Kesempurnaan Jones.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Author : FairyGodmother3

****

Kita berada dalam batas yang semu.

Setipis benang tetapi mampu menghalangi segalanya.

Berpuluh-puluh purnama telah terlewat. Ah, bahkan lebih dari itu, tetapi status jomblo atau yang lebih halusnya single yang disandang diriku belum berganti. Bahkan mungkin akan bertahan lebih lama lagi.

Menatapmu lagi itu menyenangkan, berderit-derit bunyi jantungku, berdetak-detak dengan gila. Kala akulah orang pertama yang selalu melihatmu di pagi hari.

Anna Kirana. Ah, nama yang indah, seindah parasmu, semanis senyummu yang mampu meluluh lantahkan hatiku dalam sekejap. Apa pun yang kamu kenakan terlihat indah dan menawan. Setiap detiknya aku menyanjungmu dalam syukur. Tuhan memberiku nikmat yang tiada tara. Tawa pertamamu yang saat baru saja terjaga, hanya aku yang dapat mendengarnya. Aku sungguh beruntung.

Pagi ini kamu hadir lebih terang dari mentari pagi, seakan-akan seluruh cahaya terserap olehmu. Kamu berkumpul bersama dengan teman-teman kampusmu, berbincang tentang pelajaran kemarin lalu tertawa lepas dan aku cemburu. Karena hanya mampu berdiam di suatu tempat, mengamatimu.

Setelahnya wajahmu menjadi semakin berbinar ketika melihat seorang laki-laki yang sedang berjalan di trotoar. Kamu melambai dan berlari kecil menghampiri lelaki itu bagai anak anjing. Oh, menggemaskan sekali. Sayangnya, itu bukan aku.

Kamu berdiri dengan antusias menatapnya, tetapi saat lelaki itu berbicara kamu terdiam.

"Hari ini aku tak bisa menemanimu."

Bibirmu terbuka lalu menutup, tak jadi berkata. Namun, hanya mengerutkan kening. Ada apa Sayang? Lelakimu ingkar lagi?  Oh, aku sudah gila memanggilnya seperti itu. Lalu  kamu hanya diam tak berbicara. Apa sekecewa itukah dirimu, Sayang?

Hanya karena lelaki brengsek itu kau merengut. Oh, Sayang jangan pikirkan dia, dia hanya seonggok sampah yang sedari dulu harusnya kamu buang. Singkirkan dia dari hidupmu selamanya, An.

Bagaimana makhluk seindah dirimu bisa jatuh pada lelaki sialan itu? Jelas sekali dia tak pantas. Kamu itu sempurna, baik, indah, dan cantik. Kamu disukai banyak orang, Sayang. Kamu bisa lebih bahagia, melebihi ketika bersama lelakimu itu. Jadi kumohon tenanglah. Kamu itu sempurna meski tak bersamanya.

Tak ada yang kamu lakukan saat lelaki sialan itu berdiri di hadapanmu. Lagi dan lagi tangan menjijikkannya menyentuh bahu mungilmu yang cantik.

"Kamu tahu aku sibuk 'kan, Anna."

Lelaki itu berkata lagi, lancar sekali bagai jalan tol yang sangat mulus. Oh, bajingan! Apa lelakimu buta? Tak melihat bagaimana sedihnya dirimu menahan rasa sepi sendiri? Kamu hanya diam tertunduk. Lempar saja ia dengan sepatumu, bahkan itu tak sebanding dengan rasa sakit hati yang kamu tanggung selama ini. Aku ingat bagaimana kau menangis setiap malam datang, sudah berapa kali? Ah, mungkin beberapa purnama.

Lelakimu tega meninggalkanmu sendiri. Berjalan begitu saja bagai tak terjadi apapun, meninggalkanmu lagi untuk kesekian kalinya.

Langit tiba-tiba meredup dan seketika hujan turun. Kamu tersenyum miris lalu berlari untuk meneduh, berlari ke tempat pengecut ini berdiri.

Ya Tuhan, jantungku bergetar hebat, seperti terkena gempa bumi, porak poranda sudah rasanya. Jarak yang sedekat ini, aku tak pernah membayangkan sebelumnya. Hanya aku dan kamu berdiri meneduh di pondok kecil ini.

Harum tubuhmu semerbak, menyusup dan mengganti wangi hujan menjadi manis. Bagai diterbangkan ke awang-awang kini aku mabuk, sialanlah diri ini, membayangkan hal gila bersama wanita seindah dirimu. Sialanlah aku Si Pengecut ini.  

Rambut panjang hitam legammu kini basah, titik-titik air mulai turun dari ujung-ujung rambutmu. Aku tersiksa melihatmu, Sayang. Aku tersiksa hingga ingin mati. Mata sialan ini tak mampu berpaling, pesonamu terlalu indah untuk ditolak siapa pun, kecuali lelakimu yang bajingan itu.

Aku, kamu terdiam dalam hujan, tetapi saat aku mendengar suara isak tangismu, hujan terasa sangat menyakitkan hati. Hujan tak pernah sesakit ini sebelumnya. Hujan dari matamu bagai air keras yang menetesi luka hatiku yang merindumu. Aku tersiksa, Sayang. Kumohon jangan menangis.

"Jangan menangis, Anna," kataku mengambang di antara suara hujan.

Kau menyeka air matamu, lalu wajahmu meredup menatapku. Ke manakah pancaran sinarmu? Kenapa kau menjadi murung, Sayang? Jika kau bersedih bagaimana aku bisa berdiri dan bertahan di sisimu?  

Lepaskan dia, Sayang. Lupakan! Dia hanya lelaki yang tak pantas kamu tangisi.

"Aku juga ingin membuat hujan."

"Buatlah jika setelah ini akan ada pelangi."

Kau mengangguk lalu menangis diam tersamar suara hujan yang deras.  Oh, aku ini lelaki bodoh! Seharusnya aku memelukmu, meminjamkan bahu kokoh ini padamu yang rapuh, menjadi tiang yang bisa kau sandari, tetapi aku tak mampu, An. Aku tak mampu. Aku hanya bisa bersembunyi dalam bungkus diriku yang kuat padahal aku ini sangat lemah.

***

Sudah satu windu kita selalu berjalan bersama melewati jalan ini, namun bagiku selalu bagai pengalaman pertama. Selalu mendebarkan dan membuatku gemetar. Hujan telah berlalu sejak beberapa waktu  yang lalu, tapi rasanya hawa dingin itu masih menyapaku. Kakimu melangkah pelan lalu kamu menoleh padaku, matamu yang bulat menatapku dengan penuh, cahayamu kini kembali. Oh, Sayang. Aku tahu pelangi tentu akan datang setelah hujan, 'kan? Aku bersyukur.

Bibirmu kembali terbuka dan menampakkan senyum indah. Kemudian aku tergoda dalam fantasiku untuk mengecupnya. Aku tidak waras!

"Terima kasih."

Tidak, An. Jangan katakan terima kasih pada pengecut ini. Aku bahkan tak mampu membelamu di hadapan lelaki bajingan itu, lelaki sialan itu. Aku tak pantas mendapat rasa terima kasihmu. Aku menjijikkan untukmu, An.

"Jangan menangis lagi, An."

Hanya itu yang mampu aku katakan padamu, jangan menangis. Oh, semua orang dapat mengatakannya. Semua bisa mengatakan padamu, jangan menangis. Seharusnya aku mengatakan hal yang lebih dari itu, tapi aku tak mampu.

Senja datang, langit yang biru kini berganti menjadi jingga, cahayanya sayu di matamu. Kamu mengulum senyum padaku sebelum kami melangkah ke dalam rumah. Lalu saat pintu terbuka wajahmu berubah, air mukamu berganti menjadi riang dan gembira. Waktu seorang wanita paruh baya berjalan menghampirimu juga memelukmu.

"Ayo makan, An," kata wanita paruh baya itu yang kini menjadi ibuku juga, "kamu juga, Cal."

Aku mengangguk, sementara Anna berseru senang. Wangi masakan tercium begitu harum, suasana rumah bahkan terasa hangat. Berbanding terbalik dengan hatiku yang kacau balau.

Kami lalu pergi, melangkah ke ruangan milik kami masing-masing. Walau dekat namun hati ini jauh sekali. Pintu kayu berwarna putih milikmu tertutup sempurna, dan aku hanya mampu memandangnya dalam sepi.

Saat ibu mengatakan bahwa kami harus makan malam, aku berdiri lagi di pintu kamarmu yang masih tertutup rapat. Mengetuknya pelan, lalu memanggil namamu yang selalu menjadi canduku.

"Anna," panggilku.

Kau membuka pintu dengan tampilan yang sudah rapi, sederhana namun mempesonaku hingga gila.

"Ayo, makan."

"Baik, Kak Ical."

Hatiku tercabik saat mendengarnya, tapi bibirku harus tersenyum pada Anna, karena dia adik yang harus aku kasihi. Kenyataannya takdir tak sesempurna yang aku ingin. Tuhan memberiku pilihan lain.

Anganku ingin bersamanya, berada dalam dekapannya, nyaman di sisinya, mencintainya sebagai lelaki. Namun. aku hanya bisa mencintai wanita itu sendiri, memandangnya setiap hari dalam perih. Menyimpan rinduku dalam asa yang tiada akhir.

END

AndiAR22 whiteghostwriter glbyvyn NisaAtfiatmico irmaharyuni c2_anin deanakhmad Nona_Vannie megaoktaviasd umaya_afs primamutiara_ Icha_rizfia rachmahwahyu WindaZizty 0nly_Reader summerlove_12 bettaderogers Vielnade28

iamtrhnf spoudyoo TriyaRin Reia_ariadne TiaraWales beingacid nurul_cahaya somenaa realAmeilyaM FairyGodmother3 destiianaa opicepaka RaihanaKSnowflake umenosekai aizawa_yuki666

veaaprilia MethaSaja sicuteaabis brynamahestri EnggarMawarni NyayuSilviaArnaz xxgyuu SerAyue Bae-nih Nurr_Salma Intanrsvln YuiKoyuri HeraUzuchii holladollam JuliaRosyad9 fffttmh AnjaniAjha Jagermaster CantikaYukavers

demimoy Riaa_Raiye

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro