19 Pulang

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Langit senja telah berganti malam. Bintang-bintang di atas langit bermuncullan layaknya titik. Bulan tersenyum cerah menyinari kota Jakarta.

Hiruk pikuk kendaraan, orang berlalu lalang dan aneka jajanan disajikan masih terlihat di ibukota. Seakan kota Jakarta tak pernah tidur untuk memejamkan mata sejenak saja.

"Akhirnya selesai semua," ucap Ana menyeka keringat di kening.

Ana baru saja menyelesaikan mengelap meja-meja dan menata kursi kafe. Ia tersenyum tipis melihat hasil karyanya terlihat sungguh rapi.

"Malam Kak Ana," sapa Zahra dari balik dapur disusul Raka dan beberapa karyawan termasuk Aldina si pegawai baru.

"Malam. Loh kok kamu belum pulang Ra?" heran Ana.

Biasanya Zahra, pegawai paling muda di kafe Frozen dan kebetulan masih bersekolah si SMA akan pulang duluan. Kerutan di kening Ana membuat Zahra tertawa kecil.

"Haha... kening kata mengerut gitu kaya nenek-nenek," ledek Zahra langsung menutup mulut reflek.

Ana hanya tersenyum kecil. Ia tahu bahwa Zahra hanya bercanda dan ia tidak akan bawa perasaan, kecuali Rena pasti akan mengomel tak karuan.

"Ma-maaf ya Kak Ana," ucap Zahra menunduk takut.

Ana mengelus pucuk kepala Zahra. "Hahaha... kenapa kamu minta maaf, kakak tahu kamu cuma bercanda saja."

Zahra menghela napas lega. Ia memeluk sekilas tubuh Ana.

"Kenapa kamu belum pulang, Ra?" tanya Ana kembali ke topik utama.

"Zahra besok libur sekolah Kak. Jadi, Zahra belum pulang hehehe...," jawab Zahra terkekeh kecil.

"Besok tanggal merah Ana. Dasar masih muda sudah pikun," ledek Raka yang sejak tadi berkutat dengan ponselnya.

Ana langsung cemberut. "Iya dah yang lebih tua dari Ana," ledeknya balik.

"Hahaha....," semua karyawan tertawa lepas.

Raka geleng-geleng kepala. Ia tidak marah dan ikutan tertawa.

Aldina hanya diam. Ia masih belum terlalu dekat dengan karyawan lain. Ia masih harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, apalagi baru masuk kerja selama dua hari.

Satu persatu karyawan pamit pulang. Tersisa Rena dan karyawan laki-laki bernama Adit.

"Ana, kamu tunggu siapa?" tanya Adit membuka obrolan.

"Hmm... tunggu teman Kak," jawab Ana sedikit malu.

Adit tersenyum penuh arti. "Ciee... pasti lagi tunggu pacar ya. Aduh aku pulang deh, takutnya mengganggu lagi," ucapnya mengoda.

Dan benar Adit langsung pergi meninggalkan Ana seorang diri. Ana melirik jam tangan berwarna merah muda pemberian seseorang.

"Lama bener sih," keluh Ana lelah menunggu.

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan Ana. Seorang Pria keluar dari mobil dengan gaya keren.

"Maaf ya, aku telat," ucap Pria itu bersalah.

"Gapapa kok. Lain kali kalau emang nggak bisa jemput gausah paksaan diri," balas Ana tersenyum tipis.

Pria itu terpana melihat senyum manis milik Ana. Ia pun jadi salah tingkah dibuatnya.

"Manis ya," ujarnya reflek.

"Apa ya yang manis, Rick?" tanya Ana bingung.

"Eeh... manis itu es krim rasa coklat manis," jawab Ricky gugup.

"Dasar!" Ana memukul pelan tangan Ricky.

Ya! Sejak Ana memberikan nomor WA kepada Ricky secara diam-diam. Ricky mulai mengirimkan pesan. Setiap malam mereka selalu teleponan sampai ketiduran.

"Yuk masuk. Mau pulang atau mampir dulu?" tanya Ricky membukakan pintu buat Ana.

"Hmm... mampir beli makan sebentar di pinggir jalan. Gapapa?" tanya Ana balik.

"Oke!" Ricky mengacungkan jempol.

Ricky pun masuk ke dalam mobil. Mobil berwarna hitam melaju pelan meninggalkan lokasi.

Selama di dalam mobil, Ricky dan Ana saling bercerita. Membahas apa saja yang menurut mereka asyik serta menyenangkan.

"Kamu mau beli makan apa?" tanya Ricky menatap Ana lembut.

"Mau beli nasi goreng," jawab Ana menatap balik.

Seakan bola mata mereka saling menghipnotis diri. Suara radio berbunyi akibat Ricky tak sengaja menyenggolnya.

"Hahaha... ada-ada saja sih kamu," ujar Ana tertawa.

"Kamu cantik juga saat tertawa ya," ucap Ricky tersenyum.

"Gombal terus kamu mah!" seru Ana memalingkan wajah ke arah luar.

Ricky tersenyum. Setidaknya hubungan awal mereka berjalan mulus. Ia akan terus berusaha untuk mencuri hati Ana buat dirinya seorang.

Mereka pun turun dari mobil membeli makanan di pinggir jalan. Ricky membayar semua pesanan Ana, walau awalnya Ana menolak halus.

Sehabis membeli nasi goreng dua porsi. Mobil hitam Ricky kembali melaju menuju lokasi rumah Ana di daerah Jakarta Selatan.

Limabelas menit berlalu, mobil hitam milik Ricky sudah tiba di depan rumah Ana. Ana membuka pintu, lalu ia keluar disusul oleh Ricky.

Ricky menatap seksama rumah Ana. Ia merasa tak asing dengan rumah tersebut.

"Rick, mau mampir dulu?" tanya Ana ramah.

"Ehh... nggak usah deh. Sudah malam juga, nggak enak nanti dilihat tetangga lo terus berpikiran aneh-aneh lagi sama kita." jawab Ricky menolak sopan.

Ana tersenyum tipis. Sepertinya ia takkan salah memilih sosok Pria di depannya. Tanpa mereka sadari seseorang menatap dari balik jendela rumah.

Ricky pun pamit pulang. Ana mulai berjalan masuk ke dalam rumah dan sudah disambut oleh kembarannya.

"Itu tadi siapa?" tanyanya.

"Astaga, gue baru sampai banget loh. " Jawab Ana kaget.

Si kembar pun masuk ke dalam. Mereka akan membicarakan sesuatu hal yang penting, sepertinya. Mungkin.

.....RZ.....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro