Bab 2. Sahabat Pena

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

*Semoga bermanfaat untuk para pembaca*
*Jangan lupa tinggalkan jejak*

Sosokmu tak akan terganti
Oleh siapapun di dunia ini
Kau tetap terbaik
Bagiku

Kau wanita hebat
Kuat menahan beban dalam pundak
Sabar dalam menghadapi ujian
Ajarkan diri ini 'tuk ikhlas

Entah apa sebabnya
Membuat diriku dan dirimu
Dulu bisa dekat
Merangkul satu sama lain

Kau wanita hebat
Kuat menahan beban dalam pundak
Sabar dalam menghadapi ujian
Ajarkan diri ini 'tuk ikhlas

(Ningsih)

Setiap hari selalu aku teringat dirimu, semua yang pernah kamu ajarkan padaku, nasihatmu sahabat akan selalu aku ingat. Akankah  kutemui teman sebaik dirimu. Pikiran itu selalu muncul setiap saat, setiap waktu, hanya bisa mengirimkan doa untukmu.

Ketika mentari terbit dari ufuknya burung-burung terbangun dari tidurnya dan bersiul indah sambil mengepakan sayap-sayap mungilnya. Suara desiran angin sepoi-sepoi yang terdengar samar-samar di telingaku menimbulkan gairah dan semangat baru yang tercipta dalam tubuhku. Membuat semangat di dada bergejolak, seakan-akan darah mengalir cepat dengan membawa zat-zat positif yang di alirkan ke setiap organ-organ dalam seluruh tubuhku.

Aku pun terbangun dan memandang ke arah luar jendela, bunga-bunga di taman yang basah karena di selimuti embun pagi hari yang telah meninggalkan bau basah, pohon-pohon rindan bergoyang dengan tiupan angin sehingga memancarkan suasana sejuk dari setiap ranting, dahan, batang dan daun seakan akan sedang berzikir kepada Sang Kuasa.

Senyumanku yang terpancar seakan-akan melengkapi seluruh keindahan yang ada  di sekelilingku,seakan-akan aku selalu ingin merasakan suasana-suasana indah seperti saat ini dan ingin mengabarkan kepada semua orang tentang apa yang ku rasakan pada saat itu, sekan hati berkata, aku sangat menyukai suasana pagi di kampungku, senyumankupun tak kunjung henti dan tanpa tersadar bibirku berucap subhanallah, indahnya seluruh penciptaan-Mu.

Udara sejuk masih terasa menyentuh kulit. Embun pagi masih menghiasi dedaunan. Sayup-sayup terasa belaian sinar matahari pagi. Semua makhluk hidup mulai membuka mata untuk menyambut hari baru, memulai aktivitas dengan semangat baru.

Mentari pagi menyinari, disambut oleh sang kokok yang sibuk mencari cacing di tanah dan kucing yang berjemur ria di setapak. Diri bergegas, menyiapkan sarapan karena hari ini berencana untuk ke pasar membeli barang dagangan. Suara ketukan pintu menghentikan aktivitasku di dapur.

Setelah menemui sang tamu, diriku kembali sibuk di dapur lalu sarapan, setelah berdandan ala kadarnya aku pun berangkat ke pasar sesuai rencana awal. Dua jam pun berlalu, sembari menunggu warung, siapkan bahan-bahan untuk mendampingi belajar anak-anak nanti. Alhamdulillah, diberikan kepercayaan kembali tahun ini untuk mendampingi anak-anak madrasah ibtidaiyah belajar.

Diri menyiapkan buku-buku pelajaran yang akan digunakan nanti sore, saat mendampingi Alina, Zahra belajar. Kubuka buku Tematik kelas tiga tema enam, kenapa tema yang diangkat mengingatkan diriku kepadamu lagi, kenapa judul bukunya indahnya persahabatan. Astaghfirullah, dada ini bergetar.

"Assalamualaikum,"

"Wa'alaikumsalam, sini masuk," sembari diri mengemas buku.

"Iya, Wa,"

Ku persilahkan Alina dan Zahra duduk, lalu aku tanya mereka hendak belajar apa dahulu, mereka memilih untuk membahas materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terlebih dahulu sesuai tugas yang diberikan Ibu guru kepada mereka, tugas dari Ibu guru tersayang kali ini membahas tentang harga diri.

"Siap, Alina dan Zahra?"

"Siap...." jawab mereka

"Soal pertama apa arti harga diri?"

sesuai soal ujian yang ada ditangan.

"Harga diri adalah suatu nilai atau kehormatan diri seseorang yang menyangkut kepribadiannya," jawab Alina.

"Ya, betul. Tulis di buku tugas," sahutku, "soal berikutnya tulis ya, apakah manfaat harga diri?" terangku.

"Apa ya?" ucap Zahra.

"Tulis, ya Wa akan bacakan," perintahku.

"Jangan cepat-cepat Wa, bacanya," ucap Alina.

"Siap, Manfaat harga diri, di antaranya. Memberikan semangat dalam melakukan kegiatan, memberi rasa percaya diri yang tinggi, dapat diterima orang lain dan mendorong kita berbuat yang baik."

"Sudah, selesai nulisnya?"

"Sudah, Wa. Soal selanjutnya apa Wa?"

"Sabar, Wa minum dulu," kelakarku, "Soal selanjutnya Sebutkan bentuk-bentuk harga diri?" terangku.

"Apa, Wa jawabannya?"

"Aku, Wa. Coba cari di buku ya!" sela Zahra.

"Ok." sahutku dengan acungkan jempol.

"Nah, ini ketemu jawabnya," sorak Zahra, "ini Wa!" Zahra menyerahkan buku tebal yang ada di tangannya.

"Bentuk-bentuk harga diri, di antaranya menghargai diri sendiri, mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri, menerima keadaan diri apa adanya dan mau berusaha mengembangkan kelebihan diri." ucapku.

"Ada soal lagi gak?"

"Ada Wa, ini! Sebutkan perilaku yang mencerminkan harga diri?"

"Mau cari di buku apa langsung di bacakan?"

"Langsung saja Wa,"

"Perilaku yang mencerminkan harga diri adalah?"

"Adalaaah?"

"Adalaaah?"

"Adalah apa Wa?"

"Meminta maaf jika bersalah, mengucapkan terima kasih atas bantuan orang lain, menghargai sesama, ramah kepada orang lain, berkata sopan kepada orang lain, menolong sesama yang membutuhkan, tidak mengejek orang lain."

"sudah selesai?"

"Sudah tidak ada soal Wa, tinggal tugas Bahasa Indonesia."

"Iya, Wa. Bahasa Indonesia. Wa, beli jajan."

Sesi belajar pun terjeda untuk sementara, karena cacing dalam perut sudah demo sedari tadi minta di kasih jatah makan siang. Sembari mengawasi Alina dan Zahra makan camilan, diri ini pun mengisi energi lagi agar kuat menghadapi kenyataan, bahwa rindu itu berat.

Sejenak diri ini pun berpikir, bahwa semua yang ada di dalam diri kita merupakan karunia dari Tuhan. Oleh sebab itu, kita tidak boleh sombong karena kelebihan-kelebihan kita. Sebaliknya, kita harus bersyukur atas anugerah-Nya.

"Sudah selesai belum makannya?"

Tanyaku kepada dua krucil, julukan yang ku sematkan kepada Alina dan Zahra sejak mereka duduk di bangku taman kanak-kanak.

"Sebentar lagi Wa, Zahra belum selesai makan."

"Iya Wa, Alina juga bentar lagi."

Sembari menunggu mereka siap melanjutkan belajar, tak ada salahnya membaca instruksi yang ada di lembar kerja siswa. Sub tema yang diangkat mengenai sahabat pena, sekilas ku menangkap bahwa tugas dari Ibu guru adalah membuat surat kepada sahabat yang jauh di luar kota, saling menanyakan kabar.

"Wa, jangan melamun."

"Sudah mau lanjut belajarnya?"

"Lanjut Wa,"

"Alina mau tanya, Sahabat itu apa Wa?" sembari Alina memegang kertas soal.

"Sahabat adalah orang yang selalu merasakan suka duka yang di alami oleh orang lain. Contohnya Alina bisa ikut sedih atau nangis saat Zahra nangis, itulah yang dinamakan sahabat."

"Kalau sahabat pena apa artinya Wa?"

"Sahabat pena, apa ya artinya? Emmm."

"Apa ya Wa?"

Kulihat raut wajah Alina dan Zahra mulai cemberut.

"Sahabat pena adalah hubungan antara orang yang satu dengan yang lainnya, saling tukar-menukar surat, sahabat pena ini mempunyai tujuan atau maksud untuk berteman dengan seseorang yang belum pernah ia temui sebelumnya."

"Ooowh, seperti yang di film Upin Ipin dong, mereka kirim surat."

"Yup, betul."

ku acungankan jempol kearah dua krucil.

"Assalamualaikum,"

"Wa'alaikumsalam, sini Mbak,"

"Sudah selesai belum belajarnya Zahra, jangan-jangan cuma buat main saja?"

"Enggak Mbak, mereka belajar. Tinggal, buat tugas bahasa Indonesia,"

"Zahra mau buat surat , Mak."

"Surat apa, Ra?"

"Surat sahabat pena, Mamak dulu ada sahabat pena gak?"

"Ada, dong. Dulu Mamak punya banyak sahabat pena. Tapi sekarang sudah jarang ada yang kirim surat,"

"Iya Mbak, sekarang lebih banyak komunikasi menggunakan aplikasi kirim pesan singkat."

Sejam kemudian, setelah berceloteh ria bersama Mamaknya Zahra, diri menulis seuntai aksara dalam seuntai kalimat.

Zaman sekarang memang berbeda dengan zaman dahulu, karena lebih mudah untuk berbagi kabar melalui aplikasi pesan singkat. Namun tidak ada salahnya kita tetap menggunakan surat atau jika ingin menggunakan surat sesekali ketika ingin berkomunikasi dengan orang lain, seperti kepada sahabat sendiri.

Namun disinilah letak keistimewaan yang anda berikan kepada sahabat. Disaat orang lain memilih komunikasi simpel untuk sahabatnya, anda malah memilih untuk menggunakan surat. Tentu saja proses berkirim surat ini membutuhkan perjuangan lebih dan membutuhkan waktu lebih banyak.

redaksisalam_ped trinaya_123

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro