Saturday Night

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Malam ini, aku dan adik perempuanku ditinggal sendirian dirumah. Orangtuaku pergi, katanya ada undangan pesta dari kolega Ayah. Mungkin akan pulang tengah malam.

Biasanya aku dan adikku menghabiskan waktu dengan memasak menu makanan baru dari resep di televisi, sekedar bersantai di halaman belakang rumah kami, atau menghabiskan berjam-jam untuk menonton film yang biasa kami beli sambil memakan camilan ringan.

"Nee-chan, aku baru beli film horor. Nonton yuk?" ucap adikku sambil menunjukkan kaset film dengan senyum menyebalkan.
"Oke, lagian besok libur juga kan?" ucapku. "Tapi nee-chan gak akan mau temenin kamu tidur ya malam ini?" lanjutku.
"Ish! Gak bakalan lah, aku kan udah berani," ucapnya lalu mendengus sebal. Aku terkekeh melihat tingkahnya.

Sudah hampir pertengahan film dan camilan kami pun sudah mulai surut. Entah itu efek suara film atau suara itu memang berasal dari rumah kami. Adikku menoleh padaku seolah bertanya tentang asal suara itu.

"Nee-chan, kok berisik ya?" ucap adikku.
"Coba lihat dulu yuk? Khawatir nih."
Saat aku mencoba ke gudang rumahku, aku langsung membuka kunci pintu lalu melihat pemandangan yang membuatku ingin berteriak.

"Nee-chan! Bahan utama kita mau kabur!" teriak adikku sambil menghalangi 'bahan utama' yang terus menghindar saat akan ditangkap.
"Kacau! Bisa gagal deh besok acara besarnya ayah," ucapku. "Tahan dia jangan sampai kabur!" lanjutku sambil mencoba mencari sesuatu untuk menghentikannya.

"Badannya lebih besar daripada badanku, asal kau tahu baka nee-chan!" ucapnya setengah berteriak. Kehabisan akal, kuambil kapak untuk keadaan darurat lalu ketebas kakinya. Ia mendarat dengan tidak elitnya sambil berteriak memohon ampunan.
.
.
.
.
.
.
.
"Nee-chan.. Ayam kalkunnya sekarat."

"Kita panggil paman Sakaguchi saja untuk sekalian membersihkannya, bagaimana?"

"Hai! Lagipula kenapa ayah menyimpan kalkun digudang sih? Menyebalkan."

"Seharusnya kau bertanya kenapa ayah senang berburu ayam kalkun," ucapku seraya tertawa, sedangkan adikku hanya mendengus sebal.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro