06 Kasir

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari terus berganti. Cuaca pun yang awalnya terang kini berubah mendung.

Awan-awan mulai menggelap dan mungkin dalam hitungan detik air hujan akan turun membasahi kota Jakarta. Orang-orang mulai berlarian menghidari hujan yang main keroyokan saat datang.

Di kafe Frozen...

Suasana di dalam kafe mulai sepi. Hanya tersisa satu pengunjung saja yang tengah membayar pesanan.

"Semua nya jadi limapuluh ribu, Mas," ucap petugas kasir.

"Ini Mbak uang ya," balas si pengunjung. Petugas kasir langsung mengambil uang tersebut.

Tertera nama Zahra di saku seragamnya. Zahra, si petugas kasir mengetik tombol di mesin lalu meraih selembar uang di dalam mesin yang terbuka otomatis.

"Kembalian ya, mas limapuluh ribu," ujar Zahra.

"Baik," balas si pengunjung.

Zahra mencuri-curi pandang si pengunjung yang ternyata adalah seorang Pria. Sesekali Zahra tersenyum malu.

"Mbak Zahra, kenapa senyum-senyum sendiri? Ada yang aneh dengan wajah saya?" tanya sang Pria bingung.

Pria itu memiliki bentuk tubuh bongsor. Tinggi, badan berisi dan kedua lemak di pipi seperti pempek.

Zahra menunduk malu. Ia ketahuan sudah mencuri pandang Pria tersebut. Rasanya Zahra ingin mengumpat di lubang paling dalam.

"Ng-nggak kok mas. Muka Mas nggak aneh malah tapi cakep," jawab Zahra.

Dan Zahra langsung menutup mulutnya rapat-rapat. Ia sudah keceplosan, lalu ketahuan menatap wajah Pria itu. Tamatlah riwayat Zahra sekarang.

"Ra, kalau sudah selesai tolong bantuin aku dong."

"Ahh, iya Na. Aku nanti ke sana." sahut Zahra cepat.

"Hahaha... kamu lucu juga ya."

Pria itu tertawa kecil. Zahra semakin malu dan terpesona dibuatnya.

Zahra membalas dengan tersenyum. Ia masih malu berhadapan sama Pria di depannya.

"Kenalin, aku Fiki. Kamu siapa?" Fiki menjulurkan tangan sopan.

Tiba-tiba Zahra diam seribu bahasa. Pria itu memperkenalkan dirinya.

"Halo... masih ada orang nggak," ledek Fiki.

Zahra tersadar dari lamunan. Ia dengan gugup membalas salaman tangan Fiki.

"Aku Zahra. Salam kenal ya, Mas Fiki," ucap Zahra senang, tetapi menyimbunyikan rasa senang itu sebaik mungkin.

"Kayaknya kita sepantaran deh. Panggil aku Fiki saja dan aku panggil kamu Zahra. Gimana?" tanya Fiki tersenyum tipis.

"Iya, aku setuju kok." jawab Zahra semangat.

Suasana menjadi sunyi. Keduanya saling bertatapan satu sama lain sambil tersenyum.

"Sudah kali pegangan tangannya, kayak mau kemana saja," goda Wina di balik dapur.

Reflek Fiki dan Zahra melepaskan tangan mereka. Fiki menggaruk pipi kanan yang tak gatal, sedangkan Zahra menunduk sambil memainkan ujung seragam.

"Hahaha...," tawa meledek Wina pecah.

"Awas ya lo Wina!" Mulut Zahra komat kamit menatap tajam Wina penuh kekesalan.

Wina yang merasa ditatap hanya menjulurkan lidah kecil. Ia pun masuk kembali ke dalam dapur.

"Hehe... temen kamu lu, tapi lebih lucu kamu," puji Fiki tersenyum lebar.

"Oh iya. Besok aku datang ke sini lagi. Sampai ketemu besok ya," ucap Fiki.

"Maaf ya, Fik. Aku tinggal dulu mau bantuin Wina di dapur," ujar Zahra langsung pergi meninggalkan Fiki tanpa menunggu jawaban. Zahra sebenarnya hanya ingin menutupi muka merahnya.

Hari ini Zahra sangat beryukur. Ia dapat bertemu dan berkenalan langsung dengan seorang Pria tampan. Dan Pria itu alias Fiki mukanya persis seperti salah satu member boyband UN1TY kesukaannya.

Fiki menatap kepergiaan Zahra hanya geleng-geleng kepala. Ia pun menuju keluar kafe. Jaket ia rapatkan agar tubuhnya terasa hangat.

.....RZ.....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro