Hantu Sekolah tidak terlalu semenakutkan yang diberitakan mulut-mulut orang, hanya saja ia membawa dua apel pada masing-masing tangannya; hijau atau merah. Aku tidak mengambilnya sama sekali sebab mulutku terkunci rapat ketika melihatnya. Namun kutahu pasti, Tuan Waktu tidak memberiku kuasa untuk terus dihantui olehnya dan dua apel beda warna itu.

Suatu hari, aku akan melupakannya.

Kemudian semesta bercanda denganku; aku yang ingin melupakan Hantu Sekolah kini mengetahui bahwa ia menyukai permen gagang rasa stroberi, selalu lupa membawa air minum, dan memiliki pasir di perbatasan wajah yang membuatnya terlihat seperti bukan orang asia. Terlalu bercanda hingga aku malah penasaran dengan hal mistis yang seharusnya bukan bidangku.

Namun ketika aku mendalami dan mencaritahu, aku malah kehilangan eksistensinya. Seakan, kami memang tidak ditakdirkan untuk bertemu sejak awal. 

Seakan, bertemu dengan hantu sekolah adalah sebuah kesalahan teknis semata.