Perang Konyol

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Songlit: Childish War
Penulis: shoru_rin

Pada zaman dahulu kala, terdapat sepasang kakak beradik kembar yang berasal dari kalangan bangsawan. Sisanya, kuserahkan pada imajinasimu ....

"Hei, yang benar dong!" bentakku pada orang yang membaca narasi prolog di atas.

Ayahanda dan Ibunda kami sedang pergi mengunjungi kerajaan sebelah yang mengundang mereka untuk mendatangi pesta perayaan pernikahan putra mahkota mereka. Aku memutuskan tidak ikut untuk latihan memanahku hari ini, begitu juga saudara kembarku -- Rin yang juga tidak ikut bersama mereka.

Kami hendak menyantap sarapan yang sudah ada di depan kami, roti brioche dengan selai rasberi di dalamnya. Aroma harum mentega mulai menggoda hidung. Suara dentingan piring beradu dengan meja makan yang terbuat dari marmer, menyadarkanku bahwa santapanku telah ada di hadapanku.

Ku bersandar pada kursi untuk merenggangkan punggung sambil menunggu makanan pencuci mulut datang seusai menghabiskan makanan tadi.

Mori--kepala pelayan kerajaan kami-- berdiri tepat di ujung meja makan panjang. Dia memperhatikan ke arah kami dan tersenyum, "Hmm, aku punya sebuah tantangan, apa kalian berdua akan tertarik?"

"Tantangan apa itu, Mori?" tanya Rin usai membersihkan mulutnya.

Mori tersenyum, "Jika kalian tertarik, saya akan memberikan tantangan itu pada kalian."

"Baiklah, aku tertarik," ujarku, disusul Rin yang menjawab dengan anggukan.

Mori tertawa sejenak, dan memberitahukan tantangan yang ia berikan pada kami.

"Duduklah di atas tahtanya. Siap, sedia, mulai!" jelasnya sambil mengibarkan kain putih yang sebelumnya tersampir di lengannya.

Dengan mengarahkan pandangan tajam pada Rin, kuterima tantangan kepala pelayan kami dengan tanganku yang masih memegang pisau dan garpu di atas meja makan. Kami berasal dari kalangan bangsawan, tantangan ini pasti dapat membuktikan jika aku lebih pantas daripada Rin.

Kami bertiga bertolak dari meja makan, dan pergi menuju kursi tahta tanpa menunggu makanan pencuci mulut.

Di depan kursi tahta, Rin memegang kedua pinggangnya dan mulai membuka mulutnya dengan senyum angkuh, "Berlututlah rakyat jelata yang dungu, ratumu yang belia ini akan menunjukkan kesalahanmu."

"Hei, tunggu dulu! kau bicara omong kosong lagi. Seakan-akan kau bisa membaca pikiran mereka sesuka hatimu," bantahku dengan nada tinggi.

"Ya ya ya, sesuai kehendak kakak tertuaku," ejeknya padaku sambil tertawa.

Argh, aku sangat kesal. Sungguh sangat kesal, karena perlakuan kurang ajarnya padaku, sang kakak.

Kekesalanku menggemakan gong pecahnya perkelahian kami, dan aku menyatakan perang pada saudaraku itu.

"Ah, sepertinya aku terlalu terbawa-bawa. Ayolah, gaya menghasutku ini bagus, bukan? Aku mendapatkannya dari 'promo penjualan spesial' lho. Kuucapkan terima kasih, dan selamat kau kalah!" Nada mengejeknya sudah benar-benar keterlaluan.

Kuputuskan mundur sejenak sambil memikirkan strategi, "Untuk menunjukkan harga diriku sebagai kakak, akan kubalas kau dengan setimpal ..." gumamku dengan suara kecil.

Memangnya kau pikir, siapa aku? Akuilah, aku pengaturnya!
Aku tak bodoh, dan tak akan diam saja!

" ... hanya saja aku tak cukup berani."

Rin tertawa licik melihatku yang masih belum membalasnya. "Ayolah semua, bolehkah kupinjam tangan kalian? Wajar saja jika aku tenang dan berkepala dingin, aku sudah terbiasa berbuat curang. Ah, gawat kehidupan yang berkelip itu dimulai!

"Dengarlah semua, keluarga kami mempunyai kekuatan militer yang hebat. Yeah! aku memenangkan argumennya, dan mendapat peace sign-nya!" ungkapnya dengan senyum bangga.

Sekarang, giliranku.

"Oke, baiklah baiklah, kuterima bintang emas untuk pekerjaan bagusmu itu," balasku dengan senyum licik.

Rin pasti sangat kesal dengan balasanku tadi, dan dia mulai bergumam sambil menggigit ujung kuku pada ibu jarinya. Karena pikirannya licik, dia pasti berpikir unntuk memancingku lagi. Perangkap yang sama tak akan berlaku dua kali padaku!

"Hah, dengan jahatnya aku berada selangkah di depanmu. Keputusanku memang tepat hingga aku mendapatkan kesempatan ini, kau membuat kesalahan yang fatal. Kurasa kau sedang sial, dan selamat kau kalah!" Suaraku nampaknya sudah cukup terdengar licik untuk membuat Rin kesal.

Mori yang sedari tadi hanya memperhatikan kami mulai angkat suara, "Bagaimana ini, Tuan Muda Len, Nona Muda Rin? Masih belum ada yang memenangkan ini di antara kalian berdua."

Aku menyadari satu hal, kenapa Mori memberikan tantangan ini pada kami? Padahal Rin adalah rivalku yang selalu seimbang, begitu juga dengan Rin. Entah karena memang gagal, atau terpaksa mengalah. Dan jika kami melanjutkan 'perang kekanak-kanakkan' ini, kami bisa gila karena selalu seimbang. Tapi, itu selalu menyenangkan!

Kami pun mulai beradu argumen tanpa memedulikan jika lawan bicara masih berbicara panjang lebar, tangan kami pun saling menunjuk ke arah satu sama lain.

"Perkataanmu sangat kurang ajar, akan kujahit mulutmu!" tegasku.

"Raja untuk generasi selanjutnya adalah- "
" Aku!" jawab kami berbarengan, berebut siapa yang lebih pantas menjadi pemimpin kerajaan.

Rin tertawa miris, "Kurasa aku mengakibatkan kekacauan, dengan senang hati aku akan menerima seranganmu dari 1 hingga 100. Kuucapkan terima kasih- "

"Kalian berdua seri," potong Mori dengan singkat.

Mana mungkin, kita...

"SERI!?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro