Kapal (Tanpa Nahkoda & Pembuatnya)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Kau tahu? Kapal nun jauh disana itu sudah berlayar kemana saja?

Kau tahu? Berapa kali kapal itu melalui badai dan deru ombak yang dahsyat?

Kau tahu? Berapa lama kapal itu harus rehat saat beberapa bagiannya mulai rapuh karena hantaman ombak?

Kau tahu? Apa yang akan terjadi jika lambung kapal itu rusak?

Kau tahu? Berapa waktu yang harus dihabiskan untuk membuatnya berlayar kembali?

Satu yang harus kau tau, itu semua membutuhkan waktu, tenaga, dan pikiran serta biaya yang tak sedikit.

Kapal itu dibuat dengan bahan terbaik, pemikiran yang matang, menguras tenaga, biaya, dan banyak perhitungan supaya tak membahayakan jika sudah berlayar nantinya.

Dengan nahkoda terbaik yang pernah ada, kapal itu sudah siap untuk di larung menuju samudra luas.

Melaju melawan keras arus ombak dengan mahakarya dari pembuat kapal, dengan nahkoda terbaik yang menjadi pemandu kemana mereka harus mengarah.

Kompak, satu kata yang hadir disana.

Ketepatan dari sang pembuat kapal menggunakan ilmu Fisika dan Matematika, serta kepandaian nahkoda yang lihai membawakan kapal dengan apik, hingga sang kapal yang manut kemanapun nahkoda mengarahkan.

Indah bukan?

Yaa, namun itu tak bertahan lama.

Badai beberapa waktu lalu memporak-porandakan sang kapal.

Sang nahkoda hilang, lenyap bersama hantaman badai kala itu.

Sang kapal oleng, tak menentu arah, sang pembuat kapal sedih kehilangan nahkoda terbaiknya.

Mereka, terpuruk beberapa saat hingga sang pembuat kapal mengambil alih posisi nahkoda.

Mereka mencoba menepi untuk memperbaiki kerusakan, dengan beberapa bantuan sana-sini, sampailah di tepi.

Butuh banyak waktu, banyak pikiran, kesabaran, keteguhan hati, untuk itu semua.

Menghapus lara kehilangan nahkoda, dan memperbaiki kapal yang nyaris oleng tanpa nahkodanya.

Mereka memperbaiki diri dari semua itu.

Mereka sepakat, tanpa nahkoda mereka bisa.

Harus, harus bisa!

Waktu yang lama, bersama-sama memperbaiki dengan kondisi yang tak lagi sama seperti semula.

Satu tahun, mereka mencoba memperbaiki hingga semua dirasa siap dan mulailah sang kapal dan sang pembuatnya berdua berlayar mengarungi laut, dan sudah pasti tanpa nahkodanya.

Mereka berlayar, pulau sudah tak lagi tampak luas, hanya menyisakan titik nun jauh disana.

Berhasil, mereka pikir begitu.

Tak disangka, belum separuh perjalanan badai yang lebih besar kembali menghantam.

Sang kapal oleng, berusaha bertahan dari hantaman.

Tak dinyana, justru sang pembuat kapal yang kini ganti menghilang bersama hantaman badai.

Sang kapal benar-benar tak tahu arah, hilang kendali, dan pasrah tanpa nahkoda dan pembuatnya.

Dia mempersiapkan diri untuk meluruh ke dasar samudra.

Dia, karam!

Dia melihat dasar samudra yang akan menyambutnya.

Namun, belum menyentuh dasar dia sudah terangkat ke permukaan.

Banyak yang membantunya, menariknya, membawanya bersandar lagi di dermaga.

Mengenaskan!

Satu kata itu untuk melukiskan dirinya kali ini.

Mereka yang membantunya, hanya membiarkannya bersandar, tak tahu harus bagaimana.

Sang kapal hanya menanti, adakah yang akan mengulurkan bantuan, mengambil alih dirinya menjadi sebuat tanggung jawab, ataukah dia harus menunggu untuk tergerus dan menanti semuanya lapuk termakan waktu?

Sang kapal terus menanti, ntah kapan, dia akan karam, akan rusak, hancur, dan menjadi bangkai.

Tunggu saja!

Hei, seseorang melihat sang kapal, mulai menyentuhnya, mulai ingin mengenalinya dan mulai merasa iba padanya.

Sang kapal senang, akankah dia mendapatkan perbaikan?

Akankah dia akan hidup kembali dan mampu berlayar lagi?

Sang kapal bertanya-tanya, sampai kapan dia hanya melihat-lihat saja?

Haruskah dia menaruh harapan padanya?

Sang kapal masih terus menantinya.

Tapi apa? Dia yang pernah melihat, dia yang pernah menjadi tumpuan harapan, pergi tanpa kata dan pamit.

Sang kapal kembali menunggu, menunggu ada yang menjemput, atau dijemput untuk menanti saat karam nanti.




Februari, 2018

.

.

.

.

.

.

.

.

Na_NarayaAlina


Sorry, untuk kali ini apalah yang saya tulis.

Maaf jika tak berkenan, melenceng dari segala aturan puisi atau sajak

Saya hanya ingin menyampaikan berapa kata-kata itu saja.

Adakah yang bisa menebak, siapakah sang Kapal, pembuat kapal, dan nahkoda?

Just guest who they are on comment, and I will answer!

Thank's before.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro