Bab 15. Dia Datang Lagi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

*Selamat membaca*
*Maaf masih tahap belajar, masih banyak kekurangan di sana sini.*

*jangan lupa krisar dan jejak lainnya.*

redaksisalam_ped
trinaya_123

***

Kau bagai rinai hujan

Datang dan pergi begitu saja

Tiada angin tiada hujan

Tiba-tiba kau menghilang

Namun, kau kini kembali

Menyemangati hari-hariku

Bunga-bunga cinta 

Bersemi lagi

Berharap bukan hanya mimpi

Seperti malam kemarin

Namun

Impian yang menjadi nyata

(Ningsih)


***

Tak terasa tahun berganti, diri yang sunyi tanpa teman spesial di hati. Sudah hampir setengah tahun tak ada kabar dari kakak laki-laki yang baru dikenalnya setahun lalu dari media sosial. Aku merasakan merindu buian suaranya bersenandung salawat dan mengaji. 


Bulan yang selalu dirindui akan segera datang, bulan penuh berkah, bulan penuh ampunan menyambut seluruh umat islam. Tak terasa bulan Ramadan 1431 Hijriyah yang bertepatan dengan tahun 2010, insyaallah pada tanggal 11 Agustus. Saat ini akhir bulan sya'ban, yang artinya beberapa hari lagi memasuki bulan suci Ramadan.


Bulan peningkatan iman dan takwa, bulan di mana segala macam kebaikan akan dilipat gandakan pahalanya. Puasa tidak hanya menahan makan dan minum, akan tetapi harus meninggalkan  ucapan bohong atau perkataan dusta, dan perbuatan maksiat lainnya. 

Alhamdulillah, tahun ini aku mendapatkan kesempatan untuk ikut mengajar mengaji di masjid bersama beberapa orang lainnya. Diri berharap semoga tahun ini lebih berkah lagi puasanya dan ada kejutan yang akan hadir dalam hidupku. 


Setiap bulan Ramadan begini aku merindukan kehadiran dia yang pernah hadir dalam hidupku. Sewaktu diri remaja, sering kali mengharapkan sosok suamiku kelak seperti dia. Walaupun, diri ini tak bisa bersatu dengannya, setidaknya mendapatkan pasangan hidup yang mirip dirinya. 

Hari puasa yang di nanti tiba, diri mulai sibuk dengan rutinitas bulan Ramadan. Mulai dari menyiapkan takjil untuk para santri, mengajar mengaji dan menyipkan minum untuk berbuka puasa bersama setelah selesai mengaji.

Tak terasa sudah hari ke-tiga dalam bulan penuh berkah kali ini. Wati, mengajukan pendapatnya, besok sore buka bersama di pantai. Tadinya diri ragu apakah mendapatkan izin dari takmir masjid, tetapi setelah mengajukan usulan dari Wati, kami semua mendapatkan izin untuk berbuka bersama di pantai besok. 



Pantai Kalimantan, karena berada di jalan Kalimantan tepatnya di Kelurahan Gunung Simping, Kecamatan Cilacap Tengah, menjadi tempat favorit warga sekitar untuk menikmati matahari terbit di pagi hari, juga untuk ngabuburit menanti waktu berbuka puasa.

Hari keempat puasa Ramadan kali ini, lokasi tersebut terlihat banyak dikunjungi warga sekitar kelurahan Gunung Simping. Banyak aktivitas yang dikerjakan di sepanjang tepi pantai, dari hanya duduk-duduk menikmati suasana sore di bebatuan di bibir pantai, hingga memilih duduk dan menunggu makanan di tempat makan lesehan yang sudah dipesan.

Sebagian warga juga terlihat memantau anak-anaknya bermain di pinggir pantai dan mencari kerang di sekitar pantai. Tidak hanya bermain air dan mencari kerang, para orangtua juga terlihat memantau anak-anaknya yang sedang bermain di arena permainan berbayar di sekitar lokasi.


Aku, Wati, Puput dan beberapa anak yang mengaji di masjid sengaja memilih tempat makan lesehan di dekat jembatan kecil yang menjadi ikon pantai karena ingin mencari suasana lain untuk berbuka puasa kali ini.

"Di sini suasananya lumayan enak. Bisa lihat pantai dan menikmati matahari terbenam." ucap Wati.

"Iya, Mbak Ningsih. Sesekali kan boleh, mengaji dan berbuka bersama di luar masjid." timpal Puput.

"Iya, sekali ini saja ya." sahutku.


Tidak semua warga menunggu waktu buka puasa dan berbuka di area pantai. Sebagian dari mereka, memilih pulang ke rumah untuk berbuka bersama keluarga setelah ngabuburit di pantai Kalimatan  karena rumahnya tidak jauh dari lokasi ngabuburit.


"Biasanya lima belas menit jelang waktu buka, saya sudah pulang, karena rumah saya dekat dari sini," kata salah satu pengunjung yang kebetulan duduk di dekatku.

Baginya, ngabuburit di pantai Kalimantan ini suasananya cukup nyaman dan menyenangkan sambil menunggu waktu berbuka puasa. Dia mengaku cukup sering menghabiskan waktu di area pantai.


Hari pun berganti, setiap hari berlalu dengankesendirian. Sampai suatu malam selepas salat tarawih. 

[Assallamu'alaikum. Ini nomerku. Agus Riyadi.]

Ya Rabbi, mimpi apa aku semalam. Orang yang  aku tunggu kabarnya tiba-tiba mengirim kabar. 

[Wa'alaikumsalam, bagaimana kabarnya Mas?]

[Alhamdulillah, baik. Kamu bagaimana kabarnya?]

[Baik juga]

[Oya, sabtu depan aku main ke rumah ya. Sekalian mau ke Pondok Pesantren Raudhatul Quran.]

[Main!]

[Iya, boleh gak? Izin ke Bapak sama Ibu dulu.]

[Iya, Mas.]

[Aku mau telepon, mau ngomong langsung ke Ibu.]

[Iya, silakan.]



Setengah jam berlalu, begitu akrabnya Ibu dengan dirinya. Sayup-sayup ku dengar Ibu mengizinkan dia main ke rumah Sabtu depan. 


Ya Ilahi, berkah bulan Ramadan kali ini  begitu membuatku bahagia. Orang yang selama ini kusebut namanya dalam setiap doa akan datang ke rumah. 


Segera aku beritahu Narsih bahwa Mas Agus Riyadi akan main ke Cilacap. Aku akan mengajaknya berkenalan dengan Narsih juga. 


Sejak malam itu, diri tak kesepian lagi. Ada seseorang yang selalu menasihati diri agar selalu tak lupa mengaji, karena dalam meniti kehidupan ini, agar diri tak tersesat kita dibekali dengan kita pegangan utama berupa wahyu Allah yang diturunkan  kepada Nabi Muhammad Saw. Apabila kita senantiasa berpegang teguh pada kitab pedoman tersebut, kita dijamin akan memperoleh  kebahagiaan yang hakiki.

Al Quran yangmemberikan  jalan yang lurus, jalan kebahagiaan baik di dunia maupun  akhirat. Memberikan petunjuk, dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka pahala yang besar.


Suatu hari, Mas Agus Riyadi menelponku. Dirinya menceritakan pengalamannya selama di Pondok Pesantren, juga kegiatannya menjadi vokalis grup salawat.

"Dek." 

"Wah, aku dapat sebutan baru." jawabku saat dia menelponku lagi.

"Boleh, dong?" 

"Iya, boleh."

"Mas, pengin kamu mendengarkan cerita kali ini." 

"Cerita apa?" 

"Tapi, lebih tepatnya mendengarkan Mas berkhutbah." 

"Khutbah?" 

"Iya, Mas ada tugas untuk mengisi kultum di masjid besok malam." ucapnya, "dengarkan ya?" 

"Siap." sahutku, "judulnya apa, Mas?"

"Lima kewajiban setiap mukmin dalam mensikapi kitab Al Quran." 

Lima kewajiban kita sebagaimana mukmin antara lain, beriman kepada Al Quran, karena Al Quran merupakan salah satu mukjizat Rasul.

"Katakanlah, jika sekiranya manusia ataupun jin berkumpul untuk membuat seperti halnya Al Quran ini tidaklah akan bisa meskipun satu dengan yang lainnya saling menolong." (Surat Al Israa' ayat 88)



"Aku mau dengar dong, Mas Agus Riyadi membaca ayat tersebut?" potongku. 

"Boleh." balasnya. 

Suara itu yang aku rindukan, mengalun dengan indahnya. Membuai, menyejukkan hati.

"Dek,"

"I--iya,"

"Lanjut ya?" 

"Ya, tapi bonusnya lagu Khoirul Yani ya?" ledekku.

"Mau yang mana?"

"Ya Uhailal hub. Itu loo, yang artinya wahai orang-orang tercinta,"

"Siap, ah paling nanti ditinggal tidur." 

"Enggak, janji deh. Gak ketiduran lagi."



Kewajiban mukmin yang kedua membaca Al Quran. Membaca Al Quran tidak sama dengan membaca sebuah majalah, karena membaca Al Quran termasuk ibadah bahkan akan memberi syafaat kelak di hari akhir. 

"Bacalah Al Quran  karena sesungguhnya Al Quran itu akan memberikan syafaat bagi pembacanya." (H.R. Muslim dari Abu Umamah) 

Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim juga diberitakan bahwa Allah SWT tidak suka mendengar (suara) selain mendengar seseorang yang membaca Al Quran dengan suara keras dan merdu.

Kewajiban mukmin yang ketiga yakni mempelajari isi dan seluk beluk Al Quran. Orang yang mau mempelajari isi Al Quran dan mau mengajarkan kepada orang lain termasuk manusia terbaik. Al Quran adalah ilmu yang tidak akan pernah kering untuk ditimba sepanjang masa.


Kewajiban mukmin yang keempat yakni mengamalkan isi kandungan yang ada di dalam Al Quran. Terakhir yaitu mendakwahkan Al Quran, artinya kita sebagai seorang muslim harus meneruskan ilmu dalam Al Quran kepada orang lain. 

"Sudah selesai, Mas?" tanyaku.

"Sudah. Mau dinyanyikan lagu apa?"

"Jadi, nih!" 

"Jadilah, Dek. Apa sih yang gak buat Adek tersayang,"

"Apa! Tersayang?" 

"E--emm… Sudah mau lagu apa ini?"

"Terserah, Mas Agus Riyadi." 

"Agus, saja kenapa? Lengkap benar?" 

"Njeh, Mas Agus," jawabku sembari menirukan gaya tokoh wayang.

Mas Agus pun mulai menyanyikan lagu dari Al Muqtashida grup, di album suara hati. Setelah itu, dia bertanya lagi, mau dinyanyikan satu lagu lagi. 

"Habibi," pintaku.

"Apa? Adek kekasihku?" 

Tut...tut…tut 

Telepon terputus, baterai gawaiku kosong. Gagal sudah minta dirinya menyanyikan lagu dari Umar Mawardi, yang merupakan lagu favorit kita berdua.




*Apakah yang akan terjadi selanjutnya?*

*Akankah mereka berjodoh, atau hadirnya seorang laki-laki di tengah persahabatan Ningsih dan Narsih akan memberikan dampak untuk mereka?*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro