28 - KEMBALI

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pada akhirnya, semua teman lama mu akan kembali, entah untuk mendukungmu atau hanya penasaran akan keadaanmu, dan sahabat yang selalu kau temui setiap detik bisa saja pergi dan hilang tanpa alasan atau tanpa tanda-tanda. -Author-

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Pagi itu, awan terlihat menutupi seluruh permukaan langit. Seorang gadis bersiul ringan sambil mengenakan sepatu. Sementara itu, ada laki-laki berperawakan tegap yang mencoba menstarter mobil miliknya.

"Luna! Cepet nanti telat. Sofi juga udah nungguin kamu nih."

"Tunggu, Ma! Lagian masuk sekolah masih setengah jam lagi. Santai aja!"

Lalu Sang Bunda menghampiri anak pertamanya itu. "Kamu bukannya mau ngerjain PR bareng di kelas?"

Luna membersihkan tangannya, lalu berdiri menatap Mama. "Iya, Ma. Tapi kan ini masih lama."

"Lebih baik sih—"

BRRM!!

"Loh, itu suara motor siapa?," tiba-tiba omongan mama tadi terpotong olehnya sendiri. Bicaranya beralih ke lain topik. Sebuah suara motor yang di gas kencang tepat terdengar dari belakang mobilnya.

"Gak tau deh, Ma. Liat yuk.."

Mama langsung merangkul putri cantiknya itu menuju luar rumah. Ternyata, di belakang mobil yang dikendarai Papa dan ditumpangi Sofi ada sebuah motor CBR berwarna putih. Milik Rascal.

"Kamu bareng Rascal? Kok gak bilang Papa biar Sofi sama Papa duluan." Papa mengeluarkan setengah wajahnya di kaca mobil—yang terparkir tepat di depan Luna dan Mama.

Luna menggeleng. "Loh aku gak tau dia mau bareng, Pa."

Tiba-tiba Rascal menyahut dengan keras, "Om, Tante, saya minjem anak nya ya! Cuma buat ke sekolah kok!"

Disamping itu, Mama malah tertawa, sementara Papa geleng-geleng kepala. Sofi? Terlihat ada aura tak enak terpancar dari wajahnya.

"Ya udah deh, Papa sama Sofi duluan aja ya sayang!" Ujar Papa sambil melajukan mobilnya setelah Rascal membenarkan posisi motor nya agar tak menabrak mobil Papa Luna.

"Loh loh kok?," Luna hanya bisa diam menatapi mobil Papa yang menjauh tanpa dirinya.

"Udah sayang, kamu sama Rascal aja, kasian juga dia udah nungguin kamu." Nasihat Mama bukannya malah mengenakkan hati malah membuatnya sedikit merasa aneh.

"Ya udah deh, cium." Setelah salim dengan Mama, Luna mencium pipi kanan dan kiri mama sambil cemberut. "Berangkat dulu ma!" ujarnya sambil berlari kearah Rascal dan menggunakan helm yang sudah disodorkan oleh cowok itu.

"Hati-hati sayang!"

***

Hari ini adalah hari yang sangatlah menyenangkan bagi anak kelas XII-IPA-A karena guru fisika mereka—yang waktu itu pernah memberikan ulangan yang susah dicerna otak—tidak masuk. Kebanyakan murid dikelas bersorak sorai. Namun ada juga yang sedih karena kehilangan pelajaran penting. Unik, ada aja yang kayak gitu. Justru menurut Luna, saat-saat itulah ia bisa mengambil kesempatan untuk membaca novel yang sudah lama ia punya tapi tak tersentuh. Novel itu berjudul 'Alive' dengan sebuah quote kecil dibawahnya bertuliskan 'hati yang remuk, janji yang terbang, harapan yang sirna, dan rahasia yang baru terungkap'. Novel yang sangat menarik di mata Luna. Ia sangat suka dengan sinopsis nya dan covernya, karena di cover tersebut terlihat sebuah animasi bermotif namun tergambar seperti sesosok perempuan menangis. Ceritanya ringan, dapat dinikmati walau harus sedikit berpikir.

Di novel itu diceritakan tentang dua orang insan manusia yang memiliki hubungan persahabatan dari kecil, karena suatu kejadian, persahabatan itu terpecah belah, akhirnya si cewek yang sakit hati karena hubungan itu pecah dan penyebabnya tak lain adiknya sendiri, cewek itu pergi ke London tanpa ada yang tau kecuali dua teman dekatnya, karena itu juga si cowok akhirnya jadiin adik cewek pelarian. Suatu hari, ada undangan pernikahan masuk ke email nya. Undangan itu adalah undangan pernikahan pacarnya dengan adiknya sendiri. Hati nya remuk lalu hancur, dia akhirnya berusaha kembali ke Jakarta untuk jadi saksi pernikahan pahit yang ternyata tak sampai, janji yang dulu diucapkan cowoknya, janji itu udah terbang entah kemana.. Tapi satu hal, si cewek itu ternyata di London bukan cuma buat kuliah, tapi dia juga pengobatan karena dia punya suatu penyakit yang harapan sembuh nya hanya 30 persen. Ending dari cerita ini menurut teman-teman Luna mampu menguras air mata karena si cewek gak ada harapan dan prioritas untuk hidup lagi. Namun, ada satu hal yang dapat merubah alur 'nyaris' sad ending dari cerita ini menjadi sebuah 'happy ending'. Keajaiban.

Luna tertarik sekali membaca itu, karena cerita itu berhubungan dengan adik kakak. Yah, jika kalian lihat, kisah itupun tak jauh kan? Dari kisah hidupnya sendiri. Namun Luna tak menyadari hal itu.

"Lun!"

Seseorang tiba-tiba datang dan menepuk bahu Luna dari belakang. Luna yang tadinya asik membaca buku jadi menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. "Apa?" tanyanya sinis.

"Jutek banget deh lo, liat tuh ada siapa di pintu kelas." Rascal menunjuk-nunjuk seorang perempuan yang berdiri termangu di depan kelas mereka.

Tanpa ba-bi-bu ataupun basa-basi lain, Luna segera bangkit dan menghampiri cewek disana.

"Loh Fay? Lo bukannya lagi jam pelajaran?"

Luna celingak celinguk menyadari Fay tak sedang bersama siapapun—sekaligus jaga-jaga kalau ada guru yang curiga dengan anak kelas lain yang berkeliaran di jam pelajaran.

"Selow, gue izin ke toilet."

"Oh ya udah, masuk sini, entar ada guru yang liat lo gimana?"

"Gak usah di—"

TUK!

Tiba-tiba, sebuah topi melayang kearah kepala Luna. Membuat gadis itu sedikit meringis kesakitan krena terkena cekungan topi. Ia lalu menunda pembicaraan mereka dan mengambil topi tersebut.

"SINIIN TOPINYA LUN!"

"JANGAN DIKASIH LUN! BIARIN AJA DIA!"

"EH BEGO, ITU PUNYA GUE"

"LO KEMAREN NGILANGIN DASI GUE TOLIL! GUE DIMARAHIN SAMA PAK RIPTO!"

Siapa lagi kalo bukan Rascal sama Panji? Iya iya, mereka sekelas lagi. Takdir kali ya. Jadi jangan bingung kalo mereka keliatan deket banget udah kayak brotherhood. Dari kelas 10 udah sekelas terus, otomatis jadi deket.

"Lo berdua gak usah cari ribut bisa gak sih?!" Luna berseru keras, namun sayangnya suara lembutnya tertutupi oleh kegaduhan kelas yang tak ada habisnya. Dari yang lempar-lemparan topi seperti dua sahabatnya itu, lempar spidol, nyanyi nyanyi sok nge-rap diatas meja, gossip sampe heboh banget, dan lain-lain. Sebenarnya Luna suka dengan suasana seperti ini, tidak seperti kelas IPA lain di sekolahnya, yang kerjaannya hanya buka buku, baca buku, belajar, dan something like yang membosankan dan hanya bisa dilakukan anak alim.

"GIMANA GAK CARI RIBUT KALO KELASNYA UDAH RIBUT? SUARA LO KEKECILAN LUN, DARIPADA NGOMONG GAK KEDENGERAN MENDINGAN LANGSUNG KASIH TOPINYA KE GUE!"

Benar kata Rascal. Tanpa basa-basi, Luna langsung melemparkan topi itu ke Rascal. Yap, topi itu tepat mendarat di tangan cowok tersebut. Membuat Panji yang berdiri di meja di hadapannya—mereka memang sedang berdiri di atas meja—mendengus kesal sambil memukul telapak tangannya sendiri.

"RASAIN LO! TOPI NYA UDAH GUE PEGANG!" Ujar cowok itu sambil menjulurkan lidah nya ke arah Panji. Cowok itu lalu berlari menghindari Panji yang mengejarnya dengan jengkel.

"HARUSNYA LO GAK USAH KASIH TOPI ITU, LUNA!"

Luna dan Fay terkekeh. Luna melupakan rasa sakitnya.

Sadar gak? Orang yang dirumah nya bisa nangis sendirian, marah sendiri, dan sedih banget, pas sampai di sekolah rasanya semua rasa sedih, marah dan apapun itu yang menjengkelkan langsung hilang gitu aja. Entah karena keramaian, atau karena teman-teman.

"Lebih baik ngomong di depan kelas aja iya kan? Hehe." Luna tersenyum iseng kearah Fay.

Berharap cewek itu tahu apa arti senyumnya. Ia lalu melangkah beberapa langkah dan menutup pintu kelasnya rapat. Membiarkan kegaduhan itu mengganggu kelas lain, namun tidak baginya. Luna berdiri di depan kelas, berhadapan dengan Fay.

"Iya deh haha. Gue cuma mau bilang kalo nanti malem jam tujuh, kita harus ketemuan di Café Palazzo."

"Kenapa?"

Fay tersenyum penuh misteri.

***

"Duh mati gue. Udah jam tujuh kurang lima menit...pasti Fay udah nunggu!" Luna bergumam sembari menggunakan wedges putih miliknya—dan menengok kearah jam dinding. Sesekali menyelipkan rambut ke belakang telinga karena terus terurai kebawah hingga menutupi pandangannya.

"Mau kemana kak?" Sofi dengan santainya datang sambil merebahkan diri di sofa, tepat di samping Luna. Adik nya itu dengan santai menyeruput coklat hangat buatannya dan mengambil camilan manis di depannya.

"Huft." Luna berdesah begitu selesai menggunakan wedges nya. Ia mengambil tas selempang dan langsung menggunakannya. Begitu ia menghiraukan ucapan adik nya, langkah nya menuju pintu dicegah oleh Sofi.

Sofi langsung memasang wajah jengkel. "Mau kemana?"

"Ketemu temen."

"Cowok lagi?"

"Bukan lah, cewek."

Mata gadis itu langsung berbinar. Ia bangkit dari duduknya dan memasang puppy eyes. "Ikut ya? Ya? Ya?"

Luna mengacak-acak rambutnya. Ia sudah telat datang, ditambah Sofi minta ikut, mana dia kalau dandan lama banget.

"Gak boleh."

"Kenapaaaa?," Ia mulai glendotan manja di bahu Kakak nya.

"Ya—pokoknya gak boleh."

Sofi mulai cemberut. Sebelum tiba-tiba Mama datang dan melerai mereka. "Udah sayang, ajak aja adik kamu, lagian gak bakal ngerepotin juga kan?"

Ini nih, satu yang paling Luna jengekelin. Udah tau dia mau ada privasi, eh malah ada pro-kontra yang menghalangi jalan nya.

"Iya deh iya." Dengan malas Luna kembali merebahkan tubuh ke Sofa. Jam tujuh pas. Pikirannya kalang kabut, karena takut telat tapi sudah telat, dan karena Sofi yang ribet minta ikut.

"Oke tunggu."

Sekitar sepuluh menit Sofi kembali dengan dress semi-casual nya. Ia telah rapih dan—wangi?

"Ya udah ayo cepet. Ma aku pergi ya." Pamit Luna sembari menarik tangan Sang Adik yang asik tertawa karena melihat Luna kesal.

Mereka segera asal memberhentikan taksi yang lewat di depan rumah. Menyuruh-nyuruh si pengemudi taksi untuk ngebut karena takut Fay sudah menunggu. Begitu sampai, Luna segera membayarnya. Dengan panik sesekali ia melirik jam tangannya, pukul tujuh lewat sepuluh. Ia kembali menarik tangan Sofi untuk masuk ke café.

Matanya menjelajah seisi café. Mencari seseorang yang tak kunjung terlihat batang hidungnya. Sementara Sofi terlihat santai dan mengangguk-anggukan kepalanya. Tanda ia menikmati musik malam itu di café. Lagu berjudul Say You Won't Let Go yang di cover oleh salah seorang pemuda di atas stage terdengar merdu dan menghanyutkan. Sehingga tak terlihat siratan panik sedikitpun di wajah Sofi karena lagu itu, memang hanya Luna yang panikan.

"Nah!" Luna melambaikan tangannya kepada seseorang yang duduk di dalam—di pinggir kaca. Kembali, tangan Sofi di tarik oleh Luna, namun kali ini disertai oleh Luna yang bergumam agar adik nya mempercepat langkah nya.

"Maaf ya lama..hehe." Seperti biasa yang dilakukan cewek-cewek kalau ketemuan—cipika cipiki a.k.a cium pipi.

Fay mengangguk dan menatap seseorang di samping Luna. "Ini Sofi kan? Wah udah lama gak ketemu, udah gede ya sekarang? Kelas berapa?"

Luna terkekeh. "Eh, dia kan adik kelas kita ege. Lo yang nge-mos dia, masa lo lupa sih." Ucapannya menghentikan Fay yang kelihatan iseng menepuk pipi adiknya. Fay memasang tampang cengo. Sesegera mungkin ia tertawa geli, "oh iya."

Luna baru sadar akan sesuatu. Dari tadi, tepat di sampingnya, di pojok kaca, di atas sofa café, ada seorang perempuan bergaun pendek berwarna merah yang duduk sambil mengutak-atik handphone nya. Luna memandangi orang itu lekat-lekat, ia tak mengenali siapa itu. Sepertinya ia pernah tau, namun sekarang ia tak mengenali nya sama sekali.

"Duduk Lun." Fay mengulurkan tangan kearah sofa panjang di depannya. Ralat—di depan mereka, Fay dan wanita itu.

Luna mengagguk resah, diikuti Sofi yang masih terpaku terhadap lagu penghias malam itu. Ia memutuskan untuk menunggu sampai Fay menjelaskan siapa gadis itu. Fay menghentakkan ketiga jarinya diatas meja sambil memandang sekeliling. Suasana awkward tak dapat dihindari. Fay menggigiti bibir bawahnya. Lalu memandang Luna.

"Kenapa, Fay?," Luna masih mencoba cuek.

"Lo masih inget dia kan?," Fay menepuk seseorang di sebelahnya.

Fay memberi kode bibir. Mengucapkan sepatah kata. Atau sebuah nama?

A-Y-A

N-Y-A

V..

Luna menganga sambil mengangguk. Setelah ia mengeja ucapan Fay, ia mengerti. Ia paham. Dan, ia tahu itu siapa.

"Vanya?"

Vanya telah kembali.

***

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ 

Besok pengumuman nem.

Semoga Icha dapet nem yang memuaskan sekali, dan dapet SMA yang diinginkan, amin:D

Btw, Sisterhood jadi lebih sering up yaa mulai sekarang.

 Dan, don't forget to Vote and Comment, guys!

Dank~~

JAKARTA, 1 MEI 2017

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro