08 Bertemu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Fenly tiba di depan kampus. Pagi ini dia adalah jam kuliah sampai siang, selebihnya bebas.

"Pokoknya gue hari ini harus ke kafe Frozen, fix!" seru Fenly.

Pria berkulit putih ini sangat menyukai berbagai macam rasa dan bentuk es krim. Salah satunya ada di kafe Frozen tempat favorit Fenly selama menginjak kaki di kampus.

Jarak dari fakultas Kesenian ke kafe Frozen tak terlalu jauh. Jika berjalan kaki hanya menempuh waktu duapuluh menit saja.

"Lebih baik kuliah, semangat!" seru Fenly seakan meninju angin.

Sampainya di kelas, suasana di dalam masih cukup sepi. Hanya ada dua sampai lima orang mahasiswa saja.

Fenly berjalan menuju ke tempat duduk biasanya. Ia menatap papan layar putih besar biasa untuk presentasi.

"Si Ricky gorila mana nggak masuk lagi. Sendirian sudah gue di kelas ini," keluh Fenly.

Suara langkah kaki terdengar tepat di tempat Fenly duduk. Fenly melirik sekilas ke arah depan.

Deg!

Debaran jantung Fenly berdetak kencang. Sosok Wanita yang tak sengaja ia lihat di luar kafe muncul kembali.

Walau cuma melihat sekilas saja, Fenly sangat hafal betul dengan ciri-ciri Wanita itu. Kacamata bulat, kalung berbentuk cincin serta rambut hitam bercampur pirang.

"Ngapain lo lihat-lihat! Emang gue pisang!" ketus Wanita itu setelah menangkap basah Fenly tengah menatap dirinya.

Fenly mematung. Ia sangat malu karena sudah tertangkap basah. Ia pun berusaha bersikap sesantai mungkin.

"Yee... lo kira gue monyet apa," balas Fenly datar.

"Oh! Manusia toh!" sahut Wanita itu lantas duduk.

"Dih! Ngeselin banget jadi cewek!"

Fenly langsung menutup mulut rapat-rapat. Saat ini Wanita di depannya sudah menatap tajam Fenly seakan ingin menerkamnya.

"Jadi cowok kok mulut ya lemes bener." sindirnya.

Wanita bersurai panjang itu memilih untuk mendengarkan musik menggunakan earphone. Dia malas harus berurusan sama Pria tukang ngegas dan tak tahu sopan santun.

"Niatnya awal mau kenalan malah ribut. Apes benar gue pagi ini. Sepertinya gue harus berguru sama si playboy macam Ricky nih." batin Fenly.

Suasana di kelas sudah ramai. Sang dosen berumur sekitar kepala empat juga telah berdiri tegak di tengah kelas. Kumis hitam lebat mirip Mas Adam suami Inul begitu menakutkan.

Memang satu dosen ini terkenal akan killer dan tak suka ada keributan sedikit pun selama ia mengajar di kelas. Semua langsung diam bagai Limbad.

Pelajaran Pak Didi telah selesai. Mahasiswa/i di kelas menghela napas lega.

"Silahkan kerjakan tugas ini perkelompok beranggotakan empat orang. Lusa kalian presentasi," ucap Pak Didi, berlalu meninggalkan kelas.

"Siap Pak!" jawab mereka serempak.

Fenly merapikan buku dan alat tulis masuk ke dalam tas. Ia meregangkan otot sebentar.

"Tugas ya dikumpulkan lusa. Terus masa gue cuma satu kelompok sama Ricky doang," keluh Fenly.

"Cowok kok ngeluh! Yaudah gue ikut kelompok lu, boleh nggak?!" sahut Wanita itu yang duduk di depan Fenly.

Fenly agak kesal mendengar perkataannya, tetapi pas di akhir rasa kesal itu langsung menghilang. "Boleh. Bertiga doang?" tanyanya.

"Hmm... gue sih ada teman satu cewek. Dia hari ini nggak masuk. Jadi, gimana?"

"Oke! Btw nama lo siapa?"

Fenly mengulurkan tangan kanan. Hatinya dagdigdug melihat reaksi Wanita itu.

"Gue Rena!" jawab Rena acuh. Bahkan ia tidak membalas uluran tangan Fenly.

"Oh, oke. Gue bagi nomor lo buat bahas tugas kelompok." Fenly menarik lemas tangan kanan.

"Nih!" balas Rena. Ia memberikan sebuah kartu nama kecil.

Sosok Rena pun melangkah keluar kelas tanpa berpamitan kepada Fenly.

"Hmm... sekarang lo cuek sama gue, selanjutnya lo pasti bakal takluk sama gue," ucap Fenly percaya diri. Ia mengambil kartu nama tersebut.

.....RZ.....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro