening, sementara Truck terus menendangi bebatuan dengan gusar. Kelelahan dan terteror benar-benar kombinasi yang baik untuk membuat Truck senewen.

Sampai Alatas memanjati gundukan paling tinggi penuh pecahan kaca dan pilar retak-retak, dia mengernyit. Tangannya meraba tanah, dan dia bergumam sendiri, "Seperti ada Fervor di bawah sini."

"Apa?" tanya Truck seraya mendekati Alatas.

"Aku jarang merasakan Fervor seperti ini ... mungkin Peredam?" tebak Alatas, yang kemudian membuat Erion mengambil satu langkah mundur darinya.

Alatas menggeser bongkahan logam di puncak gundukan itu dan melongok ke dalam. Matanya mengerjap kaget, lalu berubah nanar. Sebelah tangannya baru hendak terangkat, seperti ingin meraih sesuatu di dalam lorong reruntuhan, tetapi kemudian matanya melirik Truck.

Truck mengernyit, mempertanyakan apa yang Alatas temukan di bawah sana tanpa suara.

"A—" Alatas menelan ludah, lantas menoleh kepada Truck. "Anak cewek."

ヾ(*゚ー゚*)ノ Thanks for reading

Secuil jejak Anda means a lot

Vote, comment, kritik & saran = support = penulis semangat = cerita lancar berjalan


Awas~ Awas~~ Fanart kece mau lewaaat

Posting fanart dari tiga orang sekaligus untuk memperpendek antrean '-')~


Fanart imut dari kakak RiskiAmanda0

Maacih KaRis (',,•ω•,,)♡



Fanart cantiks dari athena_henzie

Thank u KaAthena (*˘︶˘*).。.:*♡ Titip salam buat Annabeth dan anak-anak kabin 6 yak (*˘︶˘*)♡





Fanart kereeen dari devrara

Hyahyaaa arigatou KaDev (♡°▽°♡)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro