Take a break

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


—Iris matanya perlahan berubah warna. Dan setelah terpejam sejenak, warnanya berubah total setelah matanya terbuka. Senyumnya menghilang, tergantikan dengan ekspresi wajah yang terlihat sedikit panik. Namun mereda saat ia selesai menghela nafas. Nara menatap kearah kedua junjungannya—

"Selamat datang kembali Nara. Kamu kenapa sayang?"

Uhm ... Nona, saya masih tidak apa-apa. Hanya saja ... saya butuh istirahat sebentar.

... Yang Mulia Shu, kenapa anda melihat saya seperti itu? Apa ada yang salah dengan kondisi saya?

"Hmm. Aku masih penasaran sama tehnik yang kamu pake sekarang. Bisa gitu ya? Wajah mu belum balik ke kondisi awal, tapi kesadaranmu penuh. Tapi secara keseluruhan, konstruksi aura mu stabil kok. Ndak ada masalah. — Vir, tehnik ini auntentic? Signature nya solid banget lho. Kamu yang ngajarin?"

"Nope my dear. Ini bener-bener kemampuan milik Nara. She's a natural born medium. and a very good one to be honest. Aku bantuin ibunya waktu dia lahir, dan setelah kutemukan bakat itu tertidur di relung pitutary nya, aku langsung naruh dia di bawah perlindunganku. You know lah~, biasanya kan seorang medium tuh—apalagi yang terkategori bagus—gampang banget tuh kesurupan. akhirnya ya ... sekalian aja deh, kujadiin murid. Dan ngajarin dia buat ngendaliin bakatnya."

Sebentar Nona? ... Semenjak lahir? ...

Saya kan baru tiga bulan belajar kepada anda?

"Fufufu~ Nara my dear. Itu nggak terlalu penting. Nanti kamu juga inget kok. Nah, Sekarang, apa ada yang ingin kamu omongin? Hmm? Pasti ada sesuatu yang mengganggumu, sampai kamu harus menghentikan cerita di tengah-tengah."

Ah ... itu ... Betul sekali Nona.

Ada dua hal.

Yang pertama, saya hanya ... ugh ... merasa kalau ... Saya takut kisah ini berakhir sedih ...

Saya berhenti sejenak untuk menyiapkan mental saya. Karena sebenarnya, emosi kesedihan sudah saya rasakan sangat dominan dalam kolam personality milik sang pemilik kisah semenjak pertama kali secara penuh saya melebur dengan kepribadian pemilik wajah ini. Namun, saya berusaha untuk bertahan.

"Don't you worry my dear. Subjek kamu kali ini hanyalah kepingan memory. Bukan kepribadian sesungguhnya. Dan aku yakin, kemampuan mu saat ini lebih dari cukup untuk menampungnya. Kamu hanya perlu untuk sedikit lebih berlapang dada, dan menyelesaikan kisahnya. Kurang sedikit lagi kok."

Sedikit lagi?... Ba... bagai mana Nona tau? Saya yang bahkan melebur dengannya pun, masih belum bisa memastikan seberapa lama lagi akhir dari premis dan ujung dari kisahnya tiba.

"Kamu bukannya tak bisa, hanya saja, kamu masih tak mau untuk menyelam lebih dalam kesana. Soal bagaimana aku tahu?, hmm~ ... kebetulan si pemilik memory, adalah orang yang dekat dengan sang penulis. Bener kan Ra?"

—Ehem, anu, iya Vir. Aku kenal sama orangnya—

Benarkah Nyonya?

—Hu'um. Lumayan deket juga—

Oh ... Begitu rupanya.

—Emangnya kenapa sih?—

Tak apa Nyonya. Beberapa pikiran melintas di kepala saya. Tapi ... tak apa. Saya akan menyimpan perasaan saya dalam hati. Semoga nanti jika waktunya tiba saya bertanya, Nyonya Rara tidak keberatan.

—Oke. Santai aja Nara—

"Dan alasan yang kedua? Apakah gerangan itu, Nara my dear?"

Ah ... soal itu ...

Yang Mulia El-Ma'at, bolehkah saya meminjam gawai yang anda gunakan di cerita pertama?

"Boleh! Bentar ya"

—Shu tampak mengeluarkan tangan kanan dari dalam kantung celana, menggapai di awang-awang, sebuah ruang kosong didepan tubuhnya. Dan dalam satu sentakan telapak tangan, muncul sebuah benda di genggaman, dan memberikan benda itu kepada Nara—

"Tuh! Kamu pake"

Terimakasih Yang Mulia.

Baiklah.

Saya rasa saya sudah cukup untuk beristirahat. Saya akan melanjutkan kembali kisah.

Nona Vira, Yang Mulia Shu, saya mohon bimbingan dan pengawasan kalian.

"Go on my dear. Loosen a bit. Just enjoy the proses."

"Si Vira bener. Jangan terlalu tegang. Kamu langsung aja Nara. Ku awasi terus kok"

Terimakasih.

Nyonya Rara, saya sudah siap. Saya minta tolong untuk deskripsi naratif anda.

—Ehem. Nara mulai memejamkan mata. Dan ketika ia membukanya kembali, aura nya sudah berubah. Senyum khas sang pemilik wajah kembali menghiasi raut cantiknya. Dan pandangan matanya, kembali menyiratkan emosi dari kisah-kisah—

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro