Resonating with Vision 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bagi orang awam, rumah sakit yg adalah tempat orang-orang berobat, tempat orang berusaha menyembuhkan orang lain, atau tempat dimana kelahiran dan kematian datang silih berganti. Kenyataan bukan hanya itu yang terjadi di rumah sakit. Disinilah riset tentang tubuh manusia berkembang sesuai jaman. Begitu pula aktivitas yang berhubungan riset ini juga berkembang. Tanpa sadar banyak perjanjian di bawah meja yang terus silih berganti. Mulai dari yang kecil hingga besar, mulai dari hal-hal remeh sampai politik negara atau bahkan dunia. Semua itu terjadi di dalam ruangan serba putih di lantai 10. Tempat In Hong dan sahabatnya berdua menikmati cahaya matahari yang surut di ufuk barat.

"50 dari semua tikus percobaan gagal. Sebenarnya Linker Core macam apa yang kau buat? Kita bahkan belum bisa menyempurnakan riset ini. Kalau begini terus lama-lama aku bisa bangkrut," keluh In Hong yang duduk santai di balik jendela bening. Pemandangan kota Seoul yang luas dan penuh gedung tinggi memiliki efek penenang yang ampuh bagi pria itu. Meskipun baju warna warni yang dikenakan sama sekali tidak cocok dengan suasana ruangan dan gedung tempatnya berada saat ini.

"Sebentar lagi In Hong, sabar adalah kunci keberhasilan," balas Ryu Jin

"Cih, kata seseorang yang selalu membuatku repot," sindir si pria yang sama sekali tidak bergerak dari posisi nyaman.

"Tentu kita butuh persiapan yang lebih matang. Mendapatkan Korea di tangan kita hanya awal dari persiapan menyambut masa depan,"

"Memangnya prediksi seperti apa yang kau bayangkan Ryu Jin? Menguasai dunia?"

"Hahahaha, hanya orang yang naif berpikir demikian," tawa Ryu Jin menarik perhatian In Hong, hingga pria itu bangkit dari duduknya.

"Apa yang sebenarnya yang kau bayangkan Ryu Jin," nada bicara In Hong berubah disertai hawa keseriusan yang semakin pekat.

"Perang besar akan terjadi. Cepat atau lambat. Karena saat Linker Core sempurna, semua orang akan menginginkannya. Kita tidak hidup di jaman Thomas Alva Edison, kita hidup di jaman krisis energi. Kita tidak bisa begitu saja membiarkan Linker Core terjual di pasaran. Tapi jangan khawatir, aku sudah merencanakan semuanya." Ryu Jin menghampiri In Hong dan mengulurkan tangannya.

Bertahun-tahun In Hong dekat dengan sahabat karibnya itu, tapi ia tidak pernah mempertimbangkan sesuatu tanpa bukti yang pasti. Apa yang Ryu Jin katakan bukanlah hal yang tidak mungkin. Tapi kedudukan Cheongug Enterprise cukup besar dan ia yakin bisa mendapatkan keuntungan besar dari Linker Core. Bahkan tujuan awal dari riset itu hanya untuk monopoli perdagangan semata, tidak adakan campur tangan norma, moral atau apapun sejenis itu. Ambisi menjadi yang paling kaya di dunia, itu yang ada di benak keduanya saat memulai Cheongug Enterprise. Ini seperti peringatan awal dari bencana besar. Bencana yang tak seorangpun mengira akan datang. Selain riset Linker Core, riset tentang pembuatan organ jantung buatan untuk hewan juga dikembangkan. Riset dengan Babi dan Sapi sedang dikembangkan Cheongug Enterprise. Skema besar perilisan Linker Core dengan jantung buatan pada hewan ternak disinyalir lebih efektif dari berbagai aspek, mulai penerimaan publik terhadap Linker Core, kemudahan mengambil Linker Core dari hewan, biaya perawatan yang lebih mudah, dan limbah yang mudah diolah.

Padahal semuanya terasa normal sebelum 3 hari yang lalu, tapi sekarang ia seperti melihat orang gila yang bertitel sahabat dan kepala riset Cheongug Enterprise. In Hong mengakui kemampuan analisa Ryu Jin yang luar biasa hingga seakan akan membuat prediksi yang 70% akurat, bahkan lebih akurat dari para peramal yang sering tampil di layar entertainment dan peramal cuaca. Entah kenapa justru prediksi liar yang gila justru keluar dari bibir sahabatnya.

"Aku tidak memaksamu untuk percaya In Hong-ah. Cepat atau lambat, kau akan mengerti dengan prediksiku," tambah Ryu Jin.

"Perang apa maksudmu?" tanya In Hong.

"Perang yang akan benar-benar menghancurkan dunia. Seoul, tidak tapi semua kota besar di dunia ini akan hancur. Kau tau bukan? Teori kiamat karena perang berkepanjangan," jelas Ryu Jin. Tapi dahi In Hong semakin berkerut. Ia tidak pernah mengira Ryu Jin mengambil teori aneh yang sering sekali muncul ratusan tahun lalu. Perang dunia ke 3 dengan peralatan super canggih yang bisa menghancurkan dunia. Secara kacamata awam, itu hal yang mungkin terjadi tapi sangat jauh diraba. Dunia tidak diikat lagi dengan kolonialisme, tapi dengan kapitalisme. Bukan militer yang menjadi kekuatan utama tapi ekonomi adalah hal yang menjadi kebutuhan utama. Kemenangan bukan diraih dengan kekuatan militer, tapi siapa yang bisa menguasai ekonomi yang menyokong kekuatan militer. Karena itu 100 tahun lebih tidak pernah ada perang dunia. Tapi krisis energi dan Linker Core bisa menjadi faktor X yang selama ini hilang dalam rumus peperangan. Seandainya Linker Core digunakan untuk perang, pemiliknya tidak perlu takut lagi kekurangan sumber daya yang langka saat ini. Dengan kata lain, mereka bisa jauh lebih kuat dari negara-negara adidaya saat ini. Kalau begitu posisi Cheongug Enterprise berada dalam bahaya besar, sangat besar. Cheongug Enterprise tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menghadapi bahaya seperti ini.

Kesalahan kalkulasi.

"Apa masih bisa kita hentikan riset Linker Core dan menghapusnya?" tanya In Hong dengan penuh kebingungan.

"Kita sudah melangkah terlalu jauh. Satu-satunya jalan hanya terus maju kedepan." Jawaban Ryu Jin membuat CEO Cheongug Enterprise itu tertegun.

"Apa kau gila?!" bentak sang CEO.

"80% riset sudah tercapai In Hong-ah. Riset ini sudah menjadi riset rahasia negara. Meskipun kita bisa membunuh semua orang yang terikat dengan riset ini, masih ada oknum-oknum yang tidak bisa diraba. Cepat atau lambat setelah informasi bocor, kita akan ditebas habis jika berada di posisi seperti ini terus. Tidak ada cara terbaik selain terus maju. Kita harus membuat kekuatan yang cukup besar untuk menghadapinya."

Helaan napas berat In Hong terdengar setelah penjelasan Ryu Jin.

"Sialan, kukira aku bisa bersantai hari ini," keluh In Hong.

"Maafkan aku yang baru menyadari semuanya. Tapi kau tidak perlu khawatir, aku sudah mempersiapkan semuanya," kata Ryu Jin sambil menepuk pundak sang CEO.

"Apa saja yang kau siapkan?" gerutu si pria yang mulai sakit kepala karena semua informasi yang masuk di kepalanya.

"Kita perlu membuat dunia menjadi lebih tenang sebelum bergejolak, mengambil alih negara besar di Asia, membangun teknologi militer, merilis Linker Core."

Ryu Jin kemudian menyodorkan sebuah amplop cokelat yang cukup tebal. Tanpa basa-basi In Hong membuka dan membaca isinya. Sebuah tes mutasi virus yang dikembangkan diam-diam oleh Ryu Jin. Setelah membaca cukup banyak, In Hong mulai mengutarakan pendapatnya.
"Virus ini... mematikan fungsi otot jantung. Kemungkinan mutasi varian ini sepertinya sulit dikembangkan juga sulit untuk disebarkan. Apalagi berdasarkan riset sebarannya menggunakan benda cair. Meskipun kita sudah membuat vaksinnya, kalau permintaan vaksinnya tidak banyak kita tidak bisa mengambil untung."

"Virus itu disebarkan bukan untuk mengambil keuntungan. Tapi mengambil kekuasaan. Virus ini mudah tersebar di air yang jernih ataupun keruh. Kita butuh kekacauan untuk menguasai satu negara dengan cepat."

"Kalau begitu kita akan membunuh orang-orang tidak bersalah lagi, kah?"

"Kita sudah melakukan itu jauh sebelum ini In Hong."

CEO Cheongug Entreprise itu memberikan kembali kertas yang dibawanya kepada Ryu Jin.

"Apalagi yang mau kau katakan bangsat?" tanya In Hong yang kembali mendudukkan tubuhnya.

"Kau harus mulai berhati-hati dengan kebocoran informasi. Kita diawasi banyak mata di kepolisian, pasien, dan pegawai rumah sakit," sahut Ryu Jin yang berjalan menjauhi sahabtnya.

"Adalagi yang perlu kau bersihkan?" tanya In Hong tepat saat Ryu Jin berada di depan pintu.

"Tidak ada, aku hanya ingin memberitahumu. Jangan pernah ikut campur dengan semua persiapanku. Aku akan membuka pintu setelah semuanya sudah siap," jawab Ryu Jin. Pria itu kemudian membuka pintu dan keluar ruangan.

Di lain tempat Yu Seong sedang duduk di tengah-tengah lobby rumah sakit. Di depannya terdapat dua tas besar berjajar. Di sebelahnya Hye Seong sedang duduk di kursi roda memandangi tas besar yang juga ada di depannya.

"Jadi... Noona di usir dari apartemen?" tanya Hye Seong.

Bocah ini telah menyaksikan aksi seorang wanita yang tiba-tiba datang sambil membawa tas-tas besar itu. Berdalih bahwa Yu Seong telah melebihi kontrak dan terlambat membayar biaya sewa. Wanita dewasa di sebelahnya kemudian menawarkan harga sewa yang lebih besar agar ia bisa tetap tinggal di sana, tapi ditolak. Sudah 3 bulan lebih apartemen itu kosong, karena Yu Seong masih dirawat di rumah sakit. Sang pemilik apartemen berpikir bahwa uang yang apartemen itu bisa lebih produktif jika dihuni oleh orang lain. Tanpa izin, wanita itu menjual perabotan Yu Seong, mengemasi semua barang-barang Yu Seong, dan mengambil uang hasil penjualan perabotan itu sebagai pembayaran sewa apartemen yang tertunggak. 

Yu Seong tidak menjawab, ia membuka kedua tas itu dan melihat isinya. Semuanya berisikan baju. Decakan lidah kemudian terdengar, diikuti keluhan dari wanita itu.

"Bangsat, dia bahkan menjual handgun dan pisauku. Apa dia gila? Itu harganya lebih mahal 3 kali lipat dari sewa apartemen itu. Selanjutnya apa lagi? Menjadi gelandangan dan dibunuh di kolong jembatan? Sepertinya dunia benar-benar membenci- ..." ucapan Yu Seong terpotong saat Hye Seong menarik lengan kemeja wanita itu, dan menarik perhatiannya.

"Dunia, tidak membenci Noona... hanya saja berada di titik yang rendah. Mu-mungkin sebentar lagi akan ada kejutan yang membahagiakan," kata si bocah.

Yu Seong menghela napas panjang. Ia tidak mungkin merusak pikiran bocah itu dengan semua pikiran negatif di kepalanya. Meskipun ia tahu betul kedepannya akan semakin sulit. Urusan dengan Ryu Jin, pembunuh berantai yang masih berkeliaran dan sekarang ia Secara tidak langsung telah menggelandang. Ia tidak mungkin pergi dari rumah sakit sedangkan untuk berjalan berkeliling dari lobby ke kamarnya menggunakan lift, sudah membuatnya pingsan berkali-kali. Sungguh, Yu Seong merasa sangat lelah dengan semua ini. Seperti ia sudah mengalaminya berkali-kali.

"Sebaiknya kau kembali kamar bocah sok tahu," titah si wanita dewasa.

"Tidak, aku ingin kembali bersama Noona," balas si bocah.

"Berhenti keras kepala, kau itu masih bocah. Kembali ke kamarmu sana! Jangan ikut campur urusan orang dewasa," gerutu Yu Seong.

"Tidak mau! Aku ingin menemani Noona disini!" bantah Hye Seong.

"Heh! Kalau kau sekarat di sini, ayahmu bisa membunuhku! Dasar bocah sialan!" Bentak Yu Seong.

"Tidak mau! Pokoknya aku tetap disini!" bantah bocah itu lagi

"Apalagi yang kalian ributkan disini?" tanya Ryu Jin yang tiba-tiba sudah berada di depan mereka berdua.

Si bocah dan wanita dewasa kini memandang tidak suka ke arah Ryu Jin.

"Bisakah kalian jelaskan dulu sebelum memberikan wajah berkerut seperti itu? Aku berusaha menjadi penengah disini," jelas Ryu Jin. Si wanita dewasa mendengus keras dan merebahkan punggungnya di kursi lobby.

"Aku diusir dari apartemen yang kusewa, dan bocah ini keras kepala ingin menemaniku disini," jelas Yu Seong.

"Kalau begitu kau bisa tinggal di apartemenku. Bukankah ini ide yang bagus? Kita bisa melakukan hal-hal dewasa berdua," tawar sang dokter.

"Dasar curang!" tuduh Hye Seong yang semakin bersungut-sungut.

"Yak, kau ini masih bocah! Burung di selangkanganmu juga belum tumbuh!" balas Ryu Jin dengan sengit.

Bugh

Tanpa permisi si wanita dewasa menendang kaki si pria dewasa.

"Bisakah kau tidak mengotori pikiran bocah dibawah umur?!" bentak Yu Seong

"Cih, bocah itu bahkan punya banyak koleksi film biru di Nerve device-nya!" bantah Ryu Jin.

"Aku menonton karena dokter Ryu Jin yang memberitahu filmnya!" Bantah Hye Seong.

"Bisa kalian berdua diam?" kata si wanita dewasa dengan nada datarnya. Seketika dua laki-laki berbeda umur itu terdiam.

"Dokter Ryu Jin, tolong panggilkan perawat untuk mengantar Hye Seong kembali ke kamarnya," perintah Yu Seong yang masih tetap dengan nada datarnya. Si pria dewasa hanya mengangguk dan menuruti perintah. Tak lama si pria dewasa kembali bersama seorang perawat. Tanpa sepatah kata pun perawat itu dan Hye Seong pergi meninggalkan dua orang yang lebih dewasa. 

Tanpa persetujuan si wanita, Ryu Jin membuka dua tas besar dan memeriksa barang-barang yang tersimpan.

"Apa kau hanya punya pakaian saja? Setahuku kau tidaklah semiskin ini," celoteh si pria berjas putih.

"Nenek bangsat itu menjual semua perabotanku. Bahkan dia menjual koleksi senjata dan novelku," jelas Yu Seong.

"Kau mengoleksi senjata?" tanya Ryu Jin.

"Itu koleksiku sejak masih bekerja di kepolisian dulu, memangnya kenapa?" sahut Yu Seong.

"Kau masih berlatih bela diri meskipun menggunakan jantung buatan?" tanya Ryu Jin lagi.

"Tidak sering, hanya sewaktu dadaku terasa ringan saja dan tidak sampai 30 menit. Aku harus tetap melatih otot dan melindungi diri bukan?"

"Ah, pantas otot lenganmu masih jenjang. Tapi pemilik apartemen itu menjual semua perabotanmu dan tidak memberikan sisanya sama sekali?"

"Tidak, sepertinya dia punya banyak utang. Hanya saja wanita bangsat itu tidak memberitahuku dulu sebelum menjual barang-barangku," keluh Yu Seong

"Kalau kau mau, aku bisa membalas semuanya untukmu. Kau tahu, aku punya kekuasaan yang lebih besar dari yang kau bayangkan," pamer Ryu Jin.

"Aku tidak perlu itu, yang aku perlukan sekarang hanya tempat tinggal. Oh iya aku juga tidak bisa membawa dua tas ini ke kamar."

"Kau tidak perlu khawatir masalah itu, kau harus tinggal di apartemenku. Seperti kataku tadi, kita bisa melakukan hal-hal dewasa berdua. Hanya orang bodoh yang menyia-nyiakan dirimu Yu Seong, dan aku bukan salah satu dari orang bodoh seperti itu."

Yu Seong terdiam sejenak memandang wajah Ryu Jin yang cerah. Setelah pengalamannya di lantai 10, jelas Yu Seong tidak bisa tidak menaruh curiga. Mungkin ini semua salah satu instrumen okestra Ryu Jin. Hidup sebagai tikus percobaan memang menyedihkan, tidak ada 'happy ending' atau sekedar 'bittersweet ending' seperti karya fiksi. Cepat atau lambat akan tergerus waktu, hingga tersudut dan tersungkur. Setidaknya ia bisa mendekati sang ilmuwan dan mencari celah. Hanya itu yang saat ini jalannya terbuka lebar.

"Kalau begitu aku mohon bantuan darimu Ryu Jin. Ah, kalau bisa kau sering-sering mampir ke kamarku sebelum aku mulai melirik Hye Seong," ucap Yu Seong dengan senyuman yang terpeta di wajah.

"Hah?! Apa kau benar-benar menyukai Hye Seong? Bocah ingusan itu?" Tentu saja, Ryu Jin kaget dengan preferensi Yu Seong. Ia sebetulnya tidak masalah jika wanita idamannya dekat dengan orang lain. Tapi bukan berarti wanita idamannya harus menyukai seorang bocah.

"Bukankah ayahnya juga pria yang cukup tampan? Setidaknya dia orang yang setia dan bertanggung jawab. Aku benar-benar iri dengan bocah itu. Maksudku, bocah itu punya ayah yang baik," usul lawan bicara Ryu Jin.

"Fyuh, aku kira kau menyukai bocah ingusan. Aku takut punya kelainan mental seperti pedofil atau sejenisnya," ucap sang dokter sambil mengelus dada.

"Justru aku berpikir kau orang yang sadistik atau psikopat. Meskipun menurutku kau terlalu tampan untuk menjadi seseorang yang seperti itu," celetuk Yu Seong.

"Hmn, apa kau juga masosist? Kau tahu pembicaraan ini semakin lama semakin aneh. Kau membuat bulu kudukku merinding dan tekanan darahku naik bersamaan," keluh Ryu Jin sembari mengelus tengkuknya.

"Hahaha aku hanya berusaha mencari cara supaya lebih dekat dengan pacar baruku. Kita jarang sekali berbincang-bincang selain masalah jantung buatan. Jadi aku berharap bisa lebih banyak membahas hal-hal menarik dan dewasa. Kudengar itu trik paling ampuh untuk mengambil hati wanita kesepian."

Tawa Yu Seong justru membuat Ryu Jin lega. Dengan bibir sedikit menjungkit ke atas Ryu Jin membalas,

"Tapi setidaknya bisakah kau mengambil topik yang lebih baik? Kau seperti menuduhku melakukan hal-hal tidak senonoh."

"Yu Seong bukankah seharusnya kau di rawat di lantai 4?" Suara yang berasal dari sumber suara yang berbeda menarik perhatian Yu Seong dan Ryu Jin. Tapi wanita pengguna jantung buatan itu tidak menyangka suara itu berasal dari Jun Hwan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro