07 Tamu Jauh

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ricky meregangkan otot-otot di tangan khususnya di bagian jari. Hampir tiga jam lamanya Ricky menatap layar laptop sambil mengerjakan tugas.

"Gila! Makin lama tugas kuliah makin nggak santuy!" keluh Ricky.

Pria berbadan kekar itu merebahkan diri di sofa empuk. Ricky sengaja mengerjakan di ruang tengah agar kalau haus atau lapar tinggal berjalan ke dapur tepat di sebelah ruangan.

Suara ketukan pintu terdengar dari arah luar. Ricky sebenarnya enggan untuk beranjak bangun, tetapi Bi Eli sedang keluar pergi ke pasar.

Mau tak mau Ricky harus membukakan pintu. Menghela napas kesal, Ricky sudah berdiri di depan pintu. Ia pegang gagang pintu, lalu diarahkan ke bawah.

Pintu utama rumah kediaman Zakno terbuka lebar. Sosok Pria berkulit hitam manis sudah berdiri santai di sana. Satu tangan membawa satu kerdus ukuran besar.

"Halo bro," sapa Pria itu.

Wajah Ricky seketika berubah cerah. Ia langsung memeluk erat tubuh Pria itu.

"Bang Gilang! Gue kangen banget sama lo!" seru Ricky bahagia.

"Hahaha... iya bro, gue juga kangen sama lo. Tapi bisa nggak lepasin pelukan hangat lo, dada gue sesak njir," ujar Gilang terhimpit.

Ricky buru-buru melepaskan pelukan hangat. Ia menggaruk tengkuk leher yang tak gatal.

Gilang Dika. Nama Pria itu segera mengambil napas sebanyak-banyaknya. Ia butuh pasokan oksigen lebih setelah di beri pelukan oleh sepupunya itu.

"Ayo, Bang Gilang langsung masuk saja. Sini Ricky bawain kerdus ya," ucap Ricky. Ia memberikan jalan agar Kakak sepupunya itu bisa masuk ke dalam rumah. Tak lupa Ricky mengambil paksa kardus besar dari tangan Gilang.

"Terima kasih, bro," balas Gilang sudah melangkah masuk.

Ricky menutup pintu rumah terlebih dahulu. Ia menyusul Gilang menuju ke ruang tamu.

Tubuh Gilang langsung ambruk di sofa empuk. Ia sungguh lelah setelah menempuh perjalanan jauh dari Jayapura ke Jakarta.

Saat ini Gilang sedang berlibur alias mengambil cuti dari pekerjaan selama 1 bulan. Sudah setahun lebih lamanya ia tak main ke Jakarta.

"Bang, mau dibuatin minum apa?" tanya Ricky setelah menaruh kerdus di dekat sofa.

"Hmm... sirup dingin boleh deh bro. Gue haus banget soalnya," jawab Gilang.

"Oke. Tunggu sebentar Abang Gilang yang manis mengalahi gula," balas Ricky tersenyum jahil.

Gilang hanya menyengir lebar. Ia kangen dengan sosok Ricky, sang sepupu jauh. Mama Gilang satu saudara kandung dengan Mama ya Ricky, bisa dibilang Kakak Adik.

Beberapa menit kemudian, Ricky datang dengan membawa nampan besar. Dengan hati-hati Ricky menaruh dua gelas besar sirup dan cemilan-cemilan di atas meja.

"Tuh Bang! Gue buatin spesial sirup ala Ricky."

"Hahaha... bisa saja lo, Rick," ujar Gilang.

Gilang langsung minum segelas besar sirup berwarna hijau hingga tersisa sedikit dalam sekali tegukan. "Huahh... nikmat ya sirup marjun."

Ricky tertawa kecil. Sudah setahun tidak bertemu dengan Gilang seperti tiga tahun lamnnya. Sosok Gilang menurut Ricky adalah Abang yang perhatian, pelindung dan peduli kepadanya.

"Bang... habis ini kita nongki yuk," ajak Ricky.

"Boleh! Tapi gue tidur bentaran ya. Tiga jam lah, oke," jawab Gilang.

"Asik! Nanti gue kasih tau kafe jualan es krim enak sama gebetan baru gue deh," ujar Ricky semangat.

"Masih bocah juga pakai punya gebetan. Kuliah saja dulu yang bener hahaha...," ledek Gilang tertawa puas.

"Gapapa lah Bang. Kapan lagi Ricky punya gebetan?" Ricky menaik turunkan kedua alis.

Mereka pun saling bertukar cerita sampai Gilang ketiduran di sofa. Ricky pun juga sudah mulai menguap. Cuaca dingin di luar membuat mereka mengantuk.

.....RZ.....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro