🕊Mahar Surat Yusuf🕊

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

~Allah selalu punya cara untuk menyatukan dengan jalan-Nya, bahkan dengan cara yang sederhana dan tak dan tak disangka-sangka~

═════⊰◍●❁  𝒮𝓉𝒶𝓎 𝓌𝒾𝓉𝒽 𝓂𝑒  ❁●◍⊱═════

Sebelum baca, liat foto di atas tuh, foto gus ganteng kan? Yang setuju Kiran sama Gus Ayok angkat jempol.

Happy reading jangan lupa vote

Janur kuning berdiri dengan tegak di gerbang pesantren. Nabastala warna biru menyambutnya dengan suka cita. Bagaskara berwarna jatarupa menghangatkan seluruh penghuni bumi. Sarayu yang mengenai pucuk janur kuning membuat benda itu seakan menari di atas sana menyambut para tamu yang sudah berdatangan.

Dalam rangka memperingati hajatan besar ini, kegiatan pesantren terpaksa dihentikan untuk mensukseskan acara. Para santri tampak sibuk dengan tugas masing-masing yang sudah dibagi dari panitia acara.

Perempuan dengan wajah anindya tengah duduk di atas tempat tidur yang sudah berhiaskan kain warna keemasan sama seperti tenda di luar sana. Wangi bunga mawar tercium dari pojok ruangan karena Kiran sengaja memilih bunga asli untuk menghiasi kamar ini.

Kiran tampak terdiam menikmati jemari yang sedang dilukis hena berwarna putih oleh salah satu santriwati yang mempunyai ketrampilan itu.

Ketukan pintu kamar yang terbuka membuat Kiran menatap ke arah sana. Lengkungan bulan sabit menghiasi bibir merah milik Kiran. Kedatangan Gus di kamar ini membuat satu orang yang masih ada di kamar ini menjadi canggung.

“Sudah hafal lafaz akad buat besok?” tanya Kiran pada Mas Alif yang sekarang ikut duduk di sampingnya.

Laki-laki itu menggeleng sambil melihat jari Kiran yang sudah bergambar bunga warna putih.

“Kok bisa?” Kiran bertanya kembali karena ini sesuatu yang sangat mustahil. Mas Alif yang seorang Hafidz Quran menghafal lafaz akad saja tidak bisa, sedangkan menghafal Al Quran dan beberapa hadis malah cepat sekali terserap di otak Mas Alif.

“Entahlah, Dek. Mas grogi buat acara besok. Padahal biasanya kalau Mas ikut jadi saksi nikah ikutan hafal yang dilantunkan mempelai laki-laki. Besok untuk acara sendiri malah kesulitan,” kelit Alif sambil memijit kepalanya yang sakit.

Kiran tersenyum tetapi akhirnya berubah menjadi tawa, bagi Kiran ini sangat lucu. Tawa yang berlebihan yang ada malah membuat Kiran tersedak. Alif segera mengambil air minum di atas meja rias dan segera menyodorkan pada Kiran tetapi perempuan itu menolak. “Kiran puasa, Mas.”

Bagi Kiran, puasa yang ia jalani adalah puasa sunah biasa karena bertepatan dengan hari Senin. Sudah beberapa hari ini, nafsu makan Kiran lagi menurun. Pikiran berat tertuju pada siapa yang nantinya akan menjadi wali nikahnya. Besok adalah pertama kali Kiran bertemu dengan bapak kandungnya. Entah tidak tahu harus berbuat apa ketika mereka nanti bertemu. Apakah harus marah, sedih atau harus kecewa?

“Tiga kali gak bisa, nanti gagal loh Mas,” balas Kiran menggurui. Alif mendengkus kesal karena perempuan tak akan mengetahui bagaimana paniknya seorang laki-laki saat menghadapi ijab kabul.

Alif semakin pesimis saja menghadapi acara besok, lebih-lebih mendapatkan ejekan seperti itu dari Kiran.

═════⊰◍●❁  𝒮𝓉𝒶𝓎 𝓌𝒾𝓉𝒽 𝓂𝑒  ❁●◍⊱═════

Acara pengajian dilakukan di dalam masjid, tamu yang diundang sebagian santri putri, ibu-ibu kompleks pesantren serta keluarga dekat dari Abah dan Umi. Dari pihak yang mempunyai hajat nantinya duduk paling depan menghadap para tamu. Di sana juga sudah terdapat dekorasi bunga yang sederhana tak seperti panggung di luar sana.

Kiran berjalan pelan dengan tertunduk ke bawah, diapit kedua santriwati di kanan kiri. Kali ini pakaian yang dikenakan warna abu-abu muda seperti yang dikenakan Abah dan Umi, mereka sudah duduk di depan menanti kehadiran Kiran. Dandanan yang sederhana tetapi membuat Kiran tampil luar biasa,  selama ini  Kiran jarang memoles wajahnya dengan berbagai kosmetik.

Kiran memilih duduk di antara Abah dan Umi. Alif sendiri hanya bisa mengamati mereka bertiga di pintu masjid karena acara ini memang untuk perempuan.

Acara pertama diawali dengan bacaan shalawat oleh para santriwati. Suara menggetarkan bagi siapa yang mendengarnya. Hati semua orang terketuk menyadari dosa  yang telah diperbuat.

Acara selanjutnya adalah permohonan doa restu dari calon mempelai perempuan pada orang tuanya. Kiran mengubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan Abah dan Umi. Tak lupa memegang mik untuk didekatkan di depan mulutnya.

Alif sengaja belum beranjak dari tempat berpijak karena acara ini pasti diwarnai kesedihan.

“Bismilahirrohmanirrohim. Abah, Umi yang Kiran cintai dan hormati. Kiran mengaturkan permohonan maaf atas kekhilafan yang pernah Kiran lakukan dari kecil sampai dewasa. Kiran sendiri sadar sering melakukan kekhilafan baik lisan dan perbuatan. Kiran juga mengucapkan banyak terima kasih karena sudah mau merawat Kiran seperti anak kandung sendiri.”

Kiran sengaja memotong ucapan karena tak kuasa menahan isak tangisnya, padahal sebelumnya sudah menguatkan hati agar tak lemah. Namun, setelah melihat kedua orang tua di depan, akhirnya air mata itu lolos begitu saja. Tangan mengambil tisu dan mengusap air mata. Hendak melanjutkan kembali, tapi desas-desus suara di belakang membuat bibirnya terasa berat untuk kembali berucap.

Semua yang hadir mendengar ini pasti akan terkejut setelah mengetahui jika Ning di Pesantren ini adalah anak angkat. Abah sendiri menyayangkan Kiran akan berucap seperti ini di acara ini, kenapa tidak besok saat akad karena acara akad akan dihadiri untuk keluarga saja, bukan umum seperti sekarang. Kesedihan beberapa hari yang lalu akhirnya teringat kembali.

“Pada saat hari yang baik ini, Kiran memohon izin kepada Abah dan Umi untuk memberikan restu karena besok Kiran akan menikah dengan laki-laki pilihan Kiran. Semoga Abah dan Umi merestui dan mendoakan keluarga Kiran agar senantiasa tenteram, sakinah, mawadah dan warahmah penuh keberkahan dari Allah SWT.”

Kiran menyelesaikan ucapan, masih dengan bercucuran air mata. Alif sendiri tak kuasa melihat pemandangan menyayat hati, lebih-lebih untuk Umi yang ikut menangis tersedu-sedu.

Abah meraih mik satu lagi, tak lupa membaca basmallah sebelum bersuara.

“Kiran, pernikahan bukanlah perpisahan orang tua dan anak. Sampai kapan pun Kiran tetap anak Abah sama Umi. Tak perlu meminta doa kepada kami, doa Abah dan Umi tak pernah putus untuk putri Abah satu-satunya. Sampai kapan pun Abah dan Umi sayang sama Kiran,” balas Abah secara singkat sambil mengusap setitik air mata.

Semua yang mendengarnya sangat terharu, mendengar suara Abah yang bergetar menandakan pria yang disegani di Pesantren sangat sayang dan tak mau kehilangan putrinya. Kiran memeluk Umi sangat erat sambil mencium punggung tangan Umi yang sekarang basah oleh air matanya.

Acara pengajian akhirnya selesai karena Abah memberikan pengajian secara singkat. Selanjutnya acara jualan dawet khas solo. Umi di sini yang bertindak langsung melayani para santri yang mengantre membeli dawet. Sesuai tradisi Solo, pembayaran bukan memakai uang tetapi memakai pecahan genteng.

Para santri sangat antusias menyambutnya, kapan lagi Bu Nyai menyediakan minuman untuk mereka seperti ini.

═════⊰◍●❁  𝒮𝓉𝒶𝓎 𝓌𝒾𝓉𝒽 𝓂𝑒  ❁●◍⊱═════

Hari bahagia itu datang, waktu yang sudah dinanti kedua pasangan dan keluarga. Masjid kali ini di bagian dalam disulap berwarna putih dengan hiasan bunga melati dan mawar putih. Sejumlah kerabat dekat sudah memenuhi masjid karena acara sebentar lagi dimulai.

Gus Alif duduk dengan gelisah apalagi di depan sudah ada penghulu. Keringat dingin bercucuran, apalagi ketika penghulu itu siap menjabat tangannya.

Dengan satu tarikan napas, Alif melafalkan akad yang ia hafalkan semalaman, diteruskan dengan bacaan Surat Yusuf sebagai mahar pernikahan.

Alif melantunkan secara hati-hati,  suara menggema di dalam masjid. Gus Alif sengaja memilih surat Yusuf dikarenakan banyak keistimewaan dalam surat tersebut.

Surat Yusuf ayat keempat bisa menjadi solusi untuk pencari jodoh, agar dimudahkan perjuangannya. Ayat ini juga akan memupuk rasa cinta antar pasangan bila dibaca sebelum berjumpa. Surat Yusuf   juga sangat baik dibaca setelah salat fardu, karena manfaatnya akan membuat wajah berseri, disegani, dan dikasihi oleh orang lain.

Setelah Gus Alif menyelesaikan bacaan ayat terakhir surat Yusuf sebagai mahar pernikahannya, kata sah menggema di dalam masjid. Bersamaan dengan itu, Adit melangkah pelan memasuki masjid membuat Alif menatap siapa yang datang.

♡To be continue♡

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro