Undangan Pernikahan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Suara mesim cuci berderu semakin kencang, putarannya pun semakin cepat. Hal ini menandakan bahwa mesin yang telah berjasa membersihkan pakaian itu secepatnya akan selesai. Dua puluh lima menit Yoongi duduk melamun di atas sofa. Lamunannya buyar tatkala mendengar bunyi dari mesin cuci yang seolah memanggil-manggilnya. Ia beranjak lalu berjalan untuk mengambil cuciannya.

Hidupnya tak lagi memiliki warna, pelangi yang kerap kali menemani harinya sedang berada jauh darinya. Setiap hari ia hanya bertemankan dengan kerinduan. Menjalani segala halnya seorang diri tak menjadi masalah baginya. Ia seorang perantau, hal itu tentunya tak memberatkannya. Hanya saja hidup jauh dengan Daezi cukup menyiksa batinnya.

Biasanya jika pagi datang ia akan melihat kekasihnya bangun kemudian menyiapkan makanan untuknya. Bukan hanya itu saja, Daezi akan membangunkannya dengan teriakan-teriakan yang mungkin akan memecahkan gendang telinga. Kini rumah tampak sepi tanpa adanya Daezi di sisihnya. Semua yang berada di sekitarnya terasa tak bersanyawa, hanya menjadi saksi bisu betapa hebatnya cinta mereka berdua.

Setelah menjemur pakaian, Yoongi melanjutkan aktivitasnya dengan makan terlebih dahulu. Di meja makan ia hanya bisa mengenang setiap omelan yang keluar dari mulut kekasihnya yang super cerewet itu.

Yoongi baru tersadar setelah melihat kalender, sudah seminggu lebih sejak kepergian Daezi ke Amerika. Namun Yoongi tidak pernah mendapat pesan ataupun panggilan masuk dari kekaasihnya. Apa dia sedang sibuk? Ia tidak tahu nomor baru Daezi di luar negeri.

Rasa rindu yang teramatlah yang saat ini menyelimuti diri Yoongi. Ia memutuskan pergi ke agensi Bighit untuk menanyakan nomor ponsel Daezi. Namun seolah memperbolehkannya tahu, semua orang bungkam. Tak ada satu pun dari mereka yang memberi tahu nomor baru Daezi. Apa yang sebenarnya terjadi?

Yoongi melalui hari-harinya dengan perasaan gelisah, ia tidak tahu apa yang dilakukan Daezi di sana. Ia tidak pernah mendengar kabar kekasihnya lagi, dan itu semakin membuatnya terpuruk dalam kepiluan. Kesedihannya berkali-kali lipat bertambah, membentuk petak tak terawat bernama kerinduan. Sungguh dunianya serasa runtuh, tanpa tahu dimana keberadaan Daezi dan tanpa tahu bagaimana kabar kekasihnya itu. Ia ingin berteriak sekeras mungkin, berlari sekencang mungkin untuk mencari Daezi. Tapi dimana? Dimana aku bisa menemukannya?

Sudah sebulan lebih Yoongi menunggu Daezi, namun masih tetap sama, tidak ada satu pun pesan masuk atau panggilan masuk di ponselnya. Ia melihat video klip Daezi bersama seorang pria di salah satu acara musik di Korea Selatan. Hatinya sangat terluka melihat Daezi menangisi seorang pria karena ditinggal pergi.

Tidak pernah sekali pun Yoongi melewatkan acara yang sedang menayangkan kekasihnya di televisi. Lelaki itu selalu mengikuti acara Daezi dan masih sama, selalu menangis ketika melihat Daezi tersenyum di depan kamera.

"Apa dia tidak tahu di sini aku menunggunya? Apa dia sudah melupakanku?" Jika saja Yoongi tahu jadinya akan seperti ini, pasti ia akan melarang Daezi pergi. Jika saja ia tahu semua bakal begini pasti ia akan mengatakan iya agar Daezi berhenti dari dunia hiburan. Apakah hari itu akan jadi hari terakhir kami bersama?

Di kotak surat Yoongi mendapati undangan, entah undangan apa itu. Ia masih membolak-baliknya karena bingung. Selama ini ia tidak pernah mendapat surat ataupun undangan. Apa mungkin itu surat dari mama? Mungkin saja, sudah dua tahun ini ia tidak pernah kembali ke Daegu dikarenakan suatu permasalahan keluarga.

Yoongi membelalakkan mata setelah membaca undangan tersebut. Kedua manik matanya masih menelusuri setiap tulisan dalam undangan di tangannya. Batu karang bak menghantam tubuhnya yang diam mematung. Benarkah ini? Ia berkaca-kaca, ia tidak menyangka jika Daezi akan melakukan hal ini padanya.

"Dia akan menikah? Dengan pria lain bukannya denganku?" Yoongi meremat undangan tersebut kemudian membuangnya ke sembarang arah. Hatinya hancur, sehancur-hancurnya bagaikan kepingan kaca yang jatuh tercecer. Yoongi merasa jika dirinya sangatlah bodoh karena menjalin hubungan dengan idol. Seharusnya ia tahu jika seorang idol hanya akan bermain-main dengan skenarionya. Mereka benar-benar bakat dalam memainkan perannya.

Yoongi menjatuhkan diri, ia berteriak frustasi. "Baiklah Choi Dae Zi kau yang memulainya, akan aku tunjukan padamu agar kau bisa melihat ke arahku."

Yoongi berjalan dengan pandangan kosong, ia berniat menerima tawaran seorang produser untuk bergabung dalam sebuah boygrub yang akan debut beberapa bulan lagi. Dengar-dengarnya akan memakai nama Bts. Jika Yoongi mau menandatangani kontrak dalam boygrub tersebut, maka dirinya akan menjadi satu-satunya member terakhir yang bergabung. Ragu-ragu Yoongi menandatangi kontrak bersama agensi besar berlabel Bighit. Ia teringat kembali pada kejadian yang membuat kekasihnya berada di dunia entertainment.

"Aku diterima menjadi seorang PR di sebuah agensi," ungkap Daezi sembari menunjukkan kertas kontrak pada Yoongi.

"Benarkah? Selamat My Love."

Senyum keduanya memudar setelah membaca seluruh isi dalam kontrak di tangan Daezi. Kertas itu bukanlah kontrak yang menyatakan akan menjadi seorang PR, melainkan kontrak menjadi seorang trainee di agensi tersebut. Betapa bodohnya Daezi menandatangai kontrak tanpa membacanya terlebih dahulu.

"Apa-apaan ini?" Daezi mendengkus, ia menatap tajam pada kertas di tangannya.

Rasanya Daezi sangat ingin meremat, membakar dan membuang abunya di laut. Kebahagiaan beberapa menit lalu berubah menjadi kekecewaan terdalam. Ia tidak ingin menjadi artis. Menurutnya merepotkan, tidak memiliki ruang gerak yang bebas, selalu ada paparazzi dimanapun berada. Isu-isu tak sedap juga akan menjadi trending yang layak diperbincangkan dalam dunia hiburan.

Mereka memutuskan mendatangi agensi yang sudah membohongi Daezi. Enteng sekali produser mengatakan, "Kenapa tidak diteliti dahulu sebelum menandatangi kontrak? Oh ya ... mulai besok kau harus datang sebagai trainee. Jangan coba-coba untuk kabur! Kau sudah terikat kontrak selama sepuluh tahun."

"Apa?" Daezi terus menghembuskan napas kekesalannya sembari memejamkan mata. "Tidak, aku tidak mau."

"Baiklah kalau kau tidak mau, kau harus membayar denda."

Daezi adalah seorang sarjana berjurusan Ilmu Komunikasi, ia paling pandai jika mendebat orang. Terlebih lagi wanita itu terkenal cerewet di kampus. Tidak ada yang pernah menang debat dengannya, bahkan dosen sekalipun. Nilai-nilainya tidak pernah ada yang mendapat B, paling apes mendapat nila A min.

"Aaa ... kau kemarin juga ikut casting film, kan? Siapkan dirimu untuk menjadi pemeran utama di film perdana yang akan kami buat. Satu hal lagi setelah kau debut sebagai penyanyi solo dan actris kau harus putus dengan lelaki di sampingmu!" Yoongi benar-benar geram, ia hendak memukul lelaki tua itu namun gadis di sampingnya sudah terlebih dulu menarik lengannya.

"Baiklah, tapi jangan pernah menyuruhku untuk putus dengannya! Aku tidak akan melupakan penipuan ini. Aku mau tapi hanya untuk dua tahun. Setelahnya anda bisa mencari actris untuk menggantikanku."

"Kau!" Daezi tidak menghiraukan. Sedangkan Yoongi bisa melihat ekspresi kesal di wajah produser tua yang sudah menipu kekasihnya. "Berani sekali kau mengaturku!"

"Aaah ...." Daezi membalikkan tubuhnya, ia menatap tajam lalu mengatakan, "Aku tidak akan segan-segan menyobek kontrak ini jika anda berani menyuruhku untuk putus. Aku akan membayar berapa pun denda atas penipuan ini, dan setelah aku membayar denda akan aku pastikan perusahaan ini tak akan bertahan lama."

Lihat saja aku akan balas demdam padamu! Bagi Yoongi Daezi tak lebih dari wanita brengsek yang sudah mempermainkan dirinya. Sandiwara Daezi benar-benar tak kentara. Baiklah Choi Dae zi tunggu aku di duniamu yang indah itu!

~Tbc~

Hayuuk tinggalin jejaknya, gratis kok. Krisar always ditunggu ...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro