Resonating with Vision 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Yu Seong mematung sejenak melihat figur Jun Hwan yang kini berdiri di dekatnya. Selama 3 tahun Jun Hwan tidak pernah mengunjunginya. Ketika pembunuhan di lantai 4 terjadi, Jun Hwan juga tidak mengunjunginya. Lebih tepatnya, Yu Seong mencegah semua polisi yang akan mewawancarai. Salah satunya dengan trik pingsan karena detak jantung yang dipacu berlebihan. Sebuah tindakan yang sangat berbahaya sebenarnya bagi Yu Seong. Tapi wanita itu tidak begitu peduli dengan dirinya sendiri. Bukan karena ia tidak ingin hidup, tapi karena ia sadar betul keterlibatan polisi akan mempersulit keadaan.

Ryu Jin mengetahui tentang pembunuhan di lantai 4, dan memberi petunjuk kepada Yu Seong. Fakta bahwa korban juga pengguna jantung buatan sepertinya semakin memperkuat dugaan Yu Seong. Bagaimanapun, jajaran atas Cheongug Enterprise memang sengaja membuat pembunuhan di lantai 4. Kalau itu Cheongug Enterprise, semua pejabat di Korea tidak akan bisa berbuat apa-apa, atau bahkan tidak akan pernah mau mengambil langkah yang kontras. Kalau Yu Seong gegabah dan meminta bantuan ke sembarang orang, justru akan membahayakan orang itu. Jun Hwan adalah salah satu yang masuk ke dalam kategori itu. Meskipun ia mulai membenci Jun Hwan dengan segala intrik perselingkuhannya, tapi ia tidak bisa membiarkan Jun Hwan ikut dalam pusaran setan ini. Sama seperti dulu ia menutupi semua bukti pemerkosaan ayah tirinya, Yu Seong tidak bisa membiarkan ibu dan saudara tirinya kehilangan pemberi nafkah sekaligus masa depan yang cerah. Yu Seong tidak punya hati untuk membinasakan masa depan seseorang. Termasuk masa depan Jun Hwan.

"Yu Seong bukankah seharusnya kau di rawat di lantai 4?" tanya Jun Hwan.

"Hey relax, pasien yang terlalu sering di rumah sakit seperti Yu Seong juga butuh hiburan. Kau tahu, terkurung di ruangan serba putih terlalu lama bisa membuat orang jadi gila," jelas Ryu Jin tanpa diminta si pasien.

"Kau siapa? Seperti tahu isi pikiran Yu Seong?" tanya Jun Hwan dengan nada sinis.

"Hah? Dokter yang merawat Yu Seong, memangnya kenapa? Kau tidak berpikir pasien harus terus berada di kamar seperti hewan di kebun binatang bukan?" balas Ryu Jin yang justru terdengar seperti mengejek lawan bicaranya.

"Ada apa Jun Hwan? Tumben sekali kau datang ke rumah sakit," ucap Yu Seong berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Tumben atau tidak pernah? Yu Seong, kau ini terkenal dengan reputasimu sebagai orang yang sebatang kara. Aku bahkan tidak menyangka ada orang yang cemburu padamu selain aku dan Hye Seong," sindir Ryu Jin lagi. Sedangkan Jun Hwan menatap tajam ke arah sang dokter.

"Dokter Ryu Jin yang tampan, bisakah kau panggilkan office boy untuk membawa dua tas besar ini? Aku ingin kembali ke kamar dan berbicara panjang lebar dengan Jun Hwan," balas Yu Seong berusaha menarik bibirnya agar terlihat tersenyum. Tapi wajah kecut Jun Hwan semakin terlihat.

"Kau yakin Yu Seong-ah?" tanya Ryu Jin yang malah terlihat bingung.

"Ada hal yang harus aku bicarakan dengan Jun Hwan," jawab Yu Seong tanpa menoleh ke arah sang dokter.

"Baiklah, tapi jangan terlalu memaksakan diri. Aku tidak ingin ada kejadian overreacting  lagi. Itu terlalu berbahaya dan benar-benar mengancam nyawamu. Kalau samp-" ucapan Ryu Jin terpotong.

"Dokter Ryu Jin, tolong." Hanya 3 kata itu cukup membuat Ryu Jin undur diri. Tapi dua orang dewasa itu saling berpandangan seperti dua ekor harimau yang siap bertarung. Seperti Ryu Jin tahu betul apa yang terjadi antara Yu Seong dan Jun Hwan. Si wanita dewasa sebenarnya tidak keberatan dengan aksi Ryu Jin. Hanya saja ia takut Ryu Jin melakukan sesuatu di luar dugaan dan membahayakan Jun Hwan.

Yu Seong berdiri dan menggeret Jun Hwan menuju lift. Setelah keduanya masuk ke dalam lift yang kosong. Baru Yu Seong membuka pembicaraan lagi.

"Apa kau gila? Bagaimana kau bisa berlagak seperti itu setelah selingkuh dengan Ha Neul?!" seru si pengguna jantung buatan.

"Oh?! Bukankah kau sendiri yang selingkuh dengan dokter itu? Ah, wajar saja bukan ia sudah melihat setiap inci tubuhmu," balas Jun Hwan tidak kalah sengit. Sayangnya kata-kata itu justru membuat Yu Seong terperangah. Ia tidak pernah menyangka Jun Hwan akan melemparkan tuduhan tanpa dasar seperti itu. Pria yang bahkan tidak pernah sekalipun menjenguk ke rumah sakit selama Yu Seong dirawat, kini menuduh dengan tuduhan gila tanpa dasar setelah ketahuan selingkuh. Beruntungnya Jun Hwan, karena Yu Seong segera mengalihkan pembicaraan tidak penting seperti ini.

"Terserah apa katamu. Tapi aku yakin kau kesini bukan karena hal yang remeh seperti itu bukan?" tanya si wanita.

"Hal remeh?! Kau mengkhianatiku itu hal remeh bagimu?!" bentak Jun Hwan. Untuk kedua kalinya Yu Seong kembali terperangah tidak percaya. Bertepatan suara tanda lift sampai di lantai 4, ekspresi wajah wanita itu berubah drastis. Alisnya menajam dan pandangannya berubah seperti serigala yang  marah. Tanpa basa basi tangan Yu Seong bergerak melayangkan tinju ke arah Jun Hwan. Tapi pria pemilik badge perak itu berhasil menghalau serangan Yu Seong. Lawannya juga tidak kalah akal, ia mengalihkan serangan dan dalam sekejap menepis kedua tangan Jun Hwan. Tidak sampai sedetik sebuah tendangan keras bersarang di antara selangkangan Jun Hwan. Membuat pria itu kesakitan dan menekuk perutnya. Sayangnya Yu Seong tidak memberikan kesempatan Jun Hwan untuk memulihkan diri. Sebuah tendangan keras di perut Jun Hwan mendorong keras hingga menarik perhatian orang-orang yang ada di dekat pintu lift. Kemudian wanita itu melangkah keluar lift. Membiarkan Jun Hwan terkapar kesakitan di dalam lift.

"Bangsat, kau pikir aku mau mengalah dengan buaya sepertimu?! Kau tidak pernah datang ke rumah sakit, selingkuh dengan Ha Neul, lalu menuduhku selingkuh darimu setelah kita putus?! Kalau kau masih punya urat malu, jangan pernah muncul lagi di depanku bangsat!" seru Yu Seong sambil mengacungkan jari tengah di depan Jun Hwan. Sambil meringis kesakitan Jun Hwan hanya bisa menatap mantan pacarnya berjalan menjauhi pintu lift yang menutup. Namun tepat sebelum pintu lift tertutup sempurna, bayangan Yu Seong yang jatuh ke lantai menghantui pikiran lelaki itu.

......

Untuk kesekian kalinya Yu Seong bangun di ruangan suram serba putih dikelilingi berbagai mesin. Hanya saja ada sesuatu yang berbeda dari biasanya. Seseorang berdiri di sebelah brankar tempat ia terbaring. Tidak ada kata yang terucap dari orang itu, namun raut wajah yang sulit diterka yang tampak di sana.

"Jun Hwan, bagaimana bisa kau ada di sini? Apa aku sedang berhalusinasi atau semacamnya?" Ucap Yu Seong tanpa sadar.

"Tidak, ini bukan halusinasi. Aku memang di sini, Yu Seong-ah," balas Jun Hwan yang masih diam di tempat.

"Kau benar-benar tidak punya urat malu ya?" sindir sang pengguna jantung buatan.

"Ya, kau boleh bilang begitu. Aku tidak suka kau dekat dengan orang itu," sesal pria dengan badge perak itu.

"Hmn? Siapa maksudmu? Ryu Jin? Kau cemburu aku dekat dengan Ryu Jin?" tanya Yu Seong yang sama sekali tidak menyangka Jun Hwan akan membuang harga dirinya seperti itu.

Jun Hwan terdiam dan tidak memberikan jawaban lagi. Yu Seong menghela napas panjang dan memalingkan wajah. Ia mulai lelah dengan semua omong kosong tentang cinta dan hubungan seorang kekasih. Masih ada yang perlu dikhawatirkan ketimbang hubungan intim yang tidak pasti. Namun pria dengan badge perak itu masih tetap tak bergeming.

"Apalagi yang ingin kau katakan Jun Hwan-ssi?" tanya Yu Seong dengan wajah datar.

"Ini tentang pembunuhan yang terjadi beberapa waktu lalu," ucap Jun Hwan ragu.

"Apa kau akan menuduhku melakukan hal-hal yang aneh lagi?" balas wanita yang terbaring di brankar dengan nada sinis yang datar.

"Tidak, hanya saja berdasarkan keterangan yang kau berikan ke Ha Neul. Kau pergi ke lantai 10 menemui dokter Ryu Jin bukan?" Jun Hwan mulai berlagak bingung berusaha menarik hati Yu Seong.

"Iya, memangnya kenapa?" tapi balasan datar yang diterima Jun Hwan.

"Apa kau tahu dia kepala departemen riset Cheongug Enterprise?" tanya Jun Hwan lagi.

"Ya, aku tahu. Ada masalah apa?" sekali lagi balasan datar yang terdengar di telinga Jun Hwan.

"Apa kau benar-benar hanya bertemu dengannya di lantai 10? Maafkan aku, tapi aku tidak bisa menemukan rekaman kamera CCTV yang menguatkan pernyataanmu. Sekarang ada banyak polisi yang menaruh curiga denganmu," jelas Jun Hwan yang mengubah nada seperti terdengar khawatir

"Kalau begitu, apa kau menemukan rekaman CCTV saat aku keluar dari ruangan atau naik lift?" Seperti dugaan Jun Hwan, jawaban datar yang kembali ia dengar.

"Tidak ada bukti rekaman CCTV kau meninggalkan ruangan ini. Yu Seong, kau pasti mengetahui sesuatu bukan tentang pembunuhan ini bukan?" kali ini Jun Hwan terdengar sangat berharap Yu Seong mengiyakan pertanyaannya. Tapi bagaimanapun wanita yang terbaring di brankar itu masih menolak tuduhannya.

"Aku sudah mengatakan semuanya Jun Hwan. Aku tidak punya hubungan apapun dengan pembunuhan itu. Pembunuh itu bisa saja mengambil nyawaku."

"Tapi kau masih bisa memukulku sekeras kemarin Yu Seong-ah. Apa kau sadar? Itu tidak wajar untuk seseorang yang menggunakan jantung buatan. Lagipula korban dalam posisi koma. Kau tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk sekedar menusuk dada orang yang tidak akan pernah melawan. Kau mengerti maksudku bukan? Aku tidak bisa melindungimu dari tuduhan itu kalau kau tidak punya keterangan yang menguatkan posisimu," bantah Jun Hwan dengan nada sehalus mungkin.

Yu Seong hanya terdiam. Ia tidak menjawab dan tidak  menanggapi Jun Hwan. Rasa bimbang kini memberatkan hati wanita itu. Langkah apa yang harus ia lakukan supaya Jun Hwan menjauhi kasus ini. Minimal, bagaimana Jun Hwan berhenti menyelidiki kasus ini. Sayangnya tidak ada satupun ide yang muncul di benak Yu Seong. Apa yang akan terjadi jika Jun Hwan tau apa yang dibicarakan Ryu Jin di lift hari itu. Apa yang akan Jun Hwan lakukan setelah tau dirinya hanyalah tikus percobaan. Apa yang akan Jun Hwan lakukan setelah tau tentang apapun dibalik riset Cheongug Enterprise. Sungguh Yu Seong tidak ingin membahayakan orang lain, terlebih Jun Hwan. Ia ingin tetap hidup, tapi juga tidak ingin membahayakan orang lain. Mungkin sekarang, ancaman yang muncul hanya malfungsi jantung buatan. Namun Yu Seong yakin ada ancaman lain yang lebih besar dibalik malfungsi jantung buatan ini. Bagaimanapun Cheongug Enterprise tidak mungkin membunuh orang-orang tidak bersalah jika bukan karena kepentingan tertentu.

Yu Seong kembali melirik Jun Hwan dan menghela napas. Ia berharap Jun Hwan tidak melakukan hal bodoh seperti berusaha naik pangkat lewat kasus pembunuhan ini.

"Apa yang harus aku lakukan supaya bisa keluar dari tuduhan itu?" tanya Yu Seong.

"Aku butuh bantuanmu untuk mencari informasi tentang semua pengguna jantung buatan. Kita perlu tau kriteria seperti apa yang diinginkan pembunuhnya. Setelah itu baru kita mulai menangkap pelaku. Dengan begitu, aku bisa menjamin partisipasimu dalam penyelidikan dan meminta keringanan hukuman," jelas Jun Hwan. Si wanita pengguna jantung buatan mengangguk mengerti dan tersenyum ramah.

"Baiklah, tidak ada yang bisa kulakukan selain ini. Tapi aku butuh Nerve device baru. Kalau sampai pembunuh itu melacakku, petunjuk yang kita kumpulkan akan sia-sia. Jun Hwan apa kau bisa memberiku Nerve device baru?" tanya Yu Seong. Tanpa permisi Jun Hwan menggenggam tangan kanan Yu Seong dan tersenyum.

"Tentu saja aku akan memberikan itu. Kau tau Yu Seong-ah, aku tidak akan pernah mengkhianatimu. Aku kan melepaskanmu dari tuduhan tidak berdasar dan kau tidak perlu takut dengan ancaman pembunuh itu. Aku akan menjagamu dan melindungimu Yu Seong-ah," janji si pria dengan badge perak. Yu Seong hanya menanggapi dengan bibir dan pipi yang ditarik lebih lebar dan menggenggam tangan Jun Hwan. Itu cukup meyakinkan pria pemilik bagde perak bahwa Yu Seong menyetujui janji-janjinya.

"Kalau begitu aku harus pergi dulu melaporkan ini kepada atasanku. Besok aku akan kembali lagi membawa Nerve device yang kau inginkan. Aku menyayangimu Yu Seong," pamit Jun Hwan. Wanita pengguna jantung buatan itu hanya mengangguk sambil terus tersenyum lebar. Ia menurunkan bahunya dan sedikit mengangkat dadanya, seperti seseorang yang tersenyum lega. Setelahnya Jun Hwan keluar dari ruangan itu.

Beberapa detik setelah pintu ditutup, ekspresi wajah yang tampak bahagia berubah drastis. Wanita yang terbaring di brankar itu kemudian bangkit dan duduk sambil mengusap jijik tangannya.

"Seharusnya aku tidak berpikir untuk menyelamatkan orang bodoh seperti dia. Tapi dia terlalu bodoh sampai berpikir bisa mengambil keuntungan dari kasus ini. Jun Hwan, kau benar-benar bodoh."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro