Sembilan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Mmmhh... an hour to go!" seru Ata tak sabar.

Di depan semangkuk besar mie udon yang sudah kosong, Ata duduk sambil menepuk-nepuk perut yang sudah kekenyangan. Obi yang terikat kencang di perut membuatnya tak sabar melepas Kimono secepatnya. Cukup bersabar satu jam saja, masa-masa sebagai Geisha akan berakhir.

"Nggak nyaman banget ya pakaiannya?" tanya Joby setelah mengosongkan botol sake dengan ekstrak buah cherry.

"Bukan nggak nyaman sih, tapi aku nggak suka diliatin kayak gitu sama Om-Om." Ekor mata Ata menunjuk salah seorang pria tua yang duduk sejajar, hanya berpisah meja dari tempat mereka duduk. Pria tua itu menatap Ata penuh hasrat, layaknya singa kelaparan.

Setelah melihat si Om-Om genit yang dimaksud Ata, Joby mengubah posisi duduknya. Ia menggeser kursinya ke sisi Ata, duduk begitu dekat hingga tubuhnya hampir menempel pada tubuh wanita itu. Menjadikan tubuhnya sebagai tembok pembatas yang menghalangi pria tersebut memandangi rekan semejanya, sekaligus menjadikan wajahnya satu-satunya pemandangan yang bisa dilihat Ata.

Berusaha menyamarkan napasnya yang mendadak tertahan karena setelah diserang bau tubuh Joby yang begitu sedap, Ata berseru, "Ooohhh... jadi pahlawan kesiangan nih ceritanya?"

Joby tidak membalas dengan kata-kata, melainkan dengan mata yang berbicara lebih banyak daripada kata-kata bisa wakilkan. Sebuah sorot hangat, penuh kehati-hatian.

Hampir saja Ata jadi salah tingkah melihatnya.

Untunglah botol kosong di depan meja berhasil mengalihkan perhatian. Botol itu mengingatkan Ata akan permainan yang sedang mereka mainkan. Maka, ia memutar botol itu di atas meja. Botol berhenti dengan posisi mulut yang menganga menunjuk ke arah Joby, "Truth or Dare!"

"Dare!"

"Jangan pikir aku bakal kasih tantangan ringan setelah yang kamu lakuin, ya!" ancam Ata.

Setelah hampir setengah hari mereka lewatkan di distrik Gion, Ata mulai mengamati, memerhatikan, dan menganalisis kegiatan apa saja yang akan ia berikan pada Joby sebagai impas telah menjadikannya sebagai Geisha dadakan. Menjadi ninja dan menebas apel dengan samurai akan terlalu sederhana. Hukuman untuk Joby harus lebih dari itu. Maka, Ata memutuskan untuk:

"Antar aku ke tempat penyewaan naik Rickshaw !"

"Ah, gampang!"

"Kamu yang narik!"

"Apa!?"

Sebesar apapun daya bujuk Joby untuk membuat Ata berubah pikiran, tidak membuahkan hasil. Yang katanya perutnya masih kekenyanganlah, yang katanya jalannya terlalu menanjaklah, yang katanya udara terlalu dinginkanlah, semua alasan itu tidak berhasil membuat keputusan Ata goyah. Hingga akhirnya Joby yang menyerah. Tidak jauh dari tempat mereka menghabiskan makan malam, beberapa rickshaw berderet rapi menunggu pelanggan.

Seperti biasa, Joby ditugasi untuk melakukan negosiasi karena kemampuan berbahasa Jepangnya yang baik. Tapi entahlah pembicaraan mereka berisi tentang apa, karena Ata lebih banyak mendapati dirinya menjadi sorotan mata penuh makna dari Joby dan pemilik Ricksaw.

"Kalian gosipin aku?"

"Gimana nggak digosipin kalau cowok babak belur kayak aku bisa gandeng cewek secantik kamu. Jadi aku bilang aja sama dia kalau aku ini hanya seorang kekasih yang baru saja melindungi kamu dari penggoda," seloroh Joby.

Pujian bukan hal baru dalam kehidupan Ata. Tapi entah mengapa saat Joby yang mengatainya cantik, semburat merah bermunculan di wajahnya. Untung saja terselamatkan dengan makeup yang supertebal, jadi pria itu tidak harus tahu kalau Ata sedang blushing.

"Dia nggak tahu aja, kalau cantik-cantik gini ternyata kamu nggak laku. Jomlo!" ledek Joby menjulurkan lidahnya.

"Ih, Ronald!" sebuah jeritan manja lolos dari bibir Ata saat ia dengan akrabnya mendaratkan cubitan di perut Joby. Yang dicubit mengaduh, sambil menahan tawa sekaligus kesakitan karena luka di dekat bibirnya yang menganga.

Menyadari kesakitan Joby, refleks Ata meniup pelan bagian bibir Joby hingga membuat napas pria itu tertahan. Ata baru menyadari kalau ia sudah memupus jarak terlalu banyak saat mendapati bahwa dirinya bisa melihat bulu mata panjang nan lentik milik pria itu. Bulu mata yang potensial membuat bulumata badai Syahrini tersaingi.

Saat bulu-bulu mata itu melambai, mata Ata ikut berkedip.

"S-Sakit?" tanya Ata dengan suara tertahan. Masih dari jarak yang membuatnya jantungan. Inikah debar yang dirindukannya itu?

"Dikit," suara Joby ikut tertahan. Lupa dengan semua kesakitannya karena terlalu terpesona melihat sosok perempuan bak boneka porselin di hadapannya.

Ata menelan saliva, mencoba menormalkan suaranya, "Padahal udah diolesin salep, apa perlu ke dokter?"

Joby menggeleng, "Ditiup lagi aja."

Ada dominasi aroma stroberi bekas minuman yang baru saja ditenggak Ata memenuhi udara saat embusan napas perempuan itu menyapu permukaan kulitnya. Ada bulu roma yang meremang di sekujur tengkuk Joby saat memerhatikan pemilik bibir. Ada keinginan gila untuk mencicipi sisa stroberi yang tertinggal di bibir itu.

Dan....

Ada kesadaran yang kembali saat kantongan kertas seseorang terjatuh tepat di sebelah Ata berdiri. "Shumimasen," gumam orang itu saat memungut kantong kertasnya lantas berlalu. Ata memundurkan wajahnya. Memutar tubuhnya untuk naik ke atas Rickshaw. Duduk sedikit kesulitan karena pakaiannya yang ribet.

"That was... very helpfull," gumam Joby saat membantu Ata duduk. Membantu aku jadi gila, tambah Joby dalam hati.

"Oh ya? Ajaib banget ya. Mungkin aku bisa pertimbangkan untuk buka klinik di Indonesia nanti, siapa tahu dengan embusan napasku banyak orang yang terluka akan terobati otomatis."

"Kalau gitu aku harus beli klinik kamu, supaya bisa memonopoli kamu."

Ata harus berusaha mati-matian menormalkan debar jantungnya, sebelum mulutnya mampu menyuarakan kalimat, "Kayaknya aku harus mulai pikirin harga dari sekarang, untuk investasi jangka panjang."

Gimana kalau aku beli kamu aja sekalian? Untuk jadi teman hidup?

PLAK!!!

Joby menampar pipinya sendiri. "Apa sake yang ada ekstrak buahnya yang kayak kita minum tadi kadar alkoholnya tinggi? Aku kayaknya mulai mabuk!"

***

Mempersiapkan diri menjadi Geisha dadakan menjadi perkara sulit karena begitu banyak yang harus dipersiapkan, namun melepaskan gelar Geisha dadakan ternyata tidak lebih mudah. Perhiasan, tata rambut, dan busana mungkin mudah untuk ditanggalkan. Tapi kenangan yang baru saja diciptakannya... bagaimana Ata bisa melupakannya begitu saja?

Tidak ada foto, tidak ada saksi, tidak ada bukti yang bisa dibawa untuk bisa mengenang hari ini di masa depan. Tidak seperti tiara yang mengingatkan Ata pernah menjadi Putri Nusantara. Tidak seperti deretan piagam yang mengingatkan Ata pernah memenangkan sejumlah perlombaan. Tidak seperti sample poster yang mengingatkan Ata pernah menjadi model.

Joby datang tepat setelah mengubah penampilannya kembali normal, sambil menenteng sebuah plastik besar.

"Reward! Aku tahu nggak mudah jadi Geisha. Aku rasa kamu pantes dapet hadiah." Joby menyodorkan kantong plastik yang ditentengnya.

"Apa ini?" Ata menyambut pemberiannya.

"Buka aja."

Sepasang sepatu kets berwarna putih dengan aksen garis-garis ungu saling bersilang tersimpan rapi di dalam kotak.

Ini dia! Ata tersenyum lebar. Setidaknya Ata punya sesuatu yang akan mengingatkannya akan hari ini suatu hari kelak. Sesuatu yang membuat Ata ingat kalau ia pernah merasakan waktu berjalan terasa lebih cepat.

"Mestinya aku bela-belain belajar nari, nyanyi atau apalah supaya mirip Geisha beneran, ya. Mungkin kamu bakal kasih hadiah yang lebih dari ini," celetuk Ata saat memakai sepatu yang ajaibnya pas sekali di kakinya.

"Aku curiga bakal ngasih yang lebih dari ini hari ini, kadang-kadang aku susah nahan diri," kata Joby dengan suara mendesah. Wajahnya didekatkannya dengan memasang tampang mesum.

Ata bergidik ngeri.

Takkkk!!! Joby menjitak kening Ata yang otomatis membuat Ata menjerit kesakitan.

"Itu dia, bonus! Aku nggak bisa nahan diri untuk jitak kepalamu, Weekkk!!!" Joby menjulurkan lidahnya.

Saat Ata ingin membalas jitakan yang sukses membuat jidatnya memerah itu, Joby langsung menepis tangan itu dan berlari secepat kilat. Ata mengejarnya, hampir tertangkap dan entah kapan Joby mengubah haluan hingga ia gagal menangkapnya.

Ata memutar arah lagi untuk mengejar, namun Joby berlari lebih kencang lagi. Jadilah mereka persis kucing dan anjing main kejar-kejaran.

*Rickshaw adalah alat transportasi ringan beroda dua yang dirancang untuk membawa satu atau dua penumpang. Secara tradisional, rickshaw ditarik menggunakan tenaga manusia.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro