Bab 3. Jempol

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

*Selamat membaca*
*Semoga bermanfaat dan mengambil hikmah dari isi cerita*

*Jangan lupa, jejaknya ya kak.*

redaksisalam_ped
trinaya_123

***
Senja menyapa, saatnya diri beranjak untuk mendirikan bangunan di akhirat kelak. Menunaikan kewajiban sebagai hamba Tuhan. Seusai mengadu kepada Sang Kuasa dan mengucap syukur atas nikmat karunia-Nya hari ini. Aku bergabung dengan anak-anak muda yang sedang berkumpul di depan rumah.

Indahnya melihat mereka bisa kompak, berlatih Hadroh bersama. Membangun grup rebana dengan semangat juang, semangat kebersamaan. Kali ini setelah mereka latihan, akan ada pengajian rutin yang dilaksanakan sebulan sekali. Alhamdulillah, kesempatan untuk menambah pengetahuan diri yang fakir ilmu ini.

Sebuah lirik lagu mengisahkan proses pencarian teman itu mudah, apabila mencari teman untuk bersenang-senang atau saat kita suka. Akan tetapi, mencari teman terkadang berubah menjadi sulit bahkan kita sampai tak ada kawan bercerita, berbagi yakni disaat diri kita susah, tertimpa kemalangan.

Istilah ngapaknya perek karo tukang dodol minyak wangi ya ketularan wangi, nek perek karo tukang sampah ya mambu sampah. Artinya, jika kita teman kita membawa kebaikan kita akan ikut tertular kebaikannya, jika teman kita membawa kejelekan kita akan tertular kejelekannya pula. Aku yang mendengarkan ceramah pak Kiai dari seberang rumah ikut manggut-manggut mendengar penuturannya.

Dalam kehidupan sehari-hari sebaiknya kita terapkan jempol, supaya hidup kita tentram dan damai. Rukun antar sesama, baik dengan kawan sejawat, rekan kerja, maupun dengan sahabat dan keluarga. Apa itu jempol?

Aku menyimak baik-baik uraian dari pak Kiai, tak lupa menulisnya di kertas, siapa tahu terpakai olehku untuk bahan menulis. Sekitar satu jam diri duduk di teras rumah sendiri tak ada kawan yang menemani, tapi hanya  nyamuk yang berterbangan mencari mangsa setia menemani diriku.

Keesokan harinya, setelah berbenah dagangan. Aku duduk santai di teras sembari menunggu anak-anak sekolah istirahat. Datanglah seorang pelanggan setia, Mamak Zahra.

"Mbak, tadi malam sampai jam berapa acara di rumah Alina?"
"Sampai jam sebelas malam, Mamak Zahra."

"Oh, apa saja yang dibahas semalam?"

"Tentang bagaimana sikap kita terhadap teman, bergaul dengan warga sekitar." sambil menata barang dagangan.

"Apa, mbak?" tanyanya penuh rasa penasaran.

"Semalam, diistilahkan dengan jempol."

"Apa itu jempol?"

"Jempol artinya jujur, eman, manut, polah, lurus."

"Apa saja makna dari jempol itu?"

"Jujur, jujur adalah suatu pengorbanan, karena adakalanya saat kita berkata jujur akan ada yang sakit hati, dalam artian bahwa berkata yang benar, apa adanya, karena hidup seorang manusia tidak hanya dapat bermanfaat untuk dirinya sendiri. Akan tetapi juga bermanfaat untuk orang lain. Bila orang hanya mencari kesenangan dunia dengan mengabaikan segi kejujuran, maka akan timbul hal yang menjijikkan."

"Oooh, begitu," sahut Mamak Zahra mengangguk-anggukkan kepalanya, "lalu eman artinya apa?"

"Eman dalam arti loman, suka berbagi dengan sesama. Ada teman yang sedang kesusahan dibantu, bukan mendekati teman saat senang saja ataupun saat kita sendiri sedang susah. Namun, kita juga harus membantu mereka di saat mereka susah atau dalam kesulitan."

"Manut itu apa?"

"Manut maknanya kita sebagai seorang warga harus patuh kepada pemerintah, sebagai seorang santri kita harus patuh terhadap ulama, sebagai makhluk Tuhan kita harus patuh terhadap apa yang di perintahkan oleh Tuhan kepada Umat-Nya."

"Oh gitu, berarti kata lainnya adalah Takwa,"

"Yup, benar. Takwa adalah seseorang yang taat kepada Allah Azz Wa Jalla atas cahaya atau petunjuk dari Allah SWT karena mengharap rahmat-Nya dan orang tersebut meninggalkan maksiat karena takut akan siksa-Nya. Tidaklah seseorang dikatakan takwa kepada Allah SWT Sang Maha Mengetahui jika dia belum menjalankan kewajiban yang Allah tetapkan dan menunaikan hal-hal yang sunnah seperti yang dicontohkan Nabi shalallahu alaiahi wasallam."

"Kalau gak salah ada tiga makna dari Takwa."

"Apa aja itu Mbak?"

"Takwa dalam Alquran memiliki tiga makna yaitu takut kepada Allah dan pengakuan superioritas Allah. Hal ini seperti kalam-Nya yang artinya, Dan hanya kepada-Ku lah kamu harus bertakwa. Bermakna taat dan beribadah, sebagaimana kalamnya yang berarti, Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah denan sebenar-benar takwa. Dengan makna pembersihan hati dari noda dan dosa. Maka inilah hakikat dari makna takwa, seain pertama dan kedua. Sbagaimana termaktub dalam firman-Nya. Dan barangsapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah dan bertakwa, maka itulah orang-orang yang beruntung."

"Wah, jadi tambah ilmu. Alhamdulillah"

"Alhamdulillah,"

"Makna dari jempol tadi belum selesai Mbak?"

"Lanjut, nanti saja Mbak. Aku mau sarapan dulu."

Hari ini aku tak kesepian, ada Mamak Zahra yang menemani pagiku. Biasanya ada suami yang ikut membantu di warung. Namun, hari ini dia sedang pergi bersama Kepala Madrasah Tsanawiyah, tadi pagi di jemput oleh beliau. Setelah selesai beres-beres rumah, aku duduk di warung lagi, Mamak Zahra yang tadi pulang untuk angkut jemuran baju kembali lagi ke warung.

"Mbak, aku main lagi ya. Panas banget di rumah, Zahra juga di rumah Alina,"

"Monggo, Mbak."

"Oya, lanjut lagi yang tadi pagi."

"Boleh."

"Polah, berarti tingkah laku ya Mbak?"
"Iya, tingkah laku. Kita sebagai seorang muslim harus menjaga tingkah laku, tata krama atau unggah-ungguh saat bercakap-cakap dengan orang lain. Menghormati kepada orang yang lebih tua, menyayangi orang yang lebih muda."

"Ooh, berarti harus menjaga perkataan, jangan sampai menyakitkan hati orang lain."

"Yap, betul." sahutku, "dan yang terakhir adalah lurus. Sebenarnya masih ada hubungannya dengan polah atau tingkah laku manusia. yaitu, harus berpegang teguh kepada agama yang dianut, jangan sampai melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama."

"Tingkah laku manusia yang terkadang berbelok baik kanan maupun kiri, diajak ke kanan ya ikut ke kanan, diajak ke kiri ya ikut ke kiri walaupun arah tujuan ada di depan."

"Makanya kita dituntut untuk dapat mencari kawan, sahabat atau apapun kita menyebutnya dengan hati-hati, jangan sampai kita salah pergaulan dan kita tersesat dalam kemaksiatan."
Hampir tiga jam, kami bercakap-cakap membahas banyak hal sampai hal menjaga silaturahmi dengan keluarga, teman, kerabat dan sahabat.

Salah satu untaian kata mutiara yang pernah ku baca berbunyi, hubungilah kerabatmu walaupun hanya dengan memberi salam kepada kerabatmu. Alangkah baiknya dengan cara memberikan sedekah kepadanya sebagai tali kasih jika memang memiliki kelonggaran dalam materi atau harta benda. Namun, jika tidak, boleh dilakukan dengan cara hanya datang berkunjung ke rumahnya. Paling tidak, memberikan salam kepadanya sebagai doa keselamatan baginya.

Alhamdulillah, dalam perkembangan zaman, sudah banyak cara kita untuk menyambung silaturahmi dengan kerabat maupun sahabat. Salah satunya adalah mengadakan pertemuan atau reuni. Mereka-mereka yang kebetulan berada di luar daerah untuk mencari rezeki di sana dapat menggunakan momentum pertemuan tersebut untuk bersilaturahmi dengan sanak saudara, maupun teman sewaktu sekolah dulu.

Perilaku tersebut adalah hal terpuji, karena dengan adanya acara tersebut kita dapat saling bersilaturahmi. Jika tidak ada pertemuan atau acara sejenisnya bisa jadi persaudaraan kian menjauh dan bisa terputus. Itulah pentingnya menjalin silaturahmi, karena jika kita memutuskan hubungan kekeluargaan baik dengan saudara sekandung, kerabat, teman maupun sahabat. Orang-orang yang memutuskan tali silaturahmi akan dilaknat oleh Tuhan.

Marilah kita jalin dan kita ikat erat jalinan persaudaraan diantara keluarga kita khususnya dan dengan sesama umat manusia, dengan mengacu pada ukhuwah Islamiyyah, ukhuwah Wathaniyah dan ukhuwah basyariyyah.

Senja menggelayut manja, saatnya diri menutup buku yang sedari tadi kubaca. Saatnya memasukkan barang dagangan ke dalam rumah. Saatnya bersiap-siap untuk berangkat menuju tempat mengadu, untuk mengadukan keluh kesah, hajat dan ucapan syukur atas nikmat karunia-Nya hari ini. Setelah selesai tunaikan kewajiban sebagai hamba-Nya. Tiba-tiba terdengar samar-samar suara Alina memanggil. Aku bergegas membuka pintu, mempersilahkan Alina masuk. Dia ingin mengerjakan tugas sekolah di rumahku.

"Wa, Mamaknya dedek Hidayat itu sahabat si Wa? kata Wa Waris begitu."

"Iya, emang kenapa?"

"Wa, cerita ya?"

"Cerita apa?"

"Cerita tentang persahabatan Wa Ningsih dengan Mamaknya Hidayat."

"Boleh, tapi selesaikan dulu tugas sekolahnya."

Apakah yang akan aku ceritakan kepadanya, diri ini belum tahu akan mulai dari mana akan menceritakan tentang persahabatanku dengan dirinya.

Catatan :
perek = dekat
karo = dengan
tukang dodol minyak wangi = penjual minyak wangi
ketularan wangi = tertular bau wangi

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro