• 7 •

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tessa mematut dirinya di depan cermin, nyaris tidak mengenal pantulan sosok yang terpampang di atas permukaannya. Ini sama sekali bukan dirinya.

Tessa yang selama ini adalah wanita bersahaja yang memakai pakaian sopan. Model pakaian pilihannya selalu tertutup namun enak dipandang. Tidak pernah menonjolkan bentuk tubuh. Bukan berarti dia tidak tahu mode. Tentu saja Tessa selalu mengikuti perkembangan trend fashion. Hanya saja, Tessa sudah dicecoki agar selalu menjaga penampilan demi mencegah mata bosnya jelalatan. Maka dia akan memilih kemeja-kemeja sifon yang longgar untuk dipadukan dengan celana kulot atau rok a-line. Atau ketika dia sedang ingin mengenakan rok pensil, dia akan memadu-padankannya dengan oversized blazer untuk menutupi bokongnya. Sejauh ini, pilihan warnanya pun tidak pernah menyolok.

Begitu juga dengan pemakaian makeup. Tidak pernah berlebihan, dengan pilihan warna-warna yang natural.

Layaknya wanita baik-baik.

Tapi malam ini Tessa harus menanggalkan semua image itu.

Dia sudah terlanjur menerima gaun pemberian Gio tanpa memeriksa isinya terlebih dahulu. Waktu yang sudah terlalu mepet membuatnya tidak sempat memesan pakaian pengganti. Memakai koleksi lama hanya akan memburuk keadaan, karena Tessa tahu betul bukan dia, melainkan perusahaannya rentan menjadi sasaran gunjingan netizen. Apalagi akan ada banyak media yang meliput. Tessa tidak boleh mempermalukan.

Maka Tessa tidak punya pilihan lain selain maju terus pantang mundur.

Tessa pasrah berangkat ke acara grand launching dengan gaun merah menyala yang mengekspos leher dan lengannya. Tidak lupa mengaplikasikan makeup yang sesuai, dan menata rambut sebisanya. Berharap penuh dirinya tidak akan menjadi sasaran empuk sang atasan malam ini.

"Mikirin apa sih, Sa? Kamu tuh cuma asisten. Inget! CUMA ASISTEN. Pembantu juga namanya asisten rumah tangga sekarang. Artinya nilaimu nggak lebih dari itu. So please, tahu diri!" Tessa memarahi pikirannya sendiri lewat pantulan cermin.

Sesuai dugaan, Gio pasti sukar mengenali dirinya.

Terbukti dari cara pria itu terperangah saat pertama kali menemukan sosok Tessa di depan gerbang kos. Mulutnya lama baru mengatup.

"Too gorgeous," lirihnya saat mampu bersuara.

"Thanks to you, Pak." Tessa mengedikkan bahu. Pasrah.

"Saya beneran harus jaga kamu ekstra malam ini. Kamu tahu kan bakal banyak pria hidung belang yang hadir di sana nanti."

"Saya nggak terlalu peduli dengan pria hidung belang lainnya. Saya cuma mau minta tolong dijagakan dari bos besar kita, Pak. Saya benar-benar ingin menjaga hubungan professional."

**

Bastian telah mengenakan semua perlengkapan yang disiapkan asistennya sebelum buru-buru pulang tadi sore. Seperti biasa, pilihan Tessa memang terbaik. Bastian terlihat sangat elegan dengan setelan Armani abu-abu dan dasi merah maroon yang dipilihkan sang asisten untuknya.

Tapi tunggu, kenapa Tessa harus buru-buru pulang?

Padahal gadis itu selalu ditawari untuk menggunakan jasa makeup professional dan desaigner langganan Bastian. Kenapa tidak pernah diterima? Malah selalu merepotkan diri sendiri dengan make up dan pakaian seadanya. Walaupun tidak pernah mengecewakan, tapi tidak ada salahnya kan kalau Bastian ingin memberikan fasilitas terbaik untuk asistennya itu.

"Di mana?" Bastian bertanya lewat panggilan telepon yang tersambung dengan sosok yang sedari tadi mengisi pikirannya.

"Sudah dalam perjalanan, Pak. Akan tiba di lokasi sekitar 10 menit lagi," jawab Tessa mantap dari seberang telepon.

"Lokasi mana yang kamu maksud?"

"Rayafams Apartmen, Pak. Lokasi Grand Launching untuk malam ini."

"Kenapa nggak ke apartemen saya dulu?"

"Ya?" Tessa terdengar kaget. "Apa ada yang harus saya kerjakan di sana, Pak?"

Bastian berdecak kesal. "Ya nemenin saya-lah, Sa. Saya kan lagi nggak punya pacar. Jadi siapa yang harus saya bawa ke acara nanti?"

"Maaf, Pak. Berhubung tidak ada instruksi sebelumnya, saya sudah terlanjur sepakat untuk berangkat dengan Pak Gio, Pak."

Tessa menjawab apa adanya, dengan nada yang sangat sopan pula, tapi entah mengapa Bastian seperti mendengar suara petir membahana yang mengganggu pendengarannya. Hingga tanpa kuasa, suaranya meninggi, "Jadi sekarang kamu bareng Gio???"

"Benar, Pak."

Kekesalan yang membuncah membuat Bastian memutus panggilan yang terhubung secara sepihak. Dasi yang sudah terikat rapi dilonggarkan sedikit untuk memberi selesa pada dada yang mendadak sesak.

Sebelum semakin uring-ringan, Bastian menghubungi sahabatnya sendiri dan langsung memberi peringatan saat panggilan terhubung. "Tessa bukan rebound girl, Yo!!! Jangan dia!!!"

"Of course, I'm aware of it. Dia bukan rebound girl, Bas...."

Nada suara Gio terdengar familiar. Dalam dan penuh makna. Persis seperti saat pertama kali Gio tergila-gila pada Lara. Nada suara yang membuat Bastian merasa peringatannya sudah ditanggapi dengan sangat jelas. Gio tampaknya benar-benar sedang mabuk kepayang pada sang asisten.

Maka dengan tenang, Bastian memutus panggilan.

Ada yang aneh pada perasaan Bastian. Sesuatu yang tidak bisa dijelaskannya dengan kata-kata. Dia senang sahabatnya ternyata tidak sepatah-hati dugaannya. Dia juga tahu Tessa akan menjadi wanita yang beruntung mendapatkan pria baik-baik seperti Gio. Bastian seharusnya senang dan lega. Tapi kenapa rasanya ada yang mengganjal di hatinya?

**

Bastian berdiri dengan fokus mata yang tidak bisa dialihkan dari sosok wanita bergaun merah di sudut ruangan, sejak tadi. Padahal ada banyak kolega yang harus dilayaninya dengan fokus penuh, tapi lagi-lagi, matanya berkhianat dengan memindai sosok familiar yang sekarang sedang tertawa sambil menutup mulutnya sopan.

Siapa dia yang punya tawa yang seindah itu?

Sekarang bukan hanya mata, tapi pikiran Bastian pun mulai terdistraksi sosok itu.

"I'm very happy with your enthusiasm, Mr. Smith." Bastian berusaha menutup pembicaraan dengan seorang investor asing yang sedari tadi membicarakan prospek bisnis bersamanya. "And now if you'll excuse me...."

"Oh yeah, please, Mr. Prasraya. Take your time," balas Mr. Smith bersama istrinya sedari tadi mengikuti pembicaraan bersamaan.

Bastian meninggalkan pasangan itu dengan senyum sopan sebelum menghampiri sosok yang mengganggu konsentrasinya habis-habisan.

Wanita bergaun merah.

Sumpah demi apapun, Bastian sangat familiar dengan sosok itu.

Apa Bastian pernah berpacaran dengannya? Tapi, kapan? Kalau sudah begini barulah dia menyesal telah membiarkan Tessa mengurusi semua urusannya. Bahkan soal wanita. Kalau di sekitarnya ada Tessa, dia pasti bisa menanyakan perihal wanita bergaun merah itu.

Lalu yang lebih mengganggu: Kenapa sosok itu harus terus berdampingan dengan Gio?

Tidak bisa membendung rasa penasaran lebih lama lagi, Bastian segera memanjangkan langkahnya menuju pasangan yang sekarang tengah mengobrol ringan sambil menikmati potongan puding dari piring masing-masing.

Seiring langkahnya mendekat, Bastian mulai merasa familiar dengan aroma yang terkuar di sekitarnya. Wangi bunga yang begitu lembut dan akrab. Wangi yang begitu mirip dengan ... siapa ya? Apakah salah satu teman wanitanya? Ah, payah! Bastian benar-benar lupa.

"Shit!" Bastian mengumpat lirih, mengingat betapa mengganggunya wanita bergaun merah itu.

Tunggu sampai aku mendapatkanmu, Nona! Aku bersumpah kamu akan memohon ampun karena telah mengganggu ketenangan jiwaku begini! Bastian bertekad di dalam hati.

3 langkah ...

2 langkah ...

Dan

1 langkah ...

Tepat di hadapan sosok itu, Bastian melongo sempurna.

"Pak Bas? Ada yang bisa saya bantu?"

Suara itu terlalu familiar. Bastian tidak mungkin salah mengenal. Bastian benar-benar terkecoh.

Hanya karena sang asisten tidak pernah mengenakan pakaian terbuka dan berdandan semaksimal ini ... bagaimana mungkin Bastian sampai pangling segala?

Tidak bisa menerima kenyataan yang menamparnya habis-habisan, Bastian meledakkan tawanya.

"Sa ... sa ... mau godain siapa sih, sampai dandan total begini?"

Bastian memang terbiasa mengucapkan apa yang ingin dia ucapkan. Tapi dia benar-benar tidak sadar, kalau ucapannya telah menyayat hati sang asisten.

Setelah 'cuma asisten', sekarang ... wanita penggoda?

Server di kantor lagi down, sembari menunggu aku coba nulis.

Eh, dapet satu part 😍😍

Jangan lupa voment nyaa kesayangan, biar makin mangatsss.. 💪💪

Oia, selamat menunaikan ibadah puasa ya, buat yg puasa..
Mudah2an tulisan singkat ini bisa nemenin waktu ngabuburit kamu ❤


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro