• 8 •

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ada rasa sakit yang Tessa tekan dalam-dalam di dasar hatinya saat menebarkan senyum di depan Bastian. Berkali-kali dia mengingatkan dirinya sendiri: "Ini Bastian, Sa. Pria yang selama ini kamu caci-maki di buku harianmu. Dia adalah definisi paling nyata dari kata berengsek. So, put your chin up high. Perkataannya nggak boleh merusak kepercayaan dirimu."

Tessa sudah bertekad untuk mengabaikan sindiran Bastian, namun Gio memilih untuk mengungkitnya. Demi memberi peringatan pada sahabatnya itu.

"Gaun ini pilihan gue, Bro. Pemberian gue. Lo harusnya nggak sedangkal itu menilai seorang wanita, kan? Nggak semua wanita berdandan hanya untuk menggoda pria hidung belang. Terutama ...," Gio menggantung kalimatnya untuk memandangi Tessa dengan sorot meneduhkan. "Ini Tessa, Bro. Kalau dia memang berniat menggoda, dia nggak akan nunggu sampai lima tahun. Dia bisa saja melakukannya sejak dulu."

Bastian terpaku. Kalimat Gio cukup menampar logikanya.

Ya, Bastian harus mengakui kalau dia kelewatan, kali ini. Tapi siapa yang menyangka otaknya mendadak buntu hanya karena wanita bergaun merah lalu-lalang dan merebut perhatiannya? Dia hanya tidak bisa menerima kalau incarannya ternyata adalah Tessa, sang asisten.

Bodohnya lagi, Bastian sampai lupa kalau Tessa sudah mengatakan kalau dia bersama Gio malam ini. Harusnya Bastian bisa mengenali saat wanita itu konsisten berada di samping Gio 'kan?

Tahu begitu, dia kan tidak perlu repot-repot menghentikan obrolan dengan rekan bisnisnya?

"Gue liat sejak tadi lo mulai bisa handle pekerjaan sendirian." Gio berkomentar. "Gimana kalau lo berikan Tessa jeda untuk malam ini? Gue mau jagain dia. Takut ada pria berpikiran dangkal lainnya yang ngirain dia datang ke pesta ini untuk menggoda pria hidung belang."

Tanpa menunggu persetujuan Bastian, Gio menjemput jemari Tessa dan menggandengnya keluar dari pesta.

Bastian melihatnya dengan sangat jelas.

Cara Gio melindungi Tessa, persis seperti seorang laki-laki sejati. Sungguh berkebalikan dengan dirinya. Laki-laki berengsek!

Tapi hey! Ini bukan hal baru. Sejak dulu memang seperti itu polanya kan? Bastian akan menjadi pengacau, dan Gio yang akan membereskannya. Bastian yang melukai harga diri Tessa, dan Gio yang akan mengangkat derajat wanita itu.

So, kenapa kenapa harus pusing?

Bastian hanya perlu menghadapi pestanya sendiri kan?

Bukan pekerjaan sulit sama sekali!

Lihat saja, sekarang Bastian sudah berdiri penuh percaya diri dengan seorang pria berbaju cokelat yang datang menghampirinya. Ah, ini pakaian dinas pemerintahan. Ini sudah pasti perwakilan dari ... Pemko? Pemprov? Oh, iya, Bastian cukup melihat pada setiap logo yang menempel pada seragam rombongan ini. Dan ya, Bastian dengan mudah mengetahui, ini adalah perwakilan dari Gubernur Jakarta. Sebentar-sebentar ... ini adalah ... ya! Sang Sekretaris Daerah Provinsi! Pasti beliau datang mewakili Pak Gubernur.

Benar kan, Bastian bisa mengatasi semuanya sendiri.

Mulai dari percakapan basa-basi, politik, ekonomi, hingga ....

"Terima kasih untuk pashmina pemberian Pak Bas, isteri saya suka sekali," Pak Sekda melontarkan pujian di antara tawa rendah.

Pashmina ...?

Oh, pasti pilihan Tessa.

"Sama-sama, Pak. Saya yakin pashmina itu akan menjadi berkali lipat lebih indah setelah dikenakan oleh Ibu," sambung Bastian, jumawa.

"Hahaha, Pak Bas ... bisa saja. Nah, tapi itu dia masalahnya, Pak Bas ... ibu dan mertua saya juga jadi ingin memiliki pashmina yang sama. Kalau saya boleh tahu, di mana Pak Bas membelinya?"

Shit!

Tentu saja hanya Tessa yang tahu.

Tapi oke, Bastian bisa berkelit. "Berapa pashmina yang Bapak butuhkan, nanti akan saya perintahkan asisten saya untuk mengantarkannya ke rumah Bapak."

"Oh!!! Jangan, Pak Bas ... bisa jadi masalah itu nanti! Saya perlu banyak, karena teman-teman arisan isteri saya juga sangat menyukainya! Dan saya sama sekali nggak bermaksud untuk memanfaatkan hubungan kita untuk mengambil keuntungan pribadi saya. Jadi tolong, Bapak beritahu saja alamat produsennya, biar saya yang mengurus sisanya."

Kalau sudah begini ... sepertinya Bastian memang perlu Tessa.

**

Gio ternyata tidak membawa Tessa pulang seperti yang dikatakannya kepada Bastian tadi. Sebab sekarang, dia masih menggenggam tangan Tessa di depan orang yang paling ingin ditemuinya malam ini. Lara.

Wanita itu datang bersama Anya dan Franda-dua orang teman wanita yang selalu ada di dalam circle pertemanan mereka.

Menyadari suasana menjadi agak canggung, dua sahabat Lara memilih untuk masuk lebih dulu ke pesta, meninggalkan Lara yang masih berdiri di sisi mobilnya. Mobil yang ternyata hanya berjarak tiga mobil lainnya dengan mobil milik Gio.

Perlahan namun pasti, Gio menuntun Tessa untuk menuruni tangga mewah di depan pintu utama, setelah beberapa menit terbuang hanya dengan saling membagi tatapan dengan mantan kekasih. Tessa mulai kelihatan salah tingkah. Berpura-pura tenang dengan mengulas senyum cemerlang biasanya menjadi keahliannya di depan Bastian. Tapi kali ini, otot wajah Tessa terasa kaku maksimal. Dia curiga berpotensi menghancurkan rencana yang dibuatnya dengan Gio karena dia sama sekali tidak terlihat mesra dengan pria yang tengah menggandeng tangannya itu.

"I don't think I can do this, Pak." Sedikit terlambat, memang. Tessa dan Gio sudah berdiri di samping mobil-persis di depan pintu kabin yang baru saja ingin dibukakan Gio untuknya-hanya berjarak enam meter dari Lara sekarang.

Cara Tessa menggelengkan kepalanya kuat-kuat saat ini sudah pasti akan mengundang kecurigaan. Tapi dia tetap merasa ini lebih baik. Walau bagaimana pun juga, jantung Tessa sudah memberi aba-aba tentang ketidaksiapannya untuk berada dalam jarak sedekat ini dengan Gio. Debarannya konsisten di atas normal.

Alih-alih terlihat mesra, Tessa yakin dia tampak seperti sedang ketakutan. Takut permainan Gio menjadi terlalu jauh dan tidak bisa diimbangi lagi.

"Hei...." Gio mencoba menenangkan dengan merangkum wajah Tessa, tanpa disadarinya justru membuat wanita di depannya itu kian ketakutan. "Look at me."

Mencoba menuruti perintah Gio, Tessa mempertemukan tatapan mata mereka di udara. Alih-alih tenang, jantungnya justru semakin berdetak kencang. Maka Tessa mengantisipasi dengan menggeleng lebih kuat.

Gio mencoba membuat wajah yang tengah dirangkumnya itu menjadi lebih tenang dengan cara meremas lebih kuat. Tapi bukannya ketenangan, Gio malah mendapati dirinya sendiri mulai kualahan saat mengusap pipi Tessa dengan jari jempolnya. Pipi yang begitu lembut itu, pasti belum pernah dijamah oleh siapapun, kan?

"It's okay," bisik Gio lembut. Bisikan yang ditujukan bukan hanya untuk Tessa, melainkan untuk dirinya sendiri.

Tessa mulai bisa merasakan ada yang berbeda dari cara Gio memandangnya. Kalau tadi Gio tampak seperti seorang pangeran yang menyelamatkannya dari jeratan buaya darat, sekarang tatapan Gio malah lebih mengerikan dari buaya darat sendiri. Matanya tidak lagi fokus menenangkan Tessa dengan tatapan lembut, melainkan tatapan penuh kilat gairah yang jatuh di bibirnya.

Perasaan Tessa semakin tidak tenang. Dia mencoba mengingatkan tujuan utama dari kebersamaan mereka malam ini adalah untuk membuat Lara cemburu.

"Pak ...." Tessa mencicit pelan, mencoba menyadarkan.

Melalui ekor matanya, Tessa bisa melihat kalau Lara sudah mulai muak. Wanita itu bahkan tidak segan-segan memupus jarak untuk bisa menemui mantan kekasihnya. Mungkin untuk menanyakan tentang kegilaan yang sedang disaksikannya. Namun belum sempat kaki-kaki jenjang itu sampai pada tujuannya, haluan langkahnya berputar begitu saja. Menjauh.

Tessa tahu persis penyebabnya.

Tessa sendiri tidak sempat mengantisipasi.

Benar dugaannya, Gio bermain terlalu jauh.

Tessa gagal mengimbangi.

Tessa gagal ... mencegah Gio mencium bibirnya.

🍁🍁

Ini memang bukan kontes lomba cepet-cepetan.

Tapi ini juga bukan project main-main.

Aku udah punya banyak banget gambaran tentang cerita ini ke depannya. Dan aku sayang banget sama karakter-karakter di cerita ini. Tapi aku bener-bener ga punya waktu buat nulis 🥲🥲

Mana liat temen-temen udah pada kelar ceritanya, udah pada punya cover lagi... huaaa.... Inginku menyusul menyelesaikan cerita secepatnya juga
😭😭

Bantu dukungannya dengan vote dan komen ya, dear...

Makasiii...
💋💋

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro