Showing & Telling

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Showing & Telling
Oleh: Juna Bei

Halo …! Aku Juna, kelahiran ‟93. Jadi, kalau ada yang lebih tua mohon jangan panggil kak, hahaha ….

Buku-buku aku yang sudah terbit itu ada Drama, Ask BTS, Ask EXO, Be Your Prince di Storial premium, Death Sensing Couple di Penerbit Koru dan sekarang lagi nulis di wattpad BWM lagi dengan judul Dear Past, Let Me Go yang akan terbit juga nanti. Salam kenal semuanyaaa ….👋

🤔 Apa, sih, Telling dan Showing itu?

•• TELLING

Telling bersifat abstrak dan cenderung tidak melibatkan pembaca. Pembaca hanya dijejali pandangan penulis tentang apa yang diceritakan, tanpa diajak untuk mengolah informasi dalam cerita.

🔸 Ciri-ciri:
Bisa dilihat dari penggunaan kata keterangan untuk menggambarkan tindakan tokoh, dan penyampaian sifat tokoh. Penulis yang memiliki kecenderungan telling akan lebih sering menggunakan keterangan seperti dengan kesal, dengan marah, dan sebagainya untuk menggambarkan tindakan tokoh.

Alih-alih menggunakan keterangan semacam ini, gambarkan tindakan tokoh dengan lebih terperinci untuk membangun gambaran di benak pembaca.

Contoh: Dia marah.

•• SHOWING

Showing bersifat konkret dan secara aktif melibatkan pembaca. Showing berusaha menciptakan gambaran dalam benak pembaca sehingga menjadikan karakter atau cerita yang dibaca semakin hidup.

Showing mendorong pembaca untuk ikut mengolah apa yang disampaikan penulis dan bahkan mengambil kesimpulannya sendiri.

Contoh:

Tangannya mengepal. Pundaknya naik-turun karena napas yang menderu-deru. Rahangnya mengeras. Hanya butuh satu kalimat untuk membuatnya meledak dan melayangkan tinju ke wajah orang itu.


QnA ••

1. Soal telling bentuk abstrak dan tidak melibatkan pembaca. Masih enggak paham.

Kan misal di contoh, tuh, kalau telling cuma “dia marah”. Jadi pembaca tidak tahu bentuk marahnya kayak apa. Sedangkan kalau di showing dijelaskan, oh dia kalau
marah, tuh, ternyata tangannya mengepal, napasnya menderu-deru, terus rahangnya
mengeras, dan suka mukul orang misalnya. Jadi, pembaca bisa melihat visualisasinya si tokoh itu kayak gimana gitu.

2. Teknik showing buat cerita action bagaimana kak? Biasanya pakai kata yang berat, dan biar feelnya dapet kak?

Biasanya kalau action malah telling aja, sih. Soalnya kalau pakai showing jatuhnya jadi berbelit-belit, sedangkan action itu kan pace-nya cepet, ya.

- Pas menggunakan sihir yang tanpa melafalkan mantra? Kan jenis sihirnya dari pikiran, dll. Berarti pakai showing, ’kan, Kak? Buat target yang terkena sihir.

Jenis sihirnya dijelaskan, sih. Memang sepertinya tidak bisa hanya telling doang.

Misal, ada cahayanya kah atau ada bunyi apa? Dan orang yang kena sihir jadi kayak gimana?

Showing itu lebih main di perasaan, sih. Kalau di-action mungkin efek-efek yang ditimbulkan apalagi kayak sihir-sihir di atas. Selebihnya telling aja.

3. Jadi di antara showing dan telling lebih bagus menggunakan yang mana? Bisakah
kita gunakan keduanya? Kalau bisa biasanya porsinya bagaimana kak?

Nah, ini jawabannya nyambung sama yang atas. Pemakaian showing sama telling ini tergantung. Kalau emang pace ceritanya lagi cepet, nggak bagus pakai showing. Tapi kalau buat deskripsi perasaan gitu jangan telling, nanti feeling-nya nggak dapet.

Penggunaan bisa keduanya dalam satu cerita, pastinya. Seperti yang aku sebutin di atas itu, kayak sakleknya pakai showing dan telling kapan. Porsinya tergantung di bagian yang kamu tulis itu mau ditekanin yang mana, feeling atau action.

Misal, “dia mengayunkan kedua kaki bergantian, menimbulkan bunyi keresak dari daun-daun kering yang terinjak”.

Itu kayak buang-buang karakter banget, jadinya malah bertele-
tele. Lebih tepat pakai telling, “dia berlari secepat mungkin untuk mengejar perempuan yang disayanginya.”

4. Bagaimana cara mengembangkan kata biar semakin terasa di pembaca, misal kita menggunakan showing di cerita spiritual? Jujur aku pengen buat yang kena banget tapi belum paham cara mengembangkan eskspresinya. Misal, dia waktu dicaci maki orang gara-gara kelihatan berbuat salah, padahal dia lagi difitnah gitu, Kak.

Berarti lebih ke mengungkapkan sedih atau marah karena difitnah, ya? Bisa dijelaskan, sih. Perubahan ekspresi dan gestur tubuhnya. Showing itu menggunakan
semua. Benda-benda di sekitar dan indra-indra.

Kalau aku lebih suka main di isi pikirannya, tapi dijadikan narasi.

Misal:

“Kakinya menendang-nendang jalanan, membuat kerikil-kerikil berguling tak tentu arah. Ucapan orang-orang yang baru dilontarkan padanya berputar-putar di sekitar kepala. Apakah memang tidak ada orang di dunia ini yang memihaknya? Apa seumur hidup dia akan sendirian dan hidup dalam cap yang orang lain berikan?”

Kalau aku, sih, bikinnya suka gitu. Hehehe ….

5. Kak, maksud ‘Show, don’t tell.’ itu gimana, ya?

Itu maksudnya kalau nulis novel lebih sering show, sih. Jangan menggunakan tell kecuali di saat-saat tertentu. Kebanyakan kan pada tell nih kita, kan? Cuma menyebutkan si karakter marah, sedih, bahagia, dll. Sedangkan dalam novel tuh harusnya lebih diperlihatkan si karakter itu kalau menyampaikan perasaannya seperti apa.

Misalnya, Bora itu halu, Reksa iseng, Anka superintrovert.

Nggak bisa cuma menyebutkan kayak begitu. Yang baca nggak bakal percaya sifat mereka seperti itu. Aku harus showing gimana, sih, halunya si Bora. Isengnya si Reksa, dan si Anka
superintrovert-nya kayak gimana, sampai tahap apa, kok bisa dibilang superintrovert.

Oh, ternyata dia kalau naik bus aja maunya di samping nggak ada orang. Biar pas mau turun, nggak usah mikir banget ngomong sama orang di sebelah gimana.

- Berarti tetap disesuaikan, ya, Kak? Kalau horror bagusnya showing, kan, Kak? Biar greget?

Iya. Tetap harus disesuaikan. Kalau terlalu banyak showing juga, nanti orang bosan. Kalau horror lebih banyak lagi, sih, yang harus di showing. Suasana dinginnya atau
bunyi-bunyi mengerikan, kecuali pas kejar-kejaran. Hahaha ….

Kalau kurang show tuh kayak nggak nege-feel terus nggak berkembang gitu ceritanya. Halamannya dikit karena nggak banyak yang di jelaskan. Tapi kalau kebanyakan showing ya nggak habis-habis halamannya. Harus adil.

Intinya, nulis pakai feeling, sih. Kalau pas kita baca ulang kayaknya bertele-tele dan ngebosenin ya berarti itu bagian si telling. Jangan nggak tega dihapus.

6. Ada tips khusus nggak kak buat penulis yang kurang pintar bikin showing?

Hmm …. Banyak baca, banyak latihan, dan referensi. Intinya habis tulis baca ulang dan pas nulis bayangkan diri kita sendiri yang mengalami apa yang dirasakan karakter. Pas karakternya sedih, bayangkan kita pas sedih tuh gimana, sih? Ngapaian aja, bakal ngomong gimana?

°°°

Nah, sampai di sini kalian sudah mengerti belum mengenai Showing & Tell itu bagaimana?

Semoga ilmunya bermanfaat, ya.

Kampus AWAN, 30 Agustus 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro