20 Gelud

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kejadian sebelum Ricky menjemput Ana di kafe Frozen malam hari. Ricky, Fenly serta kedua teman kampusnya melakukan kerja kelompok.

Kali ini tempatnya di rumah kediaman Zakno atas usulan Fenly. Apalagi setelah Fenly mengetahui lokasi rumah Rena tak jauh dari sini.

Di ruang tengah...

"Fen, bener si Farhan di rawat?" tanya Ricky membawa nampan besar berupa dua gelas minum dan gorengan pisang dan singkong.

"Iya Rick. Gue waktu itu kasian banget sama Aji, telpon gue sampai nangis-nangis gitu," jawab Fenly langsung mengambil satu pisang goreng.

Ricky sudah duduk. Ia terdiam karena merasa bersalah karena waktu itu tidak mengangkat panggilan Fajri. Tetapi Ricky punya alasan yaitu baterai ponselnya habis dan ia langsung tertidur sehabis pergi bersama Gilang akibat kelelahan tanpa mengecek ponsel yang sudah ia charger.

Fenly menepuk bahu Ricky pelan. Ia tahu bahwa Ricky merasa bersalah.

"Lo jangan berpikir seperti itu Rick. Namanya juga musibah kita nggak ada yang tahu," ucap Fenly bijak. Kali ini Fenly meraih segelas teh hangat, lalu ia minum pelan-pelan.

"Iya Fen. Tapi tetap saja padahal waktu itu Aji membutuhkan pertolongan gue dan... walau gue sama Bang Farhan sudah tak akrab seperti dulu. Gue masih menganggap Bang Farhan sebagai sahabat gue."

Suasana mendadak menjali melankolis. Ricky menghapus jejak air mata yang tak bisa ia tahan.

Fenly sebagai sahabat langsung merangkul bahu Ricky. Ia setidaknya memberikan ketenangan kepada Ricky, walau terkadang Ricky cukup menyebalkan.

Kedua sahabat ini saling berpelukan ala Pria. Tiba-tiba suara agak sedikit ngegas muncul.

"Eh! Eh! Teletubies kali ah pakai pelukan," ledek Gilang.

Gilang duduk di sebelah Ricky, lalu tanpa berdosa ia meminum teh hangat milik sepupunya. "Aahh... segar benar di tenggorokan," ucapnya.

"Bang Gilang! Itu teh gue! Sumpah rese ya lo datang-datang!" Ricky menatap tajam Gilang.

Pria yang memiliki senyum manis sejagad raya ini seakan tak peduli. Ia memakan dua gorengan sekali lahap dengan nikmat.

Bugh!

Ricky memukul keras pundak Gilang. Gilang sampai tersedak sekaligus merintih kesakitan.

"Mampus lo! Kualat sih sama gue!" seru Ricky tersenyum puas.

Gilang meraih teh hangat cepat. Teh hangat habis dalam sekali teguk.

"Anjir lo! Adik nggak tahu diri! Mau bunuh gue lo!"

Kini giliran Gilang yang kesal. Kedua sepupu ini pun saling beradu. Fenly di sana hanya menghela napas lelah.

"Kelakuan ya emang nggak sama ajah, kagak ada yang bener!" keluh Fenly memijat kening pelan.

Tin Tun!

Keributan berhenti mendadak, setelah suara bel di depan pintu menjadi topik pengalihan. Sosok Gilang langsung kabur menaiki anak tangga dikala ada kesempatan. Ia berusaha kabur dari pukulan Gorila Ricky.

"Jangan kabur lo, Kambing!" omel Ricky.

"WOI RICK! ITU ADA TAMU DI LUAR! MENDING LO KE DEPAN SEKARANG, BISA SAJA ITU RENA SAMA TEMANNYA YANG DATANG!"

Fenly langsung mengambil napas sebanyak-banyaknya. Luapan rasa emosi dan kesal akhirnya bisa tersampaikan dengan baik.

Ricky langsung ber-cosplay menjadi batu. Mendapat tatapan tajam dari si tukang ngegas, Ricky memilih berlari ke arah pintu utama.

"Gila! Si Fenly kalau udah marah seram kayak Emak-emak omelin anaknya yang hilangin tupperware di sekolah." Ricky mengelus dada berusaha sabar akan kelakuan sahabat dan sepupunya yang sama-sama tak waras. Padahal Ricky pun sam saja.

Tin Tun!

Ricky membukakan pintu. Ia langsung mendapatkan hadiah dari sang tamu di wajah.

"Aduh muka ganteng gue!"

"Ehh! Maaf nggak sengaja gue sumpah!" seru Wina histeris.

Sedangkan Rena hanya cuek. Ia lebih baik mendengarkan lagu-lagu kesukaannya di earphone yang tersambung ke ponsel.

"Maaf ya... Eh! Kamu!" seru Wina sambil menujuk ke arah Ricky.

Ricky masih mengusap wajah yang terkena pukulan maut Wina. Ia pun juga terkejut melihat sosok Wina di depannya.

"Lo bukannya karyawan di kafe Frozen ya?" tanya Ricky memastikan.

"Yes! Dan lo pelanggan yang lagi pedekate sama Ana!" jawab Wina antusias.

"Hmm... mau ngapain lo ke rumah gue?" tanya Ricky langsung mengalihkan pandangan.

"Kerja kelompok lah!"

Kali ini yang menjawab dengan nada datar dan jutek adalah Rena. Ia menatap Ricky tajam.

Bulu kuduk Ricky langsung merinding dibuatnya. "Oh, Rena. Yaudah, silahkan masuk ya," ucap Ricky tak ingin mencari masalah dengan Rena.

Sebenarnya Ricky dan Rena sudah lama menjadi tetangga di komplek perumahan. Mereka sering bertemu dan cukup akrab waktu kecil.

Setelah kedua Wanita yang merupakan teman sekelas kampus masuk. Ricky menutup pintu, lalu menuntun para tamu ke ruang tengah. Kerja kelompok pun akan segera di mulai.

.....RZ.....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro