V. | Hari Baru, Sebuah Tugas

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pulau Melayang, Sektor 03, KALDERA.

20 Februari, Y. 1342; pukul 09:54

.

Bila kamu berkunjung ke Kaldera, kamu mungkin akan kebingungan mendapati bahwa sebuah buku dianggap benda langka nan aneh.

Kaldera yang sudah lebih maju di bidang teknologi telah mengunduh semua data cetak selama ratusan tahun terakhir ke dalam sebuah kumpulan raksasa yang dinamakan 'Pustaka Antara'. Semua orang dapat mengakses Pustaka Antara kapan saja dan dimana saja, asal mereka sudah mendaftarkan terminal mereka pada Pusat Intelijen Kaldera.

Bagi Lianna Hagen, akan tetapi, membaca buku cetak adalah rutinitas yang selalu melekat pada dirinya sejak ia bisa membaca.

Ia sudah sering dianggap aneh sejak kecil karena membawa buku cetak yang halamannya sudah menguning dan bersampul usang ketika tengah bermain bersama anak lain. Di tengah anak-anak lain memamerkan terminal yang baru dibelikan orang tua mereka, atau bagaimana mereka sudah bisa mengakses jejaring informasi Kaldera yang luas, Lianna akan duduk di pinggir, membuka buku yang ia bawa dan membaca beberapa halaman yang sudah ia baca berulang-ulang.

Ada beberapa istilah yang mereka gunakan untuk menyebut 'buku'. Teman-teman Lianna pernah menyebutnya sebagai 'sampah pohon'. Ada juga beberapa pedagang yang ditemui Lianna menyebutnya sebagai 'relik tidak berharga'. Satu-satunya toko yang menjual buku seperti yang biasa Lianna baca bahkan sudah tutup sekarang, dan Lianna hanya bisa mendapat buku di pasar gelap. Saking tidak berharganya, akan tetapi, buku-buku itu dijual sangat murah.

Sekarang, Lianna pun masih giat membaca dan mengumpulkan buku, menyisihkan sebagian gajinya sebagai teknisi dan menyusuri pasar gelap Kaldera.

Rutinitas paginya adalah membaca beberapa halaman setiap pagi sebelum memeriksa berita harian di terminal-nya. Para teknisi biasanya lebih senang terminal berbentuk seperti tabung yang mudah disematkan layaknya pena. Dari pena tersebut, sebuah layar tipis bisa ditarik untuk memperbesar antarmuka, dan jejaring informasi Kaldera dengan mudah ada dekat dengan jemari.

Lianna duduk di lantai atas ruang berukuran dua puluh meter persegi yang merupakan tempat dimana ia tinggal di belantara Sektor 3 yang cukup padat. Dengan bantuan dua orang rekannya, mereka menyulap tempat itu cukup sebagai markas tim teknisi 0027 dengan membuat wilayah tingkat kedua. Lantai satu markas terdapat sofa tempat salah satu dari mereka biasanya bersantai sambil bobo cantik kalau tidak ada panggilan misi, dan lantai dua dipakai penuh untuk ruang kontrol. Lianna tidak keberatan atas perombakan itu, ketimbang mereka harus menyewa tempat lain sebagai markas, asal mereka masih menyediakan tempat untuk dapur, ruang cuci dan rak untuk buku-bukunya.

Wanita berambut biru itu menutup terminal-nya dan kembali memandang Sektor 3 dari sisi jendela. Kursi yang biasa mereka gunakan untuk duduk membicarakan kerjaan sangat nyaman untuk dipakai bersantai baca buku, juga tepat di sebelah jendela jadi bisa sambil melirik-lirik jalanan sektor yang mulai dipadati orang yang berangkat bekerja mencegat tram yang membelah Pulau Melayang, atau menyusuri gang-gang kecil nan sempit di antara gedung dan rumah vertikal untuk menuju jalan utama.

Hari itu, selepas selesai menyiapkan sarapan, Lianna belum mendengar kabar dari rekan mereka yang satu lagi, sepertinya ia menuju kantor pusat untuk mencari pekerjaan yang bisa mereka ambil.

Lianna melirik ke arah lantai bawah, si rekan yang tertidur pulas sambil kepalanya ditutup separuh dengan bantal masih bergeming. Rasanya Lianna ingin membangunkannya untuk makan, tapi ia selalu mengulur waktu, dan tidak terasa sudah hampir jam sepuluh pagi.

Lianna menatap arah jendela lagi, terdengar gema suara sepatu mendekat. Ia menghitung hingga tiga dan pintu markas pun diketok kasar.

"Lian!" sahut sebuah suara dari balik ambang pintu. "Bangunin itu si kebo, kita dapat kerjaan!"

Lianna beringsut dari buku dan kursi nyaman untuk meluncur turun ke tingkat pertama. Ia membuka pintu untuk mendapati rekan mereka yang absen—Illya Rosengarten—sudah kembali. Rosen masuk menenteng jas hitamnya di bahu, melongok hingga mendapati sosok yang tidur di sofa masih saja statis.

"Kamu nggak mau makan dulu, Rosen?" tanya Lianna.

"Hmm, boleh deh. Kamu ada bikin roti panggang?"

"Sudah siap di meja," Lianna menunjuk arah dapur yang letaknya tidak jauh dari tangga. "Makan saja dulu. Ini aku mau bangunkan Natali."

Mereka adalah salah satu dari banyak kelompok teknisi Pulau Melayang, atau dikenal sebagai L.A.S.T. - Lysander Armaments Specification Testament - dengan nomor penugasan 0027. Jobdesk umum mereka adalah untuk mengamati segala bentuk kerusakan dan anomali di Pulau Melayang yang mereka tinggali ini.

Pulau Melayang, sesuai namanya, benar-benar melayang di langit, jauh dari polusi berbahaya kontinen Kaldera yang asli. Daratan murni buatan manusia ini dibangun setelah bencana yang menimpa Kaldera di Era Kekuatan, dan terus dimaintenis selama ratusan tahun mengudara oleh Perusahaan Lysander. Salah sedikit saja pada prosesnya dapat mendatangkan bahaya bagi Pulau Melayang, seperti terputusnya aliran air, pasokan listrik atau bisa saja ada plat daratan yang jatuh.

Setelah mencoba membangunkan Natalia Brunhild, pemilik rambut gelap itu merenggangkan badan dan merapikan kemejanya yang kusut karena berbaring. Lianna memberikan kacamata Natalia untuk segera dipakai sebelum ia meraba-raba tidak karuan.

"Kerjaan, ya? Dimana lokasinya sekarang, Ros?" Natalia menahan kuap lebar.

"Cuci muka dulu sana, lagi asyik makan roti nih." Rosen berkomentar dengan setengah mulut penuh.

Lianna kembali menyambar celemek dan mencari teko, sementara Natalia menuju kamar mandi.

"Kopi. Kalian?"

Natalia mengacungkan jempol, Rosen mengangguk sambil menelan roti bulat-bulat.

Beginilah ketika mereka, L.A.S.T 0027 bersiap-siap sebelum bertugas. Urakan memang, tapi Lianna paham mereka bertiga punya sistem sendiri-sendiri yang sulit diganggu-gugat: Rosen si serba cepat namun kadang suka melamun atau asyik sendiri, Natalia si ketua yang tukang tidur namun cekatan, juga Lianna yang mencoba melengkapi di antara mereka bertiga.

Lianna membuatkan tiga cangkir kopi. Natalia yang sudah merapikan dasi dan mengenakan jas kerja turut dengan mereka yang sedang makan di dekat dapur, ia lalu memanggil layar besar komando untuk melihat peta yang sudah Rosen kirimkan.

"Sektor 6," Natalia mengacak rambutnya gusar. Lianna mengamati peta dan detail lokasi dengan saksama sambil menikmati kopi miliknya. Merasa kurang manis, ia menambahkan satu sendok gula lagi, Rosen di seberang meja melihatnya sambil bergidik. "Level 4 pula, sudah agak dibawah, ya. Ros, ini kamu nggak sengaja kedapatan misi buat mengurus plat jatuh?"

"Menurut Bu Sekre yang Budiman sih bukan kok," Rosen menyela. 'Bu Sekre yang Budiman' yang dimaksudkannya adalah orang yang mendistribusikan misi, atau bisa dibilang resepsionis Perusahaan Lysander. "Paling ada kabel putus lagi, atau sirkuit terbakar."

"Bukannya di Level 4 biasanya ada servis bot?" ujar Lianna. Servis bot yang berbentuk seperti kubus yang bisa terbang dan menjalankan instruksi sederhana untuk membereskan hal-hal kecil tanpa mereka harus turun ke bawah sana untuk memeriksa.

"Yah, kalau sampai disuruh Bu Sekre sih artinya pasti ada yang ganjil," Natalia menaikkan kacamatanya. "Ros, stok bedil kita penuh, 'kan?"

"Tentu saja," Rosen mengacungkan jempol. "Memangnya kita bakal tembak-tembakan di bawah situ, kira-kira?"

"Kadang ada saja Scavenger." Natalia menekan beberapa fungsi di papan ketik. Kotak besi yang ada di lantai dua pun diturunkan, bersamaan dengan rak senjata api mereka.

"Scavenger ... oh, mereka belum punah toh?" Rosen melirik Natalia sangsi. "Kukira sejak tidak ada lagi yang jual parts di pasar gelap, Scavenger sudah gulung tikar."

"Di Sektor 6 masih ada saja kok yang jual pernak-pernik hasil pretelan dari Level 2 atau Level 3," Natalia dengan kalem menyeruput kopinya. "Ini kita disarankan naik Mobil Kapsul, tadi kamu kesini dari kantor pusat ambil mobil gak Ros?"

"Bawa kok, bawa," Ros merogoh kantung kemejanya dan menarik kunci. "Kamu yang nyetir ya, Lian, aku mau cek pistolku sambil kita jalan."

"Oke!" Lianna menerima lemparan kunci mobil itu dan segera bersiap.

"Yak, 0027 berangkat-"

"Tunggu! Kopiku belum kuminum!" pekik Rosen.

Natalia menepuk jidat, sementara Lianna tertawa kering. "Oke, santai, santai."

🛠

Di permukaan, Kaldera memang mungkin terlihat futuristik dan ambisius. Wilayah Pulau Melayang yang minim terus dikembangkan dengan tata lokasi yang cenderung vertikal, sementara 'jeroan' bawah tanah yang mengakar Pulau Melayang terus difortifikasi untuk menopang Kaldera yang terus berkembang.

Daerah bawah tanah yang kerap disatroni oleh para teknisi ini diberi nama-nama area sebagai 'level', dengan Level 1 menandakan lapisan yang dekat dengan permukaan, dan Level 5 sebagai level terdasar yang hanya dapat diakses oleh sekelompok tertentu.

Kesenjangan antara masyarakat kelas yang merasa tidak mampu hidup di permukaan terlihat begitu siapa pun turun ke Level 1, masih ada pemukiman-pemukiman yang diisi oleh mereka-mereka yang ahli dibidangnya, namun tidak mampu mengikuti tuntutan zaman. Pasar gelap Kaldera juga berada di Level 1, tepatnya dibawah Sektor 0 yang merupakan pusat pemerintahan Kaldera.

Kelompok-kelompok yang disebut sebagai 'Scavenger' adalah mereka yang meraup uang dengan menjual barang-barang hasil sitaan atau bekas pakai dari Level-Level bawah Kaldera. Ada juga mereka yang dikenal sebagai 'Underdog', yaitu kelompok saintis yang tidak menyetujui visi Kaldera dan hidup di bawah tanah ini sebagai bentuk penolakan. Mereka, dibandingkan dengan para teknisi, termasuk dalam kelompok ilegal dan terkadang akan menyerang para teknisi yang bekerja, sehingga teknisi dan insinyur selalu membawa persenjataan lengkap ketika bertugas.

'Pemindaian selesai. Area hijau. 0027 dipersilahkan bertugas. Selamat bekerja.' - begitu ucap mesin yang ada pada mobil kapsul yang mereka gunakan saat memeriksa keadaan sekitar.

Kelompok 0027 memarkirkan mobil kapsul milik Perusahaan Lysander di salah satu lapangan parkir yang ada, dan mereka turun dengan tangga darurat menuju Level 1 dari sebuah pintu masuk yang tersedia di dekat lapangan itu.

"Lianna, jalan duluan. Rosen menyusul. Aku akan mengeker dari belakang." perintah Natalia.

"Roger."

Dari tangga darurat Level 1, mereka mencari elevator untuk segera turun ke Level 4. Senapan HK416R di tangan, Lianna berjalan perlahan, matanya mengedar ke sisi kanan dan kiri di setiap persimpangan.

"Tumben sepi," gumam Rosen, ia menurunkan dua pistol tangannya dan menaruhnya kembali di sangkar. "Biasanya ada yang jalan-jalan di Level 1."

"Namanya juga Sektor 6," balas Natalia. "Atau mereka tahu ada yang salah di Level 4 dan turun ke bawah untuk cari proyekan."

Lianna menggeleng-geleng, "Kalian berdua bisa berharap-harap kita tidak kena masalah nggak sih?"

"Sori, Lian." Rosen nyengir.

Mereka mencapai elevator tanpa masalah. Natalia mengetuk papan akses untuk mereka diperbolehkan turun segera ke Level 4, dan mereka menaiki elevator tersebut sambil terus bersiaga. Lianna mulai merasa tidak enak karena obrolan barusan. Semoga saja yang disebutkan Natalia tidak menjadi nyata.

"Sensor tidak menangkap apa-apa nih," Rosen menatap layar terminal-nya. "Sebentar lagi kita sampai ke Level 4-"

DOR DOR DOR DOR

Suara tembakan semakin mendekat, bersamaan dengan desing besi bertemu dengan besi, juga suara teriakan yang lalu menghilang. Terkesiap, mereka bertiga mengambil posisi tiarap. Rifle milik Natalia mengacung menarget ke arah pintu elevator sementara Rosen dan Lianna bersembunyi di bagian belakang. Saat pintu elevator terbuka, yang mereka lihat adalah banyak sekali servis bot rusak bergelimpangan di jalanan kecil itu, bersama beberapa badan yang terkulai setelah ditembak tepat di kepala.

Apa-apaan ini?

Rosen melempar pemindai inframerah ke posisi agak jauh dari elevator. Natalia tetap menahan posisi dan menginderai daerah gelap dengan teropong yang ada di rifle-nya. Lianna menelan ludah, jemarinya bersiap di pelatuk.

"Sensor tidak menangkap apa-apa. Tidak terdeteksi juga adanya perangkap," bisik Rosen. "Scope?"

"Kosong, cuma ada mayat dan bangkai robot," balas Natalia. "Kalau kita gegabah maju, aku takut akan ada hal buruk terjadi."

"Kalau kita melapor ke kantor pusat?" imbuh Lianna.

"Makan waktu. Bisa-bisa akan lebih banyak korban kalau kita menunggu respon," Natalia terdiam sejenak, berpikir. "Rosen, granat."

"Serius? Nanti bisa-bisa ada plat jatuh."

"Aku yang tanggung jawab." pungkasnya.

Rosen menyanggupi permintaan Natalia. Ia menarik pemicu granat dan melemparnya ke arah yang ditentukan. Sesaat granat itu meledak, ada robot muncul di arah sebaliknya. Granat itu menghancurkan sebagian lantai dan dinding, tapi robot itu sama sekali tidak terdampak.

"Servis bot?" desis Rosen. "Tapi ada yang aneh—memang servis bot dilengkapi sistem pertahanan diri."

"Sepertinya itu bukan servis bot biasa," Natalia mendecih. "Lianna. Tembak. Coba kenai sensor merah yang ada di atas. Aku dan Rosen akan follow-up."

"Baik!"

Mereka memberanikan diri maju, sedikit demi sedikit. Satu servis bot aneh gugur, muncul lagi yang lain. Natalia turut menembak ketika Lianna meleset. Rosen melompat maju untuk menendang mundur servis bot yang terlalu dekat dengan elevator.

"Sensor tidak menangkap bot-bot ini. Benar-benar aneh." Rosen mendengus. "Sepertinya di sini sudah clear, kita bisa mulai jalan menuju Floor 22."

Dengan hati-hati tidak menginjak mayat-mayat sepanjang jalan dan menghindari tembakan dari servis bot aneh, Lianna lebih dahulu sampai di titik yang dituju. Rosen dan Natalia memastikan mereka bisa kembali ke elevator tanpa terkepung. Panel kontrol di dinding tidak menunjukkan adanya anomali di sana saat Lianna mencoba melakukan pemindaian sistem, tapi ada teks aneh yang muncul ketika ia mengakhiri pemindaian.

Terdapat kesalahan di sistem pendinginan. Untuk melakukan terminasi total, tekan YA. Untuk mengeluarkan peti dan mengakhiri pendinginan, tekan TIDAK.

Lianna mengamati dinding di sebelah panel kontrol yang tampak seperti pintu besar. Ia mencoba memeriksa topik pendinginan di Pustaka Antara menggunakan terminal-nya, tetapi yang muncul tidak ada kaitannya dengan perihal teknisi.

"Lian? Sudah belum?" suara teriakan Rosen membelah konsentrasinya. "Aku dan Natali sudah mulai mengekstraksi data bot ini dan mengunduhnya ke kantor pusat. Kalau kamu sudah selesai, bilang! Aku malas terkunci di sini."

Lianna berpikir sejenak. Tidak ada kesalahan pada sistem, akan tetapi di sekeliling mereka banyak sekali robot aneh yang seperti 'melindungi' sesuatu. Bila 'pendingin' ini diterminasi, apa masalah akan selesai? Atau lebih baik ia mengeluarkan peti?

"Peti?" dahinya berkerut. "Kenapa di sini ada peti? Apa robot-robot ini melindungi peti ini dari manusia-manusia yang mati percuma di sini?"

Lianna pun memutuskan untuk menekan tombol TIDAK. Dinding yang semula tidak bercelah perlahan berpendar, dan 'dinding' itu membuka ke dalam selayaknya pintu. Sebuah ruang kecil yang mengeluarkan asap putih dingin terkuak di balik dinding, dan di tengah-tengah ruangan itu terdapat sebuah peti.

Lianna menahan napas seraya ia mencoba memasuki ruangan, mengamati tempat rahasia itu dan dinding kokoh yang melingkupinya. Dinding di dalam ruangan itu terlihat berbeda dibanding Level 4 secara keseluruhan, karena ada tulisan-tulisan aneh di sana, dibarengi dengan panel berwarna-warni yang berkedip lalu hilang.

Matanya kemudian terpaku pada peti yang ada di tengah ruangan, 'peti' yang disebutkan di pemindaian sistem tadi. Ia sontak melangkah menjauh menuju arah luar ruangan, dan peti yang semula berpendar kini memudar, dan angin dingin yang melingkupi ruangan berhenti mengalir. Suara 'klik' halus muncul dari peti itu dan peti tersebut terbuka.

Lianna terbelalak. Di dalam peti yang dibubuhi label M-31 itu ada makhluk serupa manusia.

Apa yang sebenarnya sudah dia—mereka temukan?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro