Resonating with Hospital 5

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tubuh perawat Kim masih terus bergetar hebat. Mungkin ia tidak menyangka benar-benar melihat pembunuhan di rumah sakit. Mungkin ini pertama kali dalam hidupnya melihat korban pembunuhan sadis. Mengingat bagaimana darah berceceran dan menutupi seluruh dada korban, pasti akan meninggalkan trauma tersendiri. Yu Seong mengingat semuanya, termasuk posisi korban. Tidak ada luka lain selain di dada korban, seperti seseorang yang menjalani operasi pengambilan organ dan dibiarkan menganga begitu saja. Hal penting yang paling tidak bisa membuatnya lupa adalah pengakuan Ryu Jin di lift tentang pembunuh di rumah sakit. Pria itu tau pembunuhan ini pasti terjadi, dan pria itu juga tahu bahwa akan ada orang selanjutnya. Mungkin saja,target selanjutnya adalah Yu Seong sendiri. 

Yu Seong terlarut dalam pikirannya hingga ia tidak menyadari seseorang dengan badge di dadanya kini berdiri di depan pintu. Seorang pria tinggi yang menatap Yu Seong dengan ekspresi wajah yang aneh. Suara ketukan pintu terdengar kemudian. Membuat Yu Seong bangun dari lamunannya. Matanya langsung menatap lurus ke arah pria itu. 

"Jun Hwan?" ucap Yu Seong tanpa sadar. Langkah kaki justru terpeta dari pria itu. Perawat Kim berdiri dan mendekati Jun Hwan. Tangannya terbuka dan menyambut pria itu dengan pelukan. 

"Akhirnya polisi datang! Aku takut. Aku benar-benar takut!" Perawat itu kini menangis di dalam pelukan Jun Hwan. Sedangkan Yu Seong hanya melihat dengan wajah datarnya. Wanita itu tidak menampakkan ekspresinya sama sekali. Ia hanya diam dan melihat. Situasi di depan membuatnya canggung. Seperti obat nyamuk yang hanya diam dan melihat, tak diperhatikan. Yu Seong memilih untuk melangkah pergi meninggalkan mereka. Wanita itu sudah tidak peduli tentang hubungan cinta Jun Hwan. Lagipula, ada hal yang lebih penting untuk dipedulikan. 

Yu Seong sudah sangat terbiasa dengan hal ini. Diantara banyak talenta yang Yu Seong miliki, talenta sebagai orang yang selalu luput dari pandangan salah satu hal yg menonjol. Pesonanya selalu tertutup oleh bayang-bayang banyak orang. Membuat ia selalu luput dari perhatian orang-orang. Keluar dari ruangan itu, Yu Seong beranjak menuju ke kamar sendirian. Beberapa orang polisi berjaga di depan ruang TKP. Beberapa perawat dimintai keterangan di dekat sana. Yu Seong mengalihkan pandangan dan menghindari kontak mata dengan orang-orang di sana. Sayang seorang inspektur wanita menyadari dan menahan pundaknya saat membuka pintu ruangan. 

"Lama tidak bertemu Yu Seong-ssi. Apa kau masih mengingatku?" Kini ia berbalik dan mendapati seorang inspektur wanita. Yu Seong kenal dengan inspektur itu, Ha Neul namanya. Lebih tepatnya, salah satu wanita korban dari Jun Hwan. 

"Lama tidak bertemu Ha Neul. Aku tidak menyangka kita bertemu di sini." Sapa Yu Seong sambil melirik lawan bicaranya dari atas ke bawah. "Kau benar apalagi baru saja ada pembunuhan di ruangan sebelah. Sepertinya kau baru datang? Apa kau menjenguk seseorang Yu Seong-ssi?" Meskipun tidak tampak, namun dalam hati Yu Seong terbersit rasa tidak suka. Salah satu bagian dari instingnya yang sering kali benar. Entah nada, atau mungkin gestur tubuh lawan bicaranya yang membuat tidak nyaman. 

"Tidak, aku dirawat di sini. Ada sedikit masalah dengan jantung buatanku, sekarang aku sedang menjalani terapi khusus." Jawab Yu Seong. Sudut bibir inspektur wanita itu tertarik ke atas dan membuat senyumnya miring. 

"Kalau begitu dari mana kau, Yu Seong-ssi? Bukankah ini terlalu siang untuk melakukan tes kesehatan? Kudengar semua lab tutup dua jam yang lalu."

"Aku baru saja bertemu dengan dokter Ryu Jin. Sedikit konsultasi tentang kesehatanku." Mata lawan bicara Yuseong melirik ke arah ruang TKP. 

"Kudengar dari beberapa orang kau masuk ke ruangan sebelah?" Tanya Ha Neul yang kini kembali menatap Yu Seong.

"Aku masuk setelah mendengar teriakkan perawat Kim dan menemukan mayatnya di sana. Setelah itu aku membawa perawat Kim ke ruang perawat dan menemaninya." 

"Bisa jelaskan padaku? bagaimana kondisi korban saat kau menemukannya." Yu Seong terdiam sejenak, berusaha meraba dan mencari tahu kemana arah pembicaraan ini. Yang jelas ia tidak mungkin membeberkan informasi tentang Ryu Jin. Jika ia salah langkah, nyawanya bisa melayang kapan saja. Bahkan Yu Seong yakin, polisi juga tidak akan melindunginya. Terlebih polisi itu adalah kekasih Jun Hwan, a.k.a Kim Ha Neul. Ia masih mengingat betul apa yang mereka bicarakan saat di kedai beberapa hari yang lalu. Posisinya terlalu beresiko dan yang paling penting, ia sendirian. Bagaimanapun caranya Yu Seong harus bertahan hidup lebih lama bukan? Meskipun hanya dianggap sebagai mayat hidup pun, ia masih ingin hidup lebih lama. maka ia putuskan untuk menjawab dengan penjelasan singkat. 

"Saat aku datang, korban sudah tidak bernyawa sepertinya. Darah sangat banyak di area dada. Semua jendela tertutup, aku tidak tahu dikunci atau tidak. Aku juga tidak memeriksa toilet. Begitu perawat Kim ketakutan, aku langsung membawanya keluar ruangan. Setelah itu kami memberitahukan perawat lain. Aku dan perawat Kim pergi ke ruang istirahat para perawat, bahkan aku baru keluar ruang dari sana." 

"Yu Seong-ssi kau cukup tau banyak hal rupanya. Apa kau pelakunya?" Ucapan Ha Neul menarik perhatian banyak orang disekitarnya. Namun Yu Seong tetap dengan ekspresi wajah datarnya. Ia tidak menampakkan rasa terkejut dan marahnya. Dengan tegas ia menatap mata Ha Neul dan mencampakkan tatapan mata orang-orang di sekitarnya. 

"Apa kau memiliki bukti yang jelas tentang tuduhanmu Ha Neul-ssi?" Tanya Yu Seong. 

"Kau berbohong Yu Seong-ssi. Tidak ada dokter bernama Ryu Jin di rumah sakit ini."

"Aku memanggilnya dokter bukan karena Ryu Jin bekerja di rumah sakit ini. Dia salah satu teknisi Cheongug Industry yang memasang komponen baru di jantungku. Aku yakin kau akan menemukan namanya di daftar peneliti dan ilmuan Cheongug Industry. Sebaiknya kau berhati-hati Ha Neul-ssi, menuduh orang seperti ini bisa membawamu ke penjara." 

"Aahh, kau benar juga Yu Seong-ssi. Terimakasih sudah mengingatkan, aku hanya ingin segera mencari pelaku pembunuhan ini. Kau tahu bukan? Tugas seperti ini benar-benar melelahkan dan seperti tidak ada habisnya. Aku yakin kau tahu betul bagaimana rasanya bukan? Apalagi untuk mantan inspektur berbakat di divisi cybercrime." Yu Seong sama sekali tidak peduli dengan penjelasan Ha Neul. Wanita itu langsung berbalik membuka pintu ruangan tempatnya dirawat. 

"Kau bisa menghubungiku lagi besok. Aku harus istirahat sekarang." Ucapan Yu Seong disambut dengan tuduhan yang cukup menggelitik. 

"Kau tidak berusaha kabur kan? Yu Seong-ssi?"Kesabaran Yu Seong mulai menipis. Jika bukan karena situasi, ia yakin pasti akan melayangkan sumpah serapah yang tidak enak didengar. 

"Ha Neul-ssi, aku akan melayanimu jika kau mau membayar 10 juta Won besok."

"Apa ini? Kau memintaku menyuap?"

"Tidak, tapi aku ingin kau mengganti semua biaya perawatanku termasuk komponen baru di jantungku. Semuanya sekitar 10 juta Won. Oh iya, jangan lupa dengan biaya perawatan gawat darurat. Harganya cukup mahal disini. Apalagi saat ini aku sedang menjalani terapi yang cukup mahal harganya. Mau bagaimana lagi? Tidak ada jaminan gejala overreacting bisa hilang sepenuhnya atau aku perlu mengajukan gugatan ke pengadilan tentang tindakan penuduhan dan mengancam saksi mata tanpa bukti? Tidak perlu khawatir, aku punya banyak saksi disini."

"Tenanglah Yu Seong-ssi aku..." Ucapan Ha Neul dipotong seketika. 

"Bagus kalau begitu, kau bisa datang lagi ke sini besok. Jika kau atau teman-temanmu tetap memaksa, aku akan melaporkan kalian semua." Yu Seong masuk dan menutup pintu cukup keras. Sedangkan Ha Neul kini menatap tajam dengan ekspresi tidak suka yang sangat kentara.

***

Lee Dae Suk dengan cekatan meletakkan kotak peralatannya di dalam loker khusus cleaning service. Ruangan itu cukup terang dan rapih. Ruangan itu biasa digunakan para petugas cleaning service lantai 10 untuk meletakkan barang bawaan mereka. Dae Suk segera melepas topi dan maskernya. Kemudian ia melepaskan bajunya dan menggantinya dengan pakaian yang lebih santai. Tubuhnya kini berbalut kaus hitam yang memperlihatkan lekuk ototnya. Kemudian membalutnya lagi dengan jaket bomber hitam. Mengganti safety shoes-nya dengan warna yang senada. Mengambil salah satu nerve device-nya yang terjajar rapih di locker itu. Kini ia sudah siap untuk pergi dari tempat itu. 

Langkah yang tegap mengawali perjalanannya menuju tujuan kedua. Menuju toko kue dan ayam goreng. Sudah lama sekali ia tidak membawakan makanan favorit Hye Seong. Bayangan wajah gembira anak semata wayangnya, menorehkan senyum di wajahnya. Namun senyum itu tidak bertahan lama. Terlebih saat ia mendapati Ryu Jin berdiri di tengah-tengah lorong. Menghalangi langkahnya keluar dari sana. 

"Kau tampak gembira Dae Suk-ssi, apa misimu selesai dengan sempurna?" Ucapan Ryu Jin telah mengubah ekspresi Dae Suk menjadi lebih serius. Tidak, ia sangat serius sekarang. 

"Apa yang kau inginkan Ryu Jin," kata-kata itu disambut dengan senyum miring oleh Ryu Jin. 

"Aku akan mengatakannya sekali saja. Pikirkan baik-baik jika kau ingin Hye Seong hidup lebih lama." Ryu Jin semakin mendekati Dae Suk dan berbisik di telinganya. 

"In Hong tidak akan menyembuhkan Hye Seong, dan mengkambing hitamkan dirimu setelah ini semua selesai. Yang dia inginkan hanya linker core di tubuh semua tikus percobaan. Karena itu aku memberimu penawaran menarik. Aku akan membuat Hyeseong sembuh lebih cepat." Dae Suk kini terdiam dan berusaha menebak-nebak apa sebenarnya dibalik tawaran ini. Ia tidak ingin salah langkah dan jatuh ke dalam kemungkinan terburuk.

"Tidak seperti In Hong, aku bisa pastikan Hye Seong sembuh. Lagipula aku tertarik dengan bocah jenius sepertinya. Seandainya kau menolak itu bukan masalah, tapi aku juga tidak akan menjamin anakmu. Lagipula dengan kondisinya yang sekarang, hanya tinggal tunggu waktu saja kapan jantungnya akan berhenti. Bukankah kau sendiri yang bertekad untuk menyembuhkan Hye Seong?" Ryu Jin kini mencengkram pundak Dae Suk. Ia mendorong tubuh pria besar itu menjauh

"Pikirkan baik-baik Dae Suk-ssi, nyawa Hye Seong ada di tanganku." Dengan pandangan Dae Suk yang terus mengekor, Ryu Jin berjalan menjauh. Senyum puas yang lebar terpatri di wajah pria licik itu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro