FRAME 09

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Salma menarik napas lega. Baru saja Widya datang hanya untuk memberikan segelas susu padanya. Sesibuk apa pun Widya dalam bekerja, saat dia di rumah dan sempat melakukan semuanya sendiri, pasti dilakukan. Contohnya membuat susu untuk Salma, yang biasanya dibuatkan Simbok.

Salma sudah bercerita panjang lebar pada Langit. Melalui pesan whatsapp semua tersampaikan dengan gamblang. Langit membalas dengan bahasa yang enak dibaca, juga tersampaikan dengan baik. Malam ini untuk kali ke sekian Salma bisa tidur tanpa obat tidur.

Di ruangan lain Widya mengajak bicara Arga.
"Mas, untuk kali PERTAMA aku beranikan diri bicara. Aku akan melindungi Salma sepenuhnya mulai hari ini. Penantianku supaya Mas berubah sepertinya masih lama terjadi. Aku tidak mau ambil resiko Salma terluka lebih parah."

Arga merasa dilangkahi, dikhianati oleh Widya yang selama ini tidak banyak bicara. Meskipun dia selalu maju ke depan melindungi Salma. Tangannya mengepal, amarahnya memuncak hingga ke ubun-ubun. Matanya merah, nyalang menatap Widya yang juga tidak tenang di tempatnya.

Rasa marah itu tiba-tiba tertutup rasa sayang dan cinta yang muncul. Semua campur aduk tidak keruan. Tangannya mengepal dan siap melayang mencari pelampiasan. Tiba-tiba terdengar suara kentongan yang dibunyikan beberapa orang yang bertugas ronda malam.

Pintu terbanting meninggalkan bayangan Arga yang sangat marah. Dulu dengan mudahnya kedua tangan akan melayang ke salah satu bagian tubuh Widya. Tadi ada sesuatu yang menahan tangannya, amarah yang tak terlampiaskan sangat menyesakkan. Sama seperti kita saat diserang rasa sedih, sesak itu akan hadir tanpa diminta.

Tak lama terdengar deru mesin mobil meninggalkan rumah. Arga pergi lagi, entah ke mana. Widya bersyukur tidak ada kekerasan fisik malam itu. Kalau pun iya, dia lebih rela. Jangan sampai tubuh Salma yang merasakan. Salma membutuhkan kehidupan keluarga yang sehat. Untuk alasan itu pula dia harus berani mengambil sikap dan keputusan.

Satu kesempatan lagi bagi Arga diberikan untuk memperbaiki dirinya. Kalau niat dan memang mau, Widya bersedia mendampingi. Bagaimanapun juga Arga adalah pilihannya dulu. Dia tidak pergi kalau suaminya mau berubah.

***

Di mana Arga sekarang? Mobil meluncur mulus ke daerah pusat kota Semarang. Banyak mall dan kafe yang masih buka di hari libur. Sebuah kafe menjadi tujuan Arga, kedatangannya seperti sudah ditunggu. Hampir semua pelayan di sana mengenal Arga.

"Malam, Pak Arga. Mau pesan yang biasa atau yang lain?" sapa pelayan ramah.

"Ice cofee latte, saya lagi pengen yang dingin-dingin," respon Arga sambil menyandarkan punggungnya. Diambilnya ponsel lalu menghubungi seseorang.

"Baik, Pak. Silakan ditunggu."

Arga mengangguk dengan fokus tetap pada layar ponsel. Begitu ada notif pesan masuk, senyumnya tersungging di bibir.

Musik live ditampilkan kafe setiap akhir minggu dan hari libur. Malam itu ada penampilan yang Arga suka. Grup band-nya keren dan lagu yang dimainkan sesuai dengan musik favoritnya.

Kebetulan yang sepertinya akan menambah celah membesar antara dirinya dan keluarga kecil yang dicintai. Untuk kali PERTAMA Arga merasakan rindu pada dirinya yang dulu. Saat mengenal Widya di sekolah, saling taksir, lalu terpisahkan.

Setelah berpisah, Arga menemukan orang lain. Mencintai dan hampir menuju ke jenjang lebih serius. Tetapi maut lebih dulu menjemput sebelum hari bahagia itu.

Di saat rasa kehilangan masih menggebu, Arga dijodohkan dengan Widya. Semua seperti CLBK bagi Widya, bukan bagi Arga. Rasa cintanya sudah lama berpindah hati. Lalu dipaksa berpindah lagi, itu mustahil bisa berhasil. Mau tidak mau Arga menikahi Widya.

Perjodohan yang terjadi berdasarkan wasiat dari Ibu Panti Asuhan yang dulu menampung Arga. Setelah sempurna menjadi yatim piatu, ibu panti adalah pengganti orang tuanya. Dengan terpaksa akhirnya Arga memenuhi keinginan ibunya itu. Sekarang, apakah semuanya harus berakhir? Jauh di lubuk hati dia tidak menginginkan itu.

Tak berselang lama ada pria datang menemuinya. Penampilannya sangat rapi, tetapi tampangnya sangat licik.

"Arga, temanku. Apa kabar? Kacau sekali wajahmu, masalah lama lagi?" Arga mendecak kesal, mereka bertemu setiap hari di kantor, masih saja menanyakan kabar. Tampak sekali basa-basinya. Meski begitu Mada adalah asisten yang selama ini Arga anggap mumpuni melakukan tugasnya.

"Baru datang sudah borong pertanyaan. Males ngomongin itu." Arga meneguk minumannya. Pandangannya menangkap ada yang aneh dari temannya ini.

"Oke, terus apa rencana kamu sekarang?" Mada mengalihkan perhatian Arga. Dia tahu Arga memperhatikannya.

"Tunggu, deh. Ada yang lain dari kamu, entah apa. Ada sesuatu yang kulewatkan kayaknya." Arga langsung bertanya tanpa basa-basi lagi.

Mada tersenyum. Dugaannya benar, tetapi rahasianya akan tetap rahasia. Arga tidak boleh tahu apa yang disembunyikannya.

"Ada yang lain? Ya iyalah, rambutku baru, bahkan bajuku ini juga baru kubeli dari mall sebelah." Mada berbohong karena hanya itu yang dia lakukan selama ini.

"Pantas saja." Arga tidak tertarik lagi soal Mada. Sekarang dia cuma butuh teman untuk menghabiskan waktu.

Sayang Mada bukan orang yang tepat. Dulu Mada hanya petugas cleaning service di kantor. Tetapi karena riwayat pendidikannya lebih tinggi dari SMA, Arga mengangkatnya sebagai staf sesuai kecakapannya. Benar saja, karir Mada berkembang pesat. Dia tekun dan mau belajar, sehingga di sinilah dia sekarang. Jadi asisten Arga.

Pekerjaan Arga selalu selesai dan sesuai keinginan banyak orang. Dengan cepat Mada pun memiliki banyak teman, mengikuti jejak Arga yang selalu menjadi perhatian banyak karyawan. Ganteng, pinter, gesit menyelesaikan banyak pekerjaan.

***

Alhamdulillah
Saya tahu dan ngerasa, belum nemuin greget dari konfliknya. Berasa ada yang kurang.

Oke, saya perlu meditasi lagi untuk part belasan hingga ending.

Doakan saya bisa cepat nemuin goa gang cocok, ya. Wkwk. Bercanda.

Selamat membaca dan doakan saya terus semangat menyelesaikan.
Aamiin.

Selamat berpuasa bagi yang menjalankan.😊💞👍

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro