Topeng

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Liburan telah dimulai. Sekolah direhatkan sejenak dari kegiatan belajar mengajar. Akhir semester ganjil selalu bertepatan dengan libur natal dan tahun baru. Banyak penduduk kota ini yang menikmati liburan bersama keluarga ataupun teman. Tidak sedikit pula yang memilih bekerja keras untuk mendapat rupiah lebih.

"Ini kasih ke cowok yang di ruang ganti. Gue dipanggil bos." Tanpa menunggu Kara menjawab, Dian dengan seenaknya memberikan sebuah kunci kepada gadis itu.

"Kunci loker?" Kara bergumam. Suara riuh ramai di depan menemani langkah Kara untuk ke ruang ganti. Di tangannya ada sebuah kunci dan sebuah nampan.

Baju seragam waiter hari ini adalah kaos biru dengan logo Ken Cafe di lengan kanan. Dipadukan dengan celana jeans hitam. Kara terlihat semakin energik dengan langkah kaki yang bersemangat. Rambut yang ia kucir kuda melambai seiring dengan ayunan kaki pendeknya.

Tangan kanannya yang memegang kunci ia ulurkan untuk membuka ruang ganti. Dia mulai bersenandung lagu-lagu jawa yang bahkan tidak begitu ia pahami artinya.

"Andra."

"Kara."

Mereka saling menyebut nama yang lain. Bersamaan. Namun, dengan ekspresi yang jauh berbeda. Kara yang heran sebaliknya Andra justru nyengir.

Andra berdiri dari duduknya kemudian menghampiri Kara yang masih mematung di depan pintu. Bahkan tangannya masih memegang knop pintu dan bibirnya melongo.

Lelaki itu mengambil kunci yang menyembul dari tangan Kara. Ia tahu bahwa ia akan menerima kunci itu karena sebelumnya, laki-laki bernama Dian berkata akan menyuruh Kara mengantarkan kunci.

"Thanks." Senyuman manis Andra terukir. Dia berlalu dari hadapan temannya yang mulai sadar.

Dehaman terdengar di ruangan itu. Kara melepaskan pegangan pada kenop pintu. Baru kemudian menormalkan ekspresinya meski tidak sempurna. Dia masih penasaran kenapa temannya yang satu itu mau bekerja di sini.

Tak tahan dengan pertanyaan yang bersarang tanpa jawaban dalam benaknya. Akhirnya gadis berkucir kuda itu melontarkan pertanyaan, "Lo bakal kerja di sini?"

Di sisi lain, Andra sudah membuka loker dengan kunci yang ia dapatkan. Ia bisa mudah menemukan loker miliknya karena nomor loker dan gantungan kuncinya sesuai.

"Cuman selama liburan."

Kara ingat. Kemarin sebelum pembagian raport, Andra mengajak ia ikut liburan ke Bali. Laki-laki tanggung itu hendak mengunjungi kakeknya sekaligus liburan. Lalu, mengapa sekarang Andra ada di sini?

"Kakek gue ke sini. Jadi gue gak jadi ke Bali."

Terjawab sudah rasa penasaran Kara. Dia mengangguk mengerti tepat ketika seseorang meneriakkan namanya.

"Kara! Pesenan lo udah siap."

"Iya!" jawab Kara ikutan berteriak. "Gue makan siang dulu."

"Oke."

|KARA|

Libur panjang memberikan dampak positif bagi cafe ini. Banyak anak muda hilir mudik di sini. Fasilitas cafe yang dilengkapi dengan wifi dan ruangan outdoor khusus perokok membuat cafe ini menjadi tempat nongkrong yang seru.

Ramenya cafe tidak lepas pula dari hiburan baru yang tersedia. Live music di mini panggung di pojok ruang membuat suasana lebih hidup. Ditambah pengunjung yang berani bernyanyi dan mendapat sambutan meriah dari pengunjug cafe akan mendapatkan makanan gratis.

Tentu saja hal itu tidak lantas membuat pekerja bahagia. Karena jika pelanggan banyak, para pekerja juga memerlukan tenaga ekstra untuk menyiapkan makanan maupun melayani pelanggan. Namun, itulah kerja. Tidak ada kata bersantai dalam kamus para pekerja keras.

"Kar, udah selesai belum. Ini buat meja nomer 7, yang lain pada sibuk."

"Mana, Kak, pesenannya?" Andra menyahut perintah Fani. Dia baru saja keluar dari ruang ganti dengan pakaian yang sama dengan waiters lain.

Fani memandang Andra. Dia menatap daru ujung kepala sampai ujung kaki dengan ekspresi yang sulit ditebak. Lalu menganggu tanda setuju.

"Ada di depan. Cepat!"

"Tapi lo belum makan, Ndra." Kara berusaha mencegah Andra. Dia mengira Andra belum makan.

Laki-laki berwajah manis tersebut menggeleng. "Gue udah makan di rumah. Lo habisin itu dulu baru kerja. Gue kedepan," pamitnya.

"Habisin, Kar." Lucy datang dengan nampan berisi makanan. Dia ikut duduk di meja yang sama dengan Kara. Melempar senyum pada Kara lalu mulai melahap makanannya.

|RAKA|

Dia selalu duduk di tempat itu. Di meja nomer 7. Sendiri. Selalu seperti itu. Mulut bergerak-gerak mengunyah permen Mintz yang ia ambil dari toples yang tersedia.

"Ini pesanannya." Andra menurunkan isi nampan yang ia bawa. Secangkir kopi dan sepotong roti tiramisu. "Selamat menikmati."

Andra membungkukkan tubuh lalu undur diri. Meninggalkan Raka yang telah merubah ekspresinya. Wajah datarnya sedikit memudar ketika ia mengetatkan rahang.

Ree Puspita

16 Februari 2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro