Kara

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Bisakah kamu, meluangkan sedikit waktu untuk sekedar mengabariku langsung. Bukan lewat perantara dan sebelum aku khawatir."

—Unknown—

Tak seperti biasanya di waktu istirahat kali ini. Andra mendekati Kara, kedua tangannya memegang bekal dan air minum. Kara mengernyit. Tumben sekali dia membawa bekal.

Mengabaikan hal tersebut, Andra memilih duduk di samping Kara. Di meja yang berbeda. Ikut memakan bekal, seraya sesekali tersenyum memandang Kara.

Andra sejenak menghentikan makannya. Menghadap Kara, kemudian menyapa, "Kar?"

"Hm," dehaman singkat Kara membuat Andra menggaruk kepala.

Jangan mengira dia ketombean, atau mungkin ubanan. Rambutnya hitam legam, tanpa semir bahkan kali ini tanpa gel.

"Lauk lo apa?" tanya Andra untuk sejenak mengalihkan perhatian Kara dari makanan, yang ternyata tidak begitu sulit.

Buktinya Kara tetap menjawab mesti mulutnya mengunyah. "Aku bawa nasi goreng."

Andra manggut-manggut. Kemudian tersenyum.

"Buatan sendiri, 'kan? Aku boleh minta?" modus lagi yang ia lancarkan.

Kara mengangguk masih dengan sendok yang terus membawa makanan ke dalam goa kecil, tapi rakus itu.

Andra berdiri kemudian mendekati Kara. Mengambil sesendok nasi goreng dari tempat bekal temannya tersebut. Memakannya pelan, seakan menghayati tiap butir nasi. Matanya bahkan menutup dengan sempurna, bibirnya menguraikan senyum nikmat.

"Enak, Kar." Sekali lagi, Andra melemparkan pujiannya untuk menggoda gadis ceroboh di depannya. Dia menelan habis nasi goreng di mulutnya.

"Ini buatan Kak Lucy," ucap Kara dengan santainya yang tanpa sadar membuat Andra hampir tersedak.

"Kak Lucy?"

Sebelum menjawab, Kara lebih dulu menghabiskan suapan terakhirnya. "Salah satu chef di Ken Cafe. Lo tahu, 'kan, cafe deket sini."

Andra mengangguk. Dia sudah salah mengira. Tapi ada pertanyaan lain yang hinggap di kepalanya. Ada apa?

"Kok lo kenal?" Andra bertanya tanpa menutupi rasa penasarannya.

Kara tersenyum sekilas lalu meminum setengah botol dari minuman yang ia bawa dari rumah.

"Gue kerja di sana."

Belah bibir Andra membentuk lingkaran, mengangguk. Ia sudah tau kehidupan Kara setelah ayahnya meninggal. Pastinya ia harus kerja sendiri untuk biaya hidup dan sekolahnya.

"Kamu mau makan apa wawancara," Kara terkikik geli mendapati wajah Andra yang linglung. "Coba deh ngaca. Muka lo good abis." Setelahnya Kara tertawa lepas, sedangkan Andra menatapnya datar.

Mereka kembali kepada aktivitas masing-masing. Andra yang meneruskan makannya dan Kara yang sudah beralih membaca novel.

Satu persatu teman sekelasnya kembali ke kelas. Tertawa dengan teman-temannya. Ada pula yang berinteraksi dengan pacarnya, mungkin.

Andra telah menyelesaikan makannya, tak ingin mengganggu Kara yang sepertinya sedang asik. Dia memilih kembali ke mejanya tanpa pamit.

Dari sudut matanya Kara tahu Andra sudah pergi dari sampingnya. Dia juga tahu ada seseorang yang menggantikan Andra di kursi tadi. Kara bergidik sebentar, sebelum kemudian mulai mengatur ekspresi. Harusnya ia tidak takut karena dari awal dia sudah melihat wajah-wajah seperti itu.

Bel masuk berbunyi, bersamaan dengan sosok di sampingnya yang melebur dengan angin. Digantikan dengan seseorang yang memang pemilik tempat tersebut.

Kara menoleh pada layar HP-nya yang menampilkan pop up salah satu aplikasi perpesanan.

From : Andra
Nanti temenin beli buku bisa? Ada beberapa buku inceran yang belum sempat kebeli. Nanti gue traktir dah.

Kara membacanya, dia tak berniat menjawab. Dia memasukkan HP-nya kembali lalu menoleh pada Andra.

Tangan kanannya teracung, dia juga mempertemukan ujung jari telunjuk dan ibu jarinya. Membentuk lingkaran, berarti 'OK'.

⏩▶◀⏪

Kedua kalinya di Minggu ini. Bedanya kali ini Kara bukan pergi dengan Raka. Namun dengan teman sekelasnya yang kemarin di ceritakan pada Lucy.

Beberapa saat lalu ketika Fani memintanya untuk membuat makan siang dia mendengar Fani berbicara dalam telfon. Dari percakapan yang ia dengar, Kara ijin hari ini karena ada keperluan dengan temannya, Andra.

Dia menghembuskan nafas kesal. Harusnya hari ini dia memberikan boneka kecil ini pada Kara, tapi Kara malah tidak masuk. Dengan tergesa ia memasukkan kembali boneka itu pada sebuah laci. Menyembunyikannya dari pandangan orang lain.

"Pelayan kecil itu mana?" Lucy menoleh cepat ke asal suara. Di ambang pintu ada Raka yang bersandar pada kusen pintu.

"Dia–" ucapan Lucy menggantung, hampir saja dia menjawab yang sebenarnya.

"Dia?" Lawan bicara Lucy bertanya dengan sedikit menuntut.

Lucy harus benar-benar menjawab sekarang, orang di depannya ini menuntut jawaban secepatnya.

"Dia belum berangkat mungkin." Chef muda itu menghela nafas lega yang tak begitu ketara. Hampir saja ia keceplosan. Bukan apa-apa sebenarnya. Namun, jika ia katakan yang sebenarnya, bisa saja ia di bilang sok tau.

"Tante Fani." Lucy memilih berbalik. Tidak ingin mendengar percakapan mereka. Dia kembali pada pekerjaannya.

⏩▶◀⏪

"Buku ini gimana?"

Kara menoleh, buku itu adalah incarannya. Berjudul Hujan, karya Tere Liye.

"Mahal," dara itu berpendapat.

Andra tersenyum tipis mendengar pendapat Kara. Memang benar buku tersebut mahal untuk ukuran pelajar. Akan tetapi, tidak bagi mereka yang mengetahui pembelajaran apa yang akan di dapat dari sana.

"Kalo yang ini?" Belum ada satu menit, tapi Andra sudah menanyakan judul lain.

Kara menggeleng. Dia belum mencari review dari buku yang saat ini Andra pegang.

"Gue enggak tahu soal buku itu." Kara menjawabnya. Tak lama kemudian ia menguap. Sungguh dia mengantuk saat ini, bukan karena bosan tapi karena capek.

"Ya udah, kita pulang," gadis itu belum sepenuhnya sadar. Telinganya masih sedikit tuli karena menguap. Jadi dia hanya mengikuti kemana Andra melangkah.

"Udahan?" Kara tak bisa menahan untuk bertanya. Pasalnya dia belum puas berada di sini, tapi anggukan Andra hanya membuatnya mengerucutkan bibir. Dia belum dapat buku yang bagus, sedang Andra sudah menenteng keranjang berisi beberapa buku.

Mereka sampai di kasir. Andra meletakkan belanjaannya lalu menarik tangan Kara untuk duduk di sofa yang di sediakan.

"Lo tumben gak nyebelib?" Ucapan kara seketika menyadarkan Andra.

Benar sekali, dia baik pada Kara hari ini. Tidak menjaili ataupun mengganggunya. Bahkan malah mengajaknya ke sini.

"Emang gak boleh?" Andra menaik-turunkan alisnya. Jelas sekali sifatnya yang menyebalkan mulai mencuat ke permukaan.

Kara mendengus, baru saja ia ingin memuji Andra, tapi tindakan kecil Andra membuatnya mual seketika.

Mendengar dengusan Kara, Andra tertawa lepas. Kara berjengit kaget. Tangan kirinya tak sengaja menyenggol rak kecil di sampingnya. Membuat isinya berjatuhan.

Andra melongo sama seperti Kara. Kemudian menjitak pelan kening Kara, dan berdiri untuk membereskan ulah temannya.

Gadis itu meringis kecil. Lalu, meminta maaf kepada pelayan toko buku tersebut. Dia menunduk ikut membereskan buku-buku yang terjatuh karena ulahnya.

Pelayan di dekatnya ikut membereskan meski dengan wajah kesal. Beruntung tidak ada barang rusak sehingga dua anak SMK itu tidak harus menanggung ganti rugi.

"Lain kali hati-hati ya, Dek." Pelayan itu tersenyum paksa, "Untung tidak ada yang rusak."

"I ... iya mbak," cicit Kara. Dia bingung harus bagaimana.

"Maafkan teman saya mbak, lain kali kita akan hati-hati." Pelayan itu mengangguk mendengar ucapan Andra, kemudian kembali bertugas. Sedang mereka saling tatap dan tersenyum lega.

"Ayo pulang!"

⏩▶◀⏪

Lain halnya dengan Raka yang tiba-tiba jadi penguntit. Setelah mendapatkan informasi dari tantenya dia menuju lokasi. Melihat dari jauh tentang buruannya.

Bukan hewan, tapi gadis mungil yang harusnya bisa jadi teman sekelasnya, tapi karena dia akselerasi jadi dia lulus lebih awal.

Mengambil dua kelas akselerasi dan tidak duduk di TK menjadikannya pribadi yang sedikit sombong. Ditambah pribadinya yang irit bicara membuat ia cocok disebut arogan.

Raka menaikkan alis. Kebiasaannya ketika bingung. Objek pengamatannya bolak-balik mengambil dan mengembalikan novel setelah memeriksa isi dompet. Namun, ia tak ambil pusing, itu urusan Kara, mengapa dia jadi sungguh ingin tahu.

Ree Puspita

25 Januari 2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro