XI. | Pulau Melayang, bagian kedua

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pagi datang dengan cepat setelah mereka terlelap di malam pertama berada di Pulau Melayang, Kaldera. Gloria terbangun pada 'gudang' beratap tinggi yang kemarin sudah mereka sulap bersekat-sekat sesuai kebutuhan mereka selama berada di Kaldera.

Semalam, karena merasa lelah, mereka berhenti setelah menyekat ruang-ruang, dan pagi ini, Muriel dan Lucia sudah tidak tampak di warehouse itu, hanya Blair yang sedang sibuk membuat tempat 'kerja'-nya, berupa tungku dan meja panjang.

"Oh, pagi Gloria~" sapa Blair. "Muriel dan Lucia keluar, kayaknya cari tempat belanja—dan Lucia paling coba cari tempat dia bisa latihan tanpa diganggu."

"Mereka berdua bangunnya jam berapa sih, ini saja belum jam enam ..." Gloria menahan kuap lebarnya. "Dulu rasanya aku kesusahan ngebangunin Ann, sekarang aku bersama makhluk pagi semua."

Blair tertawa, "Artinya kamu harus bangun lebih pagi, kepala skuadron!"

Gadis itu kembali memasukkan arang ke dalam tungku yang mulai membesar apinya. Gloria memerhatikan bahwa kurang lebih lahan untuk si alkemis itu sudah jadi. Mungkin ia harus mulai membuka dus-dus perkakas mereka dan membuat satu bilik yang sudah mereka buat sebagai kantor.

"Apa kamu butuh dibuatkan sesuatu dengan alkemi, Gloria?"

"Hmm, sepertinya kita butuh beberapa plat besi, tapi nanti dulu, aku bongkar kotak-kotak alat kita dulu ..."

"Dan, oh, apa kamu jadi mau bikin alat pemancar dan penguat sinyal?"

Gloria mengerjap, "Ah, benar juga."

Ia menaruh terminal miliknya di meja yang ada di dekat Blair. Gloria lalu mengetik beberapa perintah dan layar besar muncul dari terminal menampilkan bahwa alat itu sedang dalam safe mode dengan beberapa opsi debug. Blair terkagum-kagum melihatnya dengan cepat bekerja, satu tangan mengoperasikan papan ketik, satunya lagi mulai mengecek opsi yang ada di terminal itu.

"Teknologi-nya mirip dengan Cincin Peri, kah?"

"Hmm, kode untuk debug-nya sih tidak terlalu rumit ... tapi mungkin aku harus pelan-pelan agar tidak ketahuan tengah memereteli alat ini," cengirnya. Setelah menemukan beberapa pilihan untuk membuat koneksi antar terminal dan penguat koneksi, Gloria berkonsentrasi penuh melakukan coding. "Bisa diomeli Madam nanti kalau ternyata ada laporan masuk ke Lysander kalau belum sehari pakai terminal sudah dioprek macam-macam."

Blair kembali sibuk dengan tungkunya sejurus Gloria yang bekerja dengan terminal-nya. Selama kurang lebih setengah jam, mereka berdua menyelesaikan apa yang mereka tengah kerjakan, dan pintu warehouse terbuka dengan Muriel dan Lucia yang membawa beberapa kantong belanjaan.

"Pas sekali aku butuh makan dan kopi!" Gloria menjentikkan jari. "Riel~"

"Iya iya, sabar sebentar ya. Istirahat saja kalian, aku yang urus makanan ..." ia lalu menatap Lucia. "Lucia bagaimana kalau kamu memeriksa yang tadi kupinta? Aku bisa sendiri di dapur."

Lucia mengangguk, "Gloria, apa ada koneksi privat yang bisa kugunakan untuk mencari di Pustaka Antara Kaldera?"

Gloria tersenyum-senyum, "Baru saja jadi. Nih, pakai terminal-ku dulu. Sini terminal milik kalian kuoprek."

Blair, Lucia, dan Gloria menuju ruangan yang mereka tetapkan sebagai 'ruang tamu', walau hanya ada kursi-kursi standar kantor yang diberikan Perusahaan Lysander ketimbang sofa nyaman. Blair dan Lucia mencari di Pustaka Antara, sementara Gloria menjalankan program yang sama pada terminal yang lain.

Lucia memunculkan layar antarmuka besar agar Gloria bisa melihat apa yang Muriel pinta Lucia cari. Koneksi privat memungkinkan mereka mencari sesuatu tanpa akan dirunut oleh pihak ketiga sejarah pencarian mereka.

Kata kunci: Berita terkini selama bulan Februari; silakan mengunjungi halaman ini untuk membaca.

Kata kunci: Perusahaan Lysander, insinyur; silakan mengunjungi halaman ini untuk membaca.

Kata kunci: Kitab Takhta Tak Berguna; pencarian tidak menemukan hasil, silakan masukkan kata kunci lainnya.

"Wow, benar-benar tidak apa-apa ya tentang Kitab?" Blair mendengus. "Padahal kuharap paling tidak pusat pengetahuan yang katanya tahu segalanya bisa punya informasi tertentu."

Gloria tertawa kering, "Kalau bisa segampang itu mencari benda sihir di tempat anti sihir ya ... enak dong, tugas kita ringan."

Lucia dan Blair membagi tugas membaca mereka. Lucia membaca seputar berita, sementara Blair kebagian membaca soal insinyur. Mereka berdua tanpa disuruh pun segera mencatat intisari dari apa yang mereka temukan, Gloria harus bersyukur punya teman-teman yang cepat tanggap.

"Tapi praktis sekali, ya, segalanya bisa tinggal dicari," pungkas Blair. "Jadi kita tidak perlu menghabiskan terlalu banyak waktu untuk sekedar jalan-jalan mengumpulkan informasi."

"Yah, sayangnya Pustaka Antara tidak tahu soal Kitab~" Gloria mengulang, Blair menatapnya balik dengan sinis.

"Sekedar mengingatkan, barusan ada pesan yang memberitahukan kalau kita akan dijemput oleh Sekretaris Rowena sekitar pukul 10," imbuh Lucia. "Mungkin kita belum perlu mencari terlalu dalam dan mencoba topik-topik umum seperti ini saja dulu."

"Aku setuju," sambut Gloria. "Dan ... oh, apa Bu Rowena ada bilang di pesannya tentang kelompok yang akan membantu kita?"

Lucia menoleh, "Blair?"

"Ini lagi cari sebentar di database perusahaan dan ... oh, ini dia!"

Blair menekan tombol perbesar, dan mereka dihadapkan dengan data milik 'Lysander Armaments Specification Testament' dengan nomor regu 0027. Layar menampilkan tiga nama dengan masing-masing pasfoto mereka dan data diri singkat.

"Mereka memperbolehkan semua orang mengakses informasi karyawan secara umum?" Gloria terperangah.

"Di sini tulisannya sih mereka selain berafiliasi dengan Perusahaan Lysander, mereka juga bisa menerima panggilan kerja dari perusahaan lain yang bekerja sama dengan Lysander dan atau pihak berwenang di sektor ... apa lah itu Gloria." Blair mengedikkan bahu. "Intinya, ini mereka."

[ L.A.S.T, kode 0027 ]

Pimpinan: Natalia Brunild (24)

Anggota: Illya Rosengarten (22), Lianna Hagen (20)

Prestasi/Catatan: Penyelidikan inter-sektor bersama dengan Perusahaan W. Reparasi tingkat menengah di Level 3 ke bawah.

Gloria melihat deretan pengalaman kerja dan catatan kaki yang mengular di bawah nama mereka, dan ia menarik ulang kesimpulannya mengenai Sekretaris Rowena yang bilang mereka berisi 'orang-orang tua', padahal jelas-jelas umur mereka tidak terpaut jauh.

"Mereka sudah kerja sebanyak ini selama setengah tahun? Gila juga. Apa perlu kita membandingkannya dengan grup lain?" pungkas Blair.

Gloria menggeleng, "Rasanya tidak usah."

Paling tidak, mereka tahu akan dibantu oleh sekelompok ahli, bukan orang yang 'dipaksa' atau 'buangan' yang mungkin akan menghambat progres mereka. Akan tetapi, Gloria masih skeptis kalau-kalau internal Perusahaan Lysander memasang kelompok ini sebagai mata-mata.

Evaluasi Gloria akan menunggu sampai mereka bisa bertemu langsung dengan kelompok ini.


🛠


Tepat di waktu yang sudah dijanjikan, Rowena menjemput mereka menggunakan mobil kapsul yang sama. Tujuan mereka adalah Sektor 3, dengan jarak tempuh kurang lebih dua puluh menit dari Sektor 2. Mereka akan bertemu di sebuah tempat yang dinamakan '003 Net Cafe'.

"Sebentar, bu, kafe?" Gloria tidak habis pikir. Memang, mungkin ini pertemuan pertama dan sifatnya informal, tapi kafe?

Bu Rowena tampak puas memerhatikan ekspresi Gloria yang kini duduk di bangku sebelah supir karena Madam Morgana sibuk soal urusan perusahaan sehingga tidak bisa turut dengan mereka.

"Ada apa, kalian tidak pernah ke kafe?"

"Sa-saya kira kita bakal ke kantor cabang atau sejenisnya, bu." jawab Gloria.

"Jawaban kamu sama kayak mereka, kok," ia tertawa. "Bu Sekre, kok di kafe sih bu? Kita 'kan mau ketemu militer dari Angia?"

Bu Rowena seperti tengah meniru gaya bicara seseorang, Gloria hanya bisa turut tertawa menanggapi Bu Rowena dan gayanya yang santai. Benar-benar tidak ada bedanya dengan Instruktur Lysander yang selalu bisa fokus di mode serius dan bisa langsung berubah ke mode santai.

"Oh, omong-omong saya penasaran, Morgana di Angia mengajarnya seperti apa ya?"

Lucia mengerjap, "Eh? Beliau ... mengampu mata pelajaran Ekonomi. Instruktur cara mengajarnya mudah dimengerti bagi siapa saja yang tidak biasa bergelut di bidang Ekonomi. Beliau tampak sangat senang bisa jauh-jauh dari Warden sampai akhirnya beliau tetap disuruh mengampu pelajaran Warden."

Bu Rowena tertawa lepas. "Hah! Sudah saya ingatkan padahal kalau dia tidak bisa melepas namanya sebagai Lysander."

"Saya juga awalnya heran, bu, pas tahu Instruktur Lysander mengajar Ekonomi," Gloria tertunduk lesu. "Setelah mendengar sendiri dari beliau, saya paham sekarang betapa cintanya beliau dengan ekonomi dan sejenisnya."

Bu Rowena manggut-manggut, "Begitulah dia, walau yah ... mungkin tidak bisa selamanya dia bisa dilepas mengajar di kontinen orang, apalagi Kaldera sedang ..."

Pembicaraan itu segera terputus seketika mereka telah sampai tempat tujuan mereka di Sektor 3. Mereka tidak berani untuk terlalu mencari tahu, mereka akan terkesan terlalu ikut campur, namun mereka menyimpan informasi ini untuk mereka telaah nanti.

"Maaf saya tidak bisa mendampingi kalian, tapi tenang saja, anak-anak 0027 tidak menggigit kok. Yang akur ya kalian!" layaknya seorang tante yang menurunkan sepupunya untuk bermain, Bu Rowena berseru. "Kalau ada apa-apa, silakan hubungi saya atau Morgana, ya. Jangan sungkan!"

Mereka menunggu mobil kapsul itu keluar dari area parkir dan menghilang dari pandangan sebelum mereka berempat berkumpul, memeriksa area di sekitar mereka dan melihat ke arah gedung di belakang mereka. '003 Net Cafe' tampak ramai digandrungi pengunjung walau baru satu jam setelah jam buka mereka. Layar-layar besar dengan mesin piranti canggih berjejer di etalase toko yang terdiri dari empat lantai itu. Terletak di pojok dan bersisian dengan gedung-gedung tak bernama di sampingnya, 003 Net Cafe sama mencoloknya dengan mereka berempat yang berseragam.

"Kita mencari orang-orang sesuai foto, 'kan? Ayo masuk sebelum lebih banyak lagi orang yang melihat kita aneh." sahut Blair.

Melihat lantai satu yang penuh dengan layar besar, mereka pun menuju lantai dua yang bercitra kafe. Berbeda dengan Malus, kafe satu konter itu segalanya dioperasikan dengan mesin. Tidak ada staf di balik konter maupun di sekitaran Net Cafe itu. Mereka berempat memeriksa bilik-bilik berdinding separuh yang berisi pengunjung, mencari tiga kepala yang sesuai pas foto.

Untuk menemukan empat kepala menatap mereka dengan kekagetan yang kurang lebih mirip.

"Bocah?" sahut yang berambut pirang kecoklatan. "Pakaiannya sesuai pesan Bu Sekre ... tapi bocah? Mereka perwira militer dan bocah?"

"Ros, kamu nggak sopan."

Si kacamata yang duduk disampingnya menahan bahu wanita itu dan mendorongnya kembali duduk. Sementara, wanita berambut biru panjang di samping si kacamata melongo, dan satu gadis yang lebih kecil dengan seragam yang terlihat kebesaran mengerjap memerhatikan mereka berempat, terutama Muriel yang besar.

Gloria tergagap, "Err, kami datang karena rekomendasi Bu Rowena Rainfall?"

Si kacamata yang kini berdiri dan menawarkan jabat tangan. Piawainya sesuai dengan sosok ketua. "Benar, kami dengan L.A.S.T 0027. Saya Natalia Brunild, panggil saja Natalia."

Natalia lalu meminta mereka berempat duduk di kubikel dengan sofa di segala sisi itu. Mereka tampak sudah memesankan minuman untuk mereka berempat. Delapan orang itu duduk dengan dua grup saling berhadapan. Natalia bersedekap, matanya nampak tajam di balik bingkai kacamata hitamnya, seperti tengah menilai mereka dari fisik dan penampilan.

"Maaf tapi dari atasan, kami hanya diberikan rundown kalau kami akan menemui anggota militer Angia, dan selain deskripsi seragam, kami tidak diberitahu apa-apa soal kalian," Natalia terdengar simpatik. Si pirang di sampingnya berbisik ke arah si pendek berambut putih, sesuatu tentang mereka yang duduknya tegak sekali (duh, mereka ini ya tentara), "Biar saya dulu yang memulai perkenalan kalau begitu."

Natalia lalu memperkenalkan mereka berempat, dimulai dari dirinya sebagai ketua. Kemudian ke Illya Rosengarten, si pirang yang tadi disebut Natalia tidak sopan. Lalu Natalia melongkap si rambut putih dan memperkenalkan Lianna Hagen terlebih dahulu.

"Dan ini ... anggota temporer kami, Mei," ucap Natalia. "Dia baru saja disetujui untuk masuk grup kami hari ini."

Mata biru itu memicing menatap Gloria, sebelum ia menundukkan kepala.

"Sesuai yang tadi Rosen bilang, kalian ... terlihat sangat muda. Saya kira mendengar perwira militer, saya akan melihat bapak-bapak tua."

Rosen menyikut lengan Natalia, "Tuh, kamu juga sendirinya nggak sopan!"

"Tidak apa-apa kok, Nona Natalia, di Angia sudah biasa kalau tentara aktif itu seumuran kami." ucap Gloria.

"Umur kalian berapa kah?" giliran Lianna bertanya.

"Delapan belas kecuali Muriel," jawab Gloria. "Muriel sekarang umurnya–25? Iya kan, Muriel?"

Muriel terkekeh, "Maaf, saya cukup sensitif soal umur karena ikut pendidikan terlambat."

Mereka berempat di seberang sana tampak seperti melihat sebuah dunia baru.

"Tidak perlu panggil Nona juga, kedengarannya aneh," sahut Natalia. "Kalau begitu, bagaimana kalau kalian juga memperkenalkan diri?"

Gloria pun memulai, kurang lebih mirip seperti apa yang Natalia lakukan karena ia adalah ketua. "Kami dari skuadron Ignis, Angia. Saya kepala skuadron, Gloria Wiseman."

Seperti tersambar petir, Rosen segera beraksi. Natalia dan Lianna berusaha menyembunyikan kekagetan mereka berdua, namun mereka kurang lebih terlihat tenang. "... Wiseman?"

Bibir Gloria kelu. Ia hapal nada itu. Di Kaldera pun tidak aneh kalau ternyata namanya yang menempel sebagai citra sebuah perusahaan teknologi multikontinen dikenal.

Apa yang keluar dari mulut Rosen berikutnya tidak dikira oleh Gloria. "Berapa jumlah sekrup yang menutup plat di dekat unit kendali tipe Titania-Alpha?"

Hening. Separuh isi ruangan itu ternganga. Gloria terkesiap, berdiri tegap seakan ia tengah berada di tengah latihan baris-berbaris sekolah.

"Lima, ma'am. Tiga di bagian atas dan dua di bagian bawah, ma'am."

Hening yang sama menjelang. Kali ini, Natalia tidak dapat menghentikan Rosen yang mendadak berdiri dan menarik kedua tangan Gloria. Matanya yang semula garang kini berubah berbinar-binar. "Kamu seriusan Wiseman!? Wow! Aku tidak percaya bisa bertemu seorang Wiseman secara langsung!"

Gloria hanya bisa berkedip cepat. Blair dan Natalia hampir menggeram keras dan menepuk dahi di saat yang bersamaan. Mei yang semula pasif menatap mereka berdua dan antusiasme Rosen dengan decak kagum.

"Ah, err," Lianna gelagapan. "Intinya kalian berdua ini bisa dibilang sama-sama maniak Warden?"

Sepertinya, pertemuan yang dikira Gloria akan canggung malah lebih cair dibandingkan biasanya. Memang sudah tepat memilih Net Cafe sebagai tempat bertemu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro