22 Adik

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Shandy sudah berada di meja makan. Ia tengah sarapan dengan kedua orang tuanya. Menu pagi ini adalah nasi goreng dengan telor mata sapi dan sosis ayam.

"Shan," panggil sang Ayah bernama Dika.

"Apa Yah?" tanya Shandy setelah membersihkan sisa makanan di mulut.

"Kamu kapan mau nikahin Nindy?" tanya balik Dika.

"Hmm... kapan ya. Hayoo tebak dong," jawab Shandy bercanda.

"Kamu ini ditanyain orang tua serius malah ngelawak," sahut Mama Santi memukul lengan sang Anak.

"Aduh Ma. Sakit banget sih kaya preman," ledek Shandy pura-pura kesakitan.

Ayah Dika menghela napas lelah. Beginilah jika Shandy ditanya hal-hal serius pasti jawabannya tidak pernah jelas dan malah berakhir melawak.

"Ayo, di jawab pertanyaan Ayah nak," ucap Mama Santi sambil melirik tajam.

Shandy tersenyum tipis. "Hmm... Shandy kan baru melamar Nindy dua hari yang lalu. Jadi, Shandy belum bisa jelaskan kapan akan menikahi Nindy hehehe...," jawab Shandy tersenyum tipis.

Mama Santi ikut tersenyum. "Setidaknya kamu sudah melamar Nindy, Mama bangga loh."

"Ayah juga. Kamu jadi cowok yang jantan kaya Ayam jago," goda Ayah Dika menaik turunkan alis.

Shandy cemberut. "Parah nih Ayah. Masa samain Shandy kaya Ayam jago. Berarti Ayah sama Mama juga Ayam dong."

"Kamu ini nyebelin ya!"

Lagi. Shandy mendapatkan pukulan gratis dari Mama Sinta. Mereka pun tertawa bersama.

Suasana seperti ini yang sangat dirindukan Shandy. Ia menatap kedua wajah orang tua bergantian. Sudah ada kerutan-kerutan di wajah mereka.

"Ayah... Mama... Shandy janji bakal membuat kalian bahagia terus," ucap Shandy tulus.

"Cie... tumbenan nih bilang gitu," goda Ayah Dika.

"Mungkin lagi kesurupan Yah si Shandy ya," ledek Mama Sinta.

"Astaga satu keluarga nggak ada yang benar di sini," ujar Shandy menyengir lebar.
.
.
.
.

Di Bandara Soekarno Hatta...

Seorang Wanita keluar dari pesawat setelah menempuh perjalanan kurang lebih lima sampai enam jam lamanya. Jarak dari kota Medan ke Jakarta lumayan jauh.

"Welcome back to Jakarta," ucap Wanita itu tersenyum ceria.

Koper berwarna biru ia tarik perlahan. Sebelum keluar bandara, Wanita bertubuh subur ini memutuskan mampir ke tempat makan di dalam bandara.

Setidaknya kopi latte dan roti gandum menjadi sarapan terbaik. Setelah memesan, Wanita itu duduk di salah satu kursi kosong.

"Nikmat mana lagi yang kau dustai emang dah," ungkapnya menikmati sarapan pagi.

"Oke! Saatnya pulang ke rumah!" seru sang Wanita semangat.

Koper kembali ditarik, lalu melangkah menuju keluar bandara. Sebuah taksi online sudah ia pesan sebelumnya.

"Sini, saya masukan koper dan barang lainnya di bagasi," ucap supir taksi online.

"Oke, Pak!" jawabnya.

Kacamata hitam yang sejak tadi di pakai sudah ia lepas. Ia menikmati pemandangan gedung-gedung pencakar langit.

"Sudah lama banget aku nggak ke sini," ucapnya.

Sekitar 1 jam lamanya, taksi online sudah sampai diperkarangan salah satu rumah di Jakarta Pusat. Satu persatu barang- barang miliknya dikeluarkan.

"Ini uang tambahan untuk Bapak," ujar sang Wanita memberikan uang selembar limapuluh ribu.

"Terima kasih banyak, Mbak. Alhamdulillah rezeki," ucap Pak Sopir bersyukur.

Wanita bertubuh subur itu menatap rumah yang sudah lama ia tinggali sekitar dua tahun lamanya.

"Akhirnya pulang juga. Ade kangen sama Ayah, Mama dan tentunya Bang Shandy tercinta."

Pintu rumah utama terbuka. Nampak sosok Pria berambut gondrong dan berwajah agak pucat.

"Abang Shandy!" seru Wanita yang bernama Ade.

Shandy terpaku di depan pintu. Seorang Wanita yang sudah lama tak bertemu kini telah berada di depan matanya.

"Ade! Abang Shandy paling lucu!"

Shandy dan Ade berpelukan ala saudara kandung. Shandy menangkup kedua pipi Ade mirip bakpau itu gemas.

"Kamu kok nggak bilang-bilang kalau mau pulang ke Jakarta kan Abang bisa jemput tadi," ujar Shandy melepas rasa rindu.

"Hehe... kejutan!" seru Ade tersenyum lebar.

"Huh! Dasar Ade bikin abang terkejut sampai mau terbang loh ini," balas Shandy melawak.

"Yee! Bang Shandy masih saja ngelawak walau garing wle...," ujar Ade menjulurkan lidahnya.

"Abang kangen banget sama kamu De. Rasanya tuh rumah sepi nggak ada kamu." Shandy mengacak rambut Ade gemas.

"Bilang saja nggak ada yang bisa dijahilin kan!" Ade sedikit sewot.

"Kok tempe sih!" goda Shandy memeluk kembali tubuh sang Adik tercinta.

Shandy mempersilahkan tamu istimewanya untuk masuk. Ia berlari kecil ke depan mengambil koper dan barang milik Ade.

"Alhamdulillah... rumah jadi tambah ramai lagi." Shandy tersenyum.

.....RZ.....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro