Mengembangkan & Menghidupkan Genre Spiritual

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mengembangkan & Menghidupkan Genre Spiritual
Oleh: Hana Lestari

Bismillah. Assalamualaikum.

Ini CV dari saya. Silakan dibaca, barangkali ada yang mau kenal lebih dekat. 😂🙏🏻

Profil
Nama lengkap : Hana Lestari
Nama pena : Hanaksara
Ttl : Lampung Timur, 07 Juni

Riwayat pendidikan
🔷 SDN 1 Negeri Katon
🔷 SMPN 2 Sekampung
🔷 SMAN 1 Sekampung
🔷 Kuliah di IAIN Metro Lampung

Karya
🔶 Ali & Zahra (Sudah terbit)
🔶 Luka & Lara
🔶 Still You
🔶 Pantaskah Dicinta-Nya?
🔶 Is She Playgirl?
🔶 Daffa (Spin Of Luka & Lara)

Sosial media
🔷 Instagram - Hanaksara.pena
🔷 Wattpad - Hanaksara
🔷 Kwikku - Hanaksara
🔷 Facebook - Hanaksara
🔷 Line - Hanaksara

Motto hidup
"Belajarlah seolah-olah kamu akan hidup selamanya."

📓📓📓

Bismillah. Kita langsung masuk ke materi, ya.

Pembahasan kita hari ini adalah, "Cara mengembangkan dan menghidupkan novel Spiritual".

Mari simak beberapa tips di bawah ini.

A. Tema
Dalam menulis novel spiritual bisa dengan menggunakan tema yang sedang marak terjadi saat ini. Namun, dikemas dengan cara yang berbeda.

Dalam menulis cerpen Islami hindarilah hal-hal yang bersifat klise ataupun kisah yang sudah pernah diceritakan penulis lain berkali-kali. Salah satu yang klise itu ialah kisah tentang pertobatan seseorang yang awalnya nakal atau berperilaku buruk.

Sebenarnya kisah seperti ini boleh saja diceritakan kembali secara kreatif, misalnya dengan twist atau kejutan-kejutan yang tidak disangka oleh pembaca.

B. Setting
Di sinilah tantangan seorang penulis. Harus menyajikan detail tempat sesuai dengan keadaan sebenarnya meskipun ini hanya cerita fiktif. Namun, keadaan tempat pada masa cerita itu dikisahkan haruslah masuk akal dan benar-benar ada, kecuali tentunya cerita yang bersifat fantastik seperti kisah superhero.

C. Alur
Kelemahan banyak penulis fiksi adalah menguraikan konflik yang terkadang disampaikan serba kebetulan. Penulis fiksi yang berhasil adalah penulis fiksi yang dapat meyakinkan pembaca bahwa kisah dalam cerpen atau novelnya itu memang benar-benar terjadi dan masuk akal.

Jangan membangun cerita dengan banyak kebetulan. Cerita harus dibangun dengan peristiwa-peristiwa yang logis. Setidaknya ada yang melatarbelakangi peristiwa tersebut. Soal membangun cerita secara kebetulan ini dapat kamu lihat dari sinetron-sinetron yang disajikan televisi, terutama sinetron Islami menjelang dan saat Ramadan. Karena adanya tuntutan untuk membuat episode cerita yang panjang, terkadang penulis skenario pun terjebak membangun peristiwa dalam cerita serba kebetulan sehingga menjadi tidak logis.

D. Dialog
Buatlah dialog yang natural.

Dialog yang baik itu seperti apa, sih?

Dialog dapat dikatakan baik jika menyertakan sifat, tingkat emosional, pengetahuan, dan situasi lingkungan para karakternya. Maka buatlah dialog senatural mungkin, tanpa harus mengabaikan jalan cerita yang kita buat.

Contoh :
Lara berdecak kesal. Tangan kirinya bergerak cepat mengambil tisu di atas nakas untuk mengelap hidungnya yang ikut berair karena terlalu lama menangis. "Sabar juga ada batasnya, Bun. Lara cuma manusia biasa," keluhnya.

"Kata siapa sabar itu ada batasnya? Nak, dengar Bunda. Allah Subhanahu wata'alla pernah berfirman dalam surat Az-Zumar, ayat 10. Yang bunyinya, 'Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas'. Jadi, kita sebagai manusia biasa seharusnya malu berkata bahwa sabar itu ada batasnya sedangkan pahala yang diberikan Allah tanpa batas."

E. Amanat
Pada dasarnya, setiap orang yang membaca novel adalah sebagai hiburan. Artinya, walau tetap harus memiliki nilai-nilai kebaikan, harus bisa dibalut tidak verbal, yang membuat pembacanya tidak merasa membaca ceramah. Salah satunya caranya adalah dengan mengatur gaya bahasa agar tidak terkesan menggurui.

QnA 📓

1. Seumpama setting, tempat yang kita gunakan itu riil ada, apakah kita harus izin dulu?

Seberapa penting pengenalan tempat dalam cerita kita?

Enggak harus, kok. Misal Kakak mau pakai latar Malioboro, memang izinnya mau ke siapa, tahu? Setting tempat itu dijelaskan tempatnya seperti apa, enggak harus filosofinya. Cukup paparkan dan ceritakan setiap detail sudut, tempat dan keunikan. Masukan impresi di dalam tulisan agar emosi pembaca terbangkitkan.

Penting atau tidak itu beda-beda ya setiap pendapat. Kalau menurut saya sih sangat penting. Karena dengan begitu bisa membantu pembaca membayangkan secara nyata dalam imajinasi mereka. Secara tidak langsung, kamu sudah mengajak berinteraksi pembaca masuk dalam dunia imajinasi.

2. Bagaimana caranya agar amanat tersampaikan tanpa terkesan menggurui?
Kalau genre spiritual wajib kah mencantumkan cuplikan dari kitab suci dan hadist?

Contohnya bisa lewat tindakan tokoh. Coba saja masukkan ke dalam dialog, lalu diperkuat dengan narasi.

Misal:
"Mila susah banget dikasih tahu. Kan udah dibilangin sama Pak Ustaz, jangan pacaran. Dosa tahu," seru Leni sedikit kesal pada Mila.

Mila tidak terima. "Lagian kenapa, sih? Aku sama Agam kan pacarannya enggak aneh-aneh," sungutnya.

Bella ikut menimpali, "Kamu enggak inget apa kata Pak Ustaz kemarin? Allah udah jelas-jelas melarang kita untuk mendekati zina sesuai dengan firman-Nya dalam surat Al-Isra ayat 32. Kalau ada jalan yang halal, kenapa pilih yang haram?"

Susah nggak memahaminya?

Enggak wajib kok, tapi dianjurkan. Karena dalil atau hadis itu fungsinya sebagai penguat.

3. Bagaimana membuat amanat yang kesannya tidak menceramahi orang lain?

Jawabannya seperti jawaban di atas tadi, ya.

4. Jadi menghidupkan novel spritual seperti apa, ya, Kak?

Begini aja. Coba pakai teknik narasi show, bukan tell. Supaya feel-nya lebih keluar. Karakternya jangan setengah-setengah. Kalau memang dia jahat, ya tunjukkan lewat tindakan sadisnya. Kalau dia memang sabar, ya tunjukkan sesabar apa dia.

Masing-masing karakter harus real (tampak nyata), ya logika aja, kita kan manusia, bukan malaikat. Sebetulnya masih banyak, nih. Cuma bakal makan banyak waktu. Kalau masih belum paham juga, bisa chat aku aja di lain waktu.

5. Mengenai setting genre spiritual itu bebas atau fokus ke dunia pesantren saja, Kak? Soalnya dari beberapa cerita spiritual yang aku baca, setting-nya banyak dari pesantren. Makasih, Kak 🙏🏻

Bebas, kok. Tapi mayoritas penulis biasa pakai setting dengan tempat yang mayoritas agamanya muslim. Kalau butuh referensi coba aja baca novel Islammu Maharku, itu ada yang setting-nya bukan negara yang mayoritas muslim.

📓📓📓

Saya cuma mau pesan, terkenal atau tidaknya kalian nanti, sepintar atau sehebat apa pun kalian, jangan pernah tebersit rasa congkak dalam diri masing-masing. Karena di atas langit masih ada langit. Jangan pernah merasa bahwa diri kalian lebih tinggi di antara lainnya. Terlalu disayangkan, kalau pengorbanan yang kita mulai dari 0 hanya berakhir pada kata lelah yang sia-sia di mata Tuhan.

Dan untuk yang masih merasa minder untuk mempublish tulisan, mulai sekarang yuk dicoba. Jangan melulu mikirin soal followers dan viewers yang sedikit. Sekarang itu tugasnya adalah menulis, kalau sudah selesai lanjut ke promosi, insyaAllah yang tadinya 0 pembaca naik jadi 100 pembaca, naik lagi ke 1000 pembaca, naik lagi ke 10k pembaca, terus naik sampai jadi jutaan. Semangat kalian!!🤗💕

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro