Bab 5. Nuntut Ilmu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

*Selamat membaca, semoga bermanfaat ilmu yang ada di dalam cerita.*

*Masih proses belajar*

*Jangan lupa jejak krisar, komentar dan vote*

redaksisalam_ped trinaya_123



"Mencari ilmu itu adalah suatu kewajiban, bagi kaum muslim baik laki-laki maupun perempuan. Carilah ilmu dari ayunan hingga liang kubur."

"Nuntut ilmu iku, luwih apik diwiwiti kawit cilik. Gampang nyantele angel ilange."
(Menuntut ilmu itu, lebih baik dimulai dari kecil. Mudah diingat susah hilangnya.)

Hari ini aku berangkat kuliah dijemput oleh teman Bapak, karena arah rumahnya sama dengan arah ke kampus. Sesampainya di kampus, aku melihat ada yang sudah duduk manis di teras. Sepertinya mahasiswa baru. Aku duduk di sampingnya, dan mengajaknya kenalan.

"Kemarin kan sudah kenalan, Mbak," Saat diriku menanyakan namanya.

"Aku lupa," sambil garuk-garuk kepala yang tak gatal.Kami kenalan lagi, tanya ini itu dari tanya rumahnya dimana, dulu sekolah dimana. "Oh, berarti kenal Iis ya?" sewaktu dia bilang lulusan Madrasah Aliyah Negeri tahun lalu.

"Iya, Mbak. Kok kenal Iis?"

"Bapaknya Iis teman Bapakku kerja, tadi aku juga bonceng Bapaknya Iis." balasku. Sekian lama menunggu kawan-kawan seangkatan ternyata hari ini tak ada mata kuliah. Namun di isi kajian dari pengurus Kampus, kebetulan waktu itu sedang ada tamu agung yakni kepala yayasan pendidikan dari Semarang.

Setelah kajian selesai, kami bubar jalan ada yang masih tetap di Kampus ada yang langsung pulang. Waktu itu, Narsih sedang berdiri di depan gerbang aku dekati dan ajak dia berbincang sebentar. Dia malah mau menemaniku menunggu di jemput.

Bahkan menawarkan agar aku ke rumahnya terlebih dahulu. Namun, diri tak mau karena yang jemput nanti takut bingung, orang yang dijemput tidak ada di kampus. Beberapa menit kemudian yang ditunggu pun datang, aku pamit ke Narsih, dan dirinya juga pulang ke rumah dengan jalan kaki.

Sejak saat itu, setiap hari aku mengobrol dengannya sebelum masuk ke kelas. Mengenal satu sama lainnya. Aku berjanji akan main ke rumahnya untuk mengantarkan buku komputer yang ingin dia pinjam.

Selain kuliah, aku juga mendampingi belajar anak di sekitar rumah. Entah kenapa diri menyanggupi permintaan mereka untuk mengajari mereka pelajaran sekolah. Padahal tahu bukan bidangku, akan tetapi diri berani mengambil resiko. Selain mendampingi belajar juga membantu Bapak mengajar ngaji di masjid. Walaupun terkadang aku lupa hurufnya.

Malam yang dingin, selepas magrib datang Wati dan Puput, mereka hendak mengaji karena tadi sore tidak jadi karena ada acara mendadak jadi mengajinya di geser setelah magrib.

"Mbak Ningsih, punya buku peribahasa?"

"Aku punya Wati, sebentar aku ambil." aku masuk ke kamar, mengambil buku untuk membantu Wati mengerjakan tugas sekolah.

"Mbak Ningsih, soal pertama seorang teman lama lebih baik dari dua teman baru, artinya apa?"

Aku buka buku. "Artinya adalah persahabatan tumbuh lebih kuat selama bertahun-tahun, jadi teman lama selalu dijunjung tinggi."

Banyak pepatah tentang persahabatan dan gotong royong. Intinya adalah bahwa seorang teman harus selalu membantu temannya dan terkadang malah merugikan kepentingannya. Tentu saja jika pepatah tersebut dijelaskan anak kecil, contoh harus diberikan yang sesuai: memberikan mainan, permen, menyerahkan loker di taman.

Ada pula pepatah yang berbunyi tidak ada harga untuk seorang teman yang setia. Atau Tidak ada jarak untuk persahabatan. Artinya, Anda dapat berteman bahkan dari kejauhan, meskipun Anda belum pernah melihat seseorang di dalamnya kehidupan nyata, dan semua karena teman adalah roh yang sama yang dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain bahkan tanpa berada di sekitar.

Dia yang tidak mengalami persahabatan tidak hidup. Pepatah tersebut menekankan pentingnya persahabatan dalam kehidupan seseorang. Inti dari pernyataan tersebut adalah bahwa seseorang tidak dapat menjalani kehidupan yang utuh jika tidak ada teman di dalamnya.

"Nah, kalian berdua Wati dan Puput, jaga tali silaturahmi kalian jangan saling bermusuhan. Jika kalian ada masalah dibicarakan,"

"Iya, Mbak. Mbak Ningsih, aku ada tugas agama."

"Oke. Coba Puput bacakan soalnya, kalau bisa jawab sekalian nanti Mbak Ningsih koreksi."

Tak terasa waktu salat isya tiba, kami berhenti sejenak untuk salat terlebih dahulu. Seusai salat aku kembali ke kamar terlebih dahulu mengecek gawai di atas nakas. Ada satu pesan singkat masuk ternyata pesan dari Narsih.

[Mbak Ningsih, besok jangan lupa bawa buku komputer ke kampus.]

[Ok]

Setelah membalas pesan dari Narsih, aku kembali ke depan untuk mengecek pekerjaan Puput. "Puput, ini ada yang belum di jawab?"

"Iya, Mbak. Gak ada jawabannya di buku."

"Soalnya apa? Barangkali di buku yang lain ada jawabannya."

"Sebutkan dan jelaskan tiga manfaat puasa Ramadan?"

"Meningkatkan fungsi otak. Berpuasa dapat meningkatkan fungsi otak secara menyeluruh. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan Amerika Serikat mengatakan bahwa selama puasa, faktor neurotropik pada otak bekerja maksimal. Selain itu, hal ini memicu tubuh untuk memproduksi lebih banyak sel yang dibutuhkan untuk otak. Sehingga, fungsi otak pun bisa dirasakan secara optimal, kelenjar adrenal juga lebih sedikit memproduksi kortisol yang fungsinya untuk menurunkan stres."

"Kedua apa Mbak Ningsih?"

"Menghilangkan kebiasaan buruk. Selama puasa, tubuh dipaksa untuk menahan lapar dan haus. Ternyata, rutinitas ini dapat membantu kita untuk detox makanan yang tidak sehat secara alami. Sebab, kita akan lebih sedikit mengonsumsi makanan atu minuman manis dan berlemak yang tidak baik untuk kesehatan tubuh. Selain itu, dengan puasa, mereka yang merokok juga menjadi jarang merokok."

"Libur jajan," celetuk Wati.

"Wah, Wati bisa saja."

"Ketiga apa Mbak Ningsih?"

"Bentar Puput, yang ketiga adalah?"

"Adalaaah?"

"Detoks, tanpa di sadari, selama berpuasa tubuh akan mendetoksifikasi sistem pencernaan dan membuang racun-racun dalam tubuh. Ketika berbuka puasa, makanan yang disantap akan berubah menjadi energi dan membantu sistem pencernaan lebih baik. Sebaliknya, ketika seseorang tidak berpuasa, cenderung tidak menjaga pola makan sehingga makanan yang disantap berubah menjadi lemak dan menyebabkan obesitas."

"Obesitas itu apa?"

"Kegendutan,"

"Wah, kayak Mbak Anis dong,"

"Sudah-sudah, kerjakan dulu tugasnya. Sudah malam, nanti kalian kemalaman pulangnya."

Sekitar pukul delapan malam, Wati dan Puput berpamitan pulang. Saatnya diri ini mengontrol buku yang ada di tas. Apakah ada tugas kuliah yang belum di kerjakan. Ternyata ada beberapa soal mata kuliah Akuntansi Keuangan yang belum aku kerjakan.

Diri mengerjakan tugas tersebut dengan seksama, sesekali tengok gawai untuk saling bertukar pesan singkat dengan Narsih. Entah kenapa, diri langsung bisa dekat dengan adik kelas yang satu ini.

Pukul sebelas malam, sang rembulan malam masih setia menemani dengan bintang yang bersinar terang. Selesai juga tugasku saat diri tidur berselimut mimpi indah. Tak lupa mengucapkan selamat malam dan selamat beristirahat kepada dia, teman baruku.

Pagi pun menyapa. Hari ini kuliah dilaksanakan di pagi hari. Aku terus berjalan dibelai angin yang berbisik lembut menyuarakan alam yang terasa begitu ramahnya. Kenapa diri ini penasaran dengan bangunan baru di Kampus, kususuri jalan koridor di bangunan baru, sejenak aku melihat kebawah dari koridor lantai dua.

Sunggung indah dan nyaman melihat pemandangan yang hijau dan melihat mahasiwa bercengkrama di beberapa tempat yang memang telah disediakan oleh kampus untuk mahasiswa bersantai. Walaupun, bangunan belum sempurna.

Dari koridor itu kulihat ada beberapa pasang sejoli yang sedang duduk di bawah pohon rindang dan tempat bersantai yang disediakan kampus. Lucu sekali melihat mereka seperti itu. Aku juga pernah merasakan seperti itu ya walaupun akhirnya perjalanan cintaku kandas begitu saja.

Aku sempat berfikir apakah aku bisa seperti itu lagi? akan tetapi dengan segera kutepiskan fikiran itu dari kepalaku dan melanjutkan perjalanan melihat kondisi bangunan kampus yang sedang di perluas. Aku terus melangkahkan kakiku tanpa henti sehingga aku turun dari arah tangga lainnya ke bawah mencari Narsih untuk menyerahkan buku yang ingin dia pinjam.

"Narsih, ini buku yang ingin kamu pinjam,"

"Terima kasih Mbak,"

"Sama-sama, aku ke kelas dulu ya,"

"Ya Mbak Ningsih, sekali lagi terima kasih."

Aku berlalu, segera ke dalam kelas untuk mengikuti kuliah hari ini. Setelah perkuliahan selesai, aku diajak Sakinah untuk bermain di taman kafe yang tak jauh dari Kampus. Kami berhenti di satu sudut taman dan duduk manis di tempat yang telah disediakan. Kupandangi kesekeliling taman dan aku baru menyadari bahwa taman di sore hari juga sangat indah tidak kalah dengan pagi hari, meski taman di kafe tersebut terbilang sempit. Akan tetapi, terasa hidup karena banyak pohon hijau dan ada beberapa tanaman bunga juga. Andaikan, Kampus memiliki taman juga pasti indah sejuk dipandang.




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro