Part 4

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

KHAWATIR.

Matahari pagi hari ini sangat terik membuat para pelajar semakin malas untuk bersekolah apalagi ini adalah hari senin, hari yang tak disukai para pelajar karena harus bangun pagi agar tidak macet dan bisa melakukan upacara sekolah. Rizkia yang telah siap berangkat sekolah kini tengah berada di meja makan untuk sarapan, ciuman hangat dari orang tua nya menjadi salah satu kekuatan ia bertahan hidup, saat Rizkia akan sarapan ibunya melihat sesuatu yang aneh terhadap dirinya muka pucat bahkan terlihat lemas "Kia kamu gapapa sayang? obatnya udah diminum?" nada kekhawatiran dari seorang ibu tapi Rizkia hanya membalas dengan senyum manisnya itu pertanda bahwa dia baik baik saja.

Alfa turun dari tangga mengusap kepala sang putri yang berada di meja makan

"Pandu jemput kamu?" Tanya sang ayah

Dibalas dengan senyuman sendu dari raut wajah Rizkia "kayaknya enggak yah, Pandu ada urusan penting."

"Yaudah biar ayah yang anterin sang putri" Sambil terkekeh kecil dengan mengoleskan selai coklat di roti miliknya
Saat hendak dijalan menuju rumah Rizkia, dering telpon Pandu berbunyi, waktu dia lihat siapa yang menelpon tenyata Rama.

"Apaan?" tanya pandu santai

"The dark nyerang kita di markas lo cepet kesini" Jawab Rama terengah-engah

"Hah?sial! Gua kesana sekarang" Putar balik arah motor Pandu awalnya memang akan menjemput Rizkia namun jadi pergi ke markas.

"Woy pengecut sini lo berani nya nyerang disaat gua gaada" dengan emosi Pandu menyerang beberapa pasukan the dark

bugh bugh bugh" Perkelahian tidak ada hentinya saat itu korban berserakan disana karna the dark membawa beberapa orang, sedangkan yang berada di markas hanya 30 orang, saat pertarungan sedang sengit suara sirine polisi berbunyi membuat semua orang yang berada disitu kaget.

"Woy cabut polisi," ajak ketua the dark,
pertarungan pun berhenti begitu saja

Saat Pandu menoleh melihat siapa yang menyalakan sirine ternyata Ilham, dia emang seperti itu cuek nya hanya dimata perempuan tapi tidak dimata temannya, bahkan dimata sahabatnya Ilham adalah orang terbobrok yang pernah Pandu temuiDengan bangganya sambil megang toa Ilham berkata kepada Pandu dan orang orang yang terkena pukulan the dark tadi "eyow kalau gaada gue kalian mati check" Semua orang disana sedang kesakitan dan Ilham malah berbangga diri karna sirine toa nya itu.

"Diem lo, gajelas idup lo malah bunyiin sirine" sarkas Pandu

"Ekhem, harusnya kalian berterima kasih kepada gua yang baik ini karna gua kalian semua gajadi mati okey dah valid no debat!" Ujar Ilham semua orang hanya menggeleng kepala heran kenapa punya orang bobrok seperti itu.

Pandu teriak Ilham, si Rama mana? kagak ikut nyerang tu bocah? semua orang tersadar bahwa Rama saat itu tidak ada entah pergi kemana dia, tidak dipikirkan karna untuk saat ini semua sibuk membersihkan luka dari serangan the dark tadi.

Sesampainya di sekolah wajah Rizkia semakin pucat, Ayahnya terlihat khawatir karena kondisi putrinya, Alfa yakin Rizkia tidak enak badan, saat Rizkia keluar dari mobil dia masih tersenyum kepada ayahnya.

"Ayah Kia kuat kok, gausah khawatir nanti kalau ada apa-apa Rizkia bakalan telepon ayah." sehabis mengucapkan itu Rizkia meninggalkan Ayah-nya dan langsung masuk kelas mencari Viena sahabat baiknya.

Saat upacara wajah Rizkia pucat, tiba-tiba hidungnya mengeluarkan darah tidak ada yang sadar saat itu, Viena yang sedari tadi fokus ke depan lalu menoleh kearah Rizkia, tangan Rizkia mengepal Viena dengan kencang waktu akan di larikan ke UKS badan Rizkia sudah melemah, bayangan mulai kabur dan saat itu pula semuanya menjadi gelap, Pandu yang habis di serang oleh The dark tadi kini berada di basecamp bersama Ilham dan Rama, Viena khawatir akan kondisi Rizkia yang bahkan hampir 30menit belum sadar
Dering telepon Ilham berbunyi saat dia lihat ternyata telepon dari Viena sahabat Rizkia.

"Halo? cabe, Pandu sama lo kan? suruh dateng kesekolah ya Rizkia pingsan tadi sempet mimisan juga,” ucap Viena nada kekhawatiran.

Tut tut tut telepon di tutup secara sepihak

"Halo cempreng? dih mati," ujarr Ilham
Apaan Am? Tanya Rama kepada ilham yang membuat semuanya penasaran "tadi si cempreng bilang eh maksudnya Viena kalau Rizkia pingsan terus sempet mimisan dan nyuruh lo ke sekolah" melirik ke arah Pandu.

Pandu yang mendengar itu seketika langsung panik berlari ke arah motornya langsung dia nyalakan mesin motor dengan kecepatan penuh dan berharap sampai sana Rizkia baik baik saja.

"Gua tau Pandu mulai jatuh cinta sama Kia" Batin ilham.

Pandu sampai di sekolah karna upacara sudah selesai dan pelajaran sedang dimulai, gerbang sekolah ditutup "argh sial gerbang dikunci, terobos aja lah anjir lama" kecepatan motor Pandu menerobos pintu gerbang sekolah yaa dia pikir bentar lagi juga bakalan masuk kantor BP karna ini tapi demi Rizkia.

Apa si yang ngga toh Pandu sudah jatuh cinta sesungguhnya dengan Rizkia.
Pandu lari menghampiri Rizkia yang berada di UKS."Rizkia!" Pandu terengah-engah saat memasuki ruang UKS dan membuka pintu dengan suara lantang.

Viena menoleh kepada Pandu "lo lama tau ga? Lo kemana aja? sejak pagi muka Rizkia pucat dan lo? saat ini dia butuh lo Pandu, lirih Viena yang kemudian meneteskan air mata karna baru saja dia melihat kondisi sahabat baiknya itu seperti ini.

Pandu tidak mendengarkan ocehan Viena dia langsung berdiri di dekat brankar melihat kondisi Rizkia yang belum sadarkan diri, Pandu memegang tangan Rizkia seakan akan menguatkan, Viena hanya menangis menunggu Rizkia bangun karna dia tak pernah menyangka Rizkia akan seperti ini.

"Kia, bangun, kasihan Viena nangis" lirih Pandu, saat itu pula mata Rizkia perlahan membuka dan lihat sekeliling kenapa dia bisa aja di UKS bukannya tadi tengah lapang? ah berfikir berat membuat Rizkia semakin pusing
"Pandu, Kia pusing" sambil memijat kepala nya sendiri karna Pandu bingung harus apa maka dia mengajak Rizkia pulang

"Na, tas Kia anterin ke pos gih gua mau bawa Rizkia balik sekalian izinin dia yah," beo Pandu kepada Viena yang hanya diam.

"Ayo ki pelan-pelan, kenapa harus sekolah si? Kalau tau sakit diem di rumah bukan maksain" ucap Pandu kepada Rizkia.

Rizkia hanya takut Pandu mengetahui penyakitnya itu, dia takut Pandu berteman hanya karna rasa kasihan, Rizkia takut semua orang tau penyakit nya, termasuk Viena.

Viena hanya melamun memikirkan kenapa apa yang sebenarnya disembunyikan Rizkia. Karna yang Viena tau Rizkia gadis manis tanpa memiliki beban apapun lantas bagaimana Rizkia bisa seperti saat ini sekarang?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#nubargwp