💕Konflik dalam Romance

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Materi: KONFLIK DALAM ROMANCE
Waktu: Selasa 5 Februari 2019 Pk. 19.00
Tutor : malashantii
Notulis: Ry-santi
Moderator: Aresreva

💕💕💕

Moderator (M) :
Selamat malam Kak malashantii, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk berbagi ilmu. Silakan perkenalkan diri.

Kak Malashantii (MS):
Saya penulis yang dikenal dengan nama pena Malashantii. Apoteker. Ibu dua anak. 😁😁 Oh, iya. Masih menulis di Wattpad sampai ini dengan nama akun sama, Malashantii. Alhamdulillah empat di antaranya sudah terbit menjadi buku. Kita mulai saja ya.

💞 Materi

Sebelum membahas tentang konflik novel romance, kita tengok dulu definisi dan batasan novel dengan genre ini. Saya kutip dari apa yang diterjemahkan oleh Gradien, ya. Jadi, novel romance adalah novel yang menceritakan kisah perjuangan dua manusia (pria dan wanita) untuk menggapai kebahagiaannya melalui hubungan cinta/asmara dan berakhir bahagia.

Perhatikan frasa kuncinya:
Perjuangan dua manusia.
Hubungan asmara.
• Dan, berakhir bahagia.

Lantas, konflik itu apa?
Konflik adalah ... hmm, gampangnya begini: tokoh kita menginginkan sesuatu, tapi muncul penghalang sehingga dia sulit/tidak bisa mencapai tujuannya.

Tapi, tujuan akhir novel romance itu apa, sih?
Tujuannya, umumnya adalah, akhir yang bahagia.

Selama menggarap novel, biasanya saya memisahkan jenis konflik menjadi dua; internal dan eksternal.

Konflik Internal adalah konflik kejiwaan yang terjadi dalam diri tokoh. Konflik macam ini biasanya terselesaikan dengan adanya keputusan hati.

Sedangkan,

Konflik Eksternal, adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan sesuatu di luar dirinya. Konflik eksternal ini bisa berupa konflik fisik maupun konflik sosial. Konflik macam ini bisa terselesaikan dengan keputusan tokoh, atau ditambah dengan campur tangan faktor lain.

Jadi, sebaiknya novel kita diberikan konflik yang semacam apa?

Ketika mengerjakan naskah, biasanya saya mencampurkan beberapa konflik menjadi satu. Internal, maupun eksternal. Pergolakan di dalam diri tokoh-tokoh utamanya, ditambah lagi dengan kondisi di lingkungan sekitar yang tidak mendukung misalnya. Atau, kehadiran orang ketiga dan keempat.

Bagaimana supaya bisa greget, sebagaimana yang disebutkan dalam judul kelas yang sedang kita hadiri sekarang? 😁 Kita harus mengatur agar konflik itu dimulai sesegera mungkin. Jangan membuka tulisan dengan pengenalan yang bertele-tele. Kemudian, perlahan naikkan tensi cerita. Konflik jangan langsung diselesaikan, atau dengan kata lain, selesaikan bertahap. Bisa juga dengan memasukkan konflik baru dalam perjalanan penyelesaian konflik yang sudah ada. Kuncinya, sabar dalam menuturkan cerita, jangan memberikan penyelesaian yang terlalu cepat dan mudah. Namun, jangan pula memberi konflik yang tidak habis-habis sehingga juga. Usahakan seimbang.

Karena apa? Karena konflik yang diolah dengan baik bisa menjadi nyawa cerita. Dan, mengikat pembaca untuk terus mengikuti cerita itu sejak awal sampai akhir.

--- ♥ Pertanyaan dan Jawaban ♥ ---

1a.
T: Kalau konfliknya seputar seorang wanita (bukan tokoh utama) yang mencoba merusak rumah tangga seorang pria (tokoh utama), apa itu bisa disebut konflik? Sebenarnya ini konflik di pertengahan cerita.

J: Itu termasuk konflik eksternal. 😊

1b.
T: Terus konflik yang satu lagi, seorang wanita mencoba untuk menyakiti si pria yang menghalangi niatnya untuk merusak hubungan pria itu. Apa termasuk konflik juga? Terima kasih.

J: Itu juga termasuk konflik eksternal. Intinya gangguan yang datang dari luar diri si tokoh utama. Silakan dibaca lagi yang sudah saya paparkan di atas.

2a.
T: Berapa konflik yang sebenarnya diperlukan agar cerita itu menarik, tapi nggak membuat pembaca pusing?

J: Sebenarnya nggak ada patokan pasti berapa tepatnya konflik yang harus dimasukkan. Karena ini ada hubungannya dengan cara kita mengeksekusi konflik itu. Bisa saja hanya satu konflik yang dimasukkan tapi penyelesaiannya dibikin berbelit-belit. Itu sudah bikin cerita jadi panjang. Atau, ada 2 atau 3 atau lebih konflik yang dimasukkan tapi karena kita lihai mengolahnya, pembaca tetap bisa menikmati dan nggak ngerasa ngos-ngosan/capek mengikuti cerita itu.

2b.
T: Bolehkah dalam 1 cerita romance mencampurkan konflik pekerjaan atau konflik keluarga atau bahkan konflik negara juga agar lebih bervariasi, karena biasanya romance konfliknya berputar di situ saja? Terima kasih.

J: Boleh BANGET.
Nanti itu bisa jadi perkembangan atau variasi dari romance. Dari masalah kantor bisa tercipta office romance. Dari masalah keluarga bisa tercipta domestic drama. Malah itu bagus, karena alur cerita bisa lebih tajam, detail, dan terarah.

3a
T: Rata-rata pembaca romance itu, menyukai konflik yang ringan atau yang berat, ya Kak?

J: Ini ada hubungan dengan selera, ya. Jadi menurut saya juga nggak ada patokan pasti. Yang bisa saya tekankan barangkali bukan tentang berat atau ringannya konflik, tapi cara kita menceritakan konflik itu sendiri. Ada lho pencerita yang bikin konflik yang sebenarnya sangat berat dan bikin depresi jadi berasa enteng saja. Atau, penulis dramatis yang bisa menyulap konflik sederhana hingga bikin pembaca baper parah.

4.
T: Bolehkah dijelaskan perbedaan antara konflik dan klimaks dalam cerita roman?

J: Klimaks adalah puncak dari konflik. Jadi dia adalah bagian dari perjalanan konflik itu.

5.
T: Selamat malam Kak Malasahantii⁩. Kak, bisa contohin konflik internal seperti apa? Terima kasih.

J: Oke, konflik internal, ya?

Aku cinta dia tapi nggak berani ngungkapinnya.

Katanya dia cinta aku, tapi kok sikapnya sama cowok lain begitu? Hmm, aku jadi nggak percaya sama kesetiaannya.

Aku sudah nggak cinta sama dia, tapi nggak enak hati gimana cara mutusinnya.

6.
T: Di atas disebutkan kalau romance itu berakhir bahagia, apa itu artinya kedua tokoh utama harus bersatu? Atau minimal pernah bahagia bersama?

J: Menurut Mbak Rosi Simamora, editor senior di GPU, romance memang harus berakhir bahagia. Definisi bahagia sendiri sebenarnya kan luas ya, tapi kalau kita sempatkan dalam lingkup romance, sebaiknya memang di akhir kedua tokoh utama disatukan.

7.
T: Bagaimana kita membedakan konflik besar dan kecil? Kadang pas nulis saya merasa konflik yang saya masukkan terlalu sederhana, tapi buat pembaca berat. Atau sebaliknya?

J: Kayaknya saya udah bahas yang semacam ini di atas. Berat enggaknya konflik romance di mata pembaca sebenarnya lebih dipengaruhi faktor cara penceritaan kita. Jadi mungkin Wahyu ini tipe dramatis, yang bisa bikin konflik ringan jadi terasa berat 😊.

💕💕💕

M: Terima kasih Kak malashantii atas ilmunya. Ada pesan dan kesan?

MS: Salah satu tugas penulis adalah mengelola perasaannya sendiri ketika menghadapi reaksi pembaca atas tulisannya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro