20

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Khusus cerita ini, untuk Main Characters-nya, aku sengaja nggak nentuin pemeran. Kuserahkan ke masing-masing pembaca untuk memvisualisasikan.
.
.
.

Arthur tidak sempat merapikan dirinya. Dia langsung menuju ke tempat Athena berada begitu dari bandara. Kantung matanya kentara jelas dilengkapi dengan mata merah akibat kurang tidur.

Bukan tanpa alasan penerbangannya dijuluki red eye.

Dia sama sekali tidak bisa tidur selama dalam perjalanan dari New York karena mengkhawatirkan Athena.

Bagaimana bila dia parah? Apa dia akan baik-baik saja? Semua pertanyaan yang berputar di kepalanya membuat Arthur uring-uringan.

Dering telepon mengembalikan Arthur dari lamunannya. Ternyata Fonda.

"Arthur? Kau sudah di Portland?" Suara Fonda pun terdengar letih. Arthur menduga-duga kalau anak itu nyaris tidak tidur menjagai Athena.

"Aku hanya tiga blok dari rumah." Arthur menjawab. Semalam, dalam perjalanannya ke bandara, Fonda memberi tahu kalau Athena hanya kelelahan dan demam biasa sehingga bisa dirawat di rumah.

Arthur memacu mobilnya lebih cepat karena jalanan yang masih lengang. Matahari pun belum tinggi di langit.

Selepas memarkirkan mobilnya di driveway, Arthur berlari masuk ke dalam rumah.

"Arthur. Kau akhirnya tiba." Fonda menyambut di tangga. Kentara jelas kalau gadis itu juga tidak tidur semalaman.

"Aku sebenarnya ingin menunggui Athena lebih lama lagi, tapi aku ada kuliah pagi ini." Wajah Fonda kelihatan merasa bersalah.

"Tidak apa. Aku sudah berterima kasih kau mau mengurusnya selama aku tidak ada. Pergilah. Sekarang, ada aku yang akan menungguinya." Arthur menepuk-nepuk bahu Fonda, meyakinkan gadis itu kalau dia sama sekali tidak masalah ditinggal.

"Baiklah kalau begitu. Aku pamit dulu. Kau pun sepertinya kurang istirahat. Sebaiknya kau tidur sebentar. Athena juga sedang istirahat."

"Apa dia sudah sarapan?" Arthur kembali bertanya sebelum Fonda benar-benar pergi.

"Aku sudah menyiapkan bahan untuk membuat sup tetapi tidak sempat memasaknya. Ah, sepertinya istirahatmu harus ditunda. Maaf!"

"Oh iya! Obat dari dokter ada di atas nakas!"

Dengan itu, Fonda meninggalkan Arthur seorang diri. Arthur tidak menyiakan waktu untuk melihat langsung kondisi Athena dan langsung menaiki tangga untuk menuju ke kamar gadis itu.

Pelan-pelan, dia membuka pintu kamar istrinya agar yang tertidur tidak terganggu.

Arthur menghela napas kala melihat Athena terlelap dengan kaus gombrong dan celana sweatpants pendek. Di keningnya terdapat kompres air hangat.

Dengan sedikit berjingkat, Arthur mendekati tubuh sang istri. Dia kemudian duduk di tepi ranjang sambil memandangi wajah pucat Athena.

Kulitnya yang terang menjadi semakin pucat di kala sakit begini. Secara refleks, tangan Arthur menyentuh wajah Athena.

Masih hangat.

Tubuhnya pun berkeringat. Pasti sangat tidak nyaman. Arthur ingat adiknya biasa memandikan anaknya dengan air hangat bila sedang demam.

Pria itu lantas menimbang-nimbang apakah sebaiknya membersihkan tubuh Athena atau  meminta Selena si maid yang melakukannya.

Dia tidak mau Athena nantinya mengira dia mengambil kesempatan dari orang sakit.

Ah. Biar  dipikirkan nanti, pikir Arthur. Sekarang, dia lebih memilih membuatkan sarapan untuk istrinya.

Namun, sebelum dia pergi ke menyiapkan makan untuk istrinya, Arthur melihat obat dari dokter, memastikan jadwal meminumnya.

Arthur kemudian pergi ke dapur dan menemukan bahan-bahan makanan yang disebut oleh Fonda. Sementara itu, Selena seperti sedang bersiap untuk memasak.

"Selena. Biar aku saja." Arthur menghentikan.

Selena tentu bingung, tetapi dia tidak banyak bertanya dan undur diri dari hadapan Arthur untuk membereskan pekerjaan rumah tangga yang lain.

Sepeninggal Selena, Arthur memulai kegiatannya. Dengan terampil, dia mulai mengolah bahan-bahan tadi menjadi sup ayam hangat. Meski Arthur tidak begitu yakin dengan rasanya, setidaknya dia tahu masakannya edible.

Susu hangat dan sup yang masih mengepul uapnya itu dia letakkan di nampan untuk dibawa kepada istrinya.

"Tuan?" Arthur menoleh ketika Selena memanggil. Wanita paruh baya itu kelihatan gelisah, tetapi juga antusias dengan mata beebinar.

"Ada apa, Selena?" Arthur bertanya kepada pelayan yang sudah bekerja lebih dari satu dekade dengannya.

"Maaf. Tapi apakah hari ini saya boleh izin pulang cepat?"

Arthur mengerutkan dahinya. "Kenapa?"

"Menantu saya melahirkan putra pertama. Saya harus ke rumah sakit sekarang juga." Dari wajahnya, Arthur bisa menangkap kalau Selena takut dia tidak memberika izin.

"Pergilah. Selamat atas kelahiran cucumu." Arthur menyelamati dengan senyum.

"Terima kasih, Tuan." Raut bahagia terpancar dari wajah Selena. Dia tahu kalau majikannya ini orang yang sangat baik meski banyak yang menyangsikan.

"Sampai kapan kau akan terus memanggilku begitu? Sudah kubilang, panggil saja, Arthur," gerutu si pria.

Selena menanggapi dengan senyum lebar. "Have a good day, Mr. McClain."

Arthur mengerang dipanggil begitu. Dia merasa lebih tua setiap kali dipanggil dengan nama keluarga. Namun, sepertinya Selena suka menggoda majikannya seperti ini.

Arthur yang sedang membawakan sarapan untuk Athena pun tertegun. Dia menyadari satu hal.

Kalau ingin membersihkan tubuh Athena, dia harus melakukannya sendiri.

"Damn!"
.
.
.
Karena masih aja ada yang protes chapternya pendek2 meski aku sering update, aku kasih pilihan deh.

Mendingan pendek-pendek kayak gini tapi seminggu lebih dari sekali atau panjang tapi bisa lebih dari seminggu?

19 Januari 2017

14,1K views 2,83 votes
#22 in GenFic

.

.

SHAMELESS SELF PROMOTION

Silakan baca cerita baruku. Update rutin. 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro