Tears of Blood

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng







Tetesan embun timbul di atas daun muda tumbuhan menjalar, satu dua cabangnya mulai muncul mencuat ke udara yang disinari oleh cahaya matahari pagi yang masuk melalui jendela besar di sebrangnya. Kemarin sempat layu, sehingga ku pikir akan mati kekeringan tak di rawat, tapi akibat rasa iba oleh Alea, tumbuhan itu kembali bangkit dan berhasil berjuang hanya dengan segelas air keran tengah malam yang Alea berikan.

nasibnya nyaris sekali, bergantung pada si pemabuk cantik.

"Kenapa? Kaget bisa tumbuh lagi?" Alea mengejeku, sadar bahwa aku berdiri dalam diam memandangi tumbuhan merambat pada pojok ruang makan milik cezka. baru bangun dari tidur aku langsung berdiri di depan tumbuhan menjalar ini, bertanya tanya mengapa ia masih bisa tetap hidup. 

"Gue kira bakal mati, udah ngucapin perpisahan padahal" jawabku dengan sedih.

Alea berjalan menuju kulkas, mengambil sebotol wishkey yang masih tersegel dan membawanya ke atas biling samping wastafel untuk membukanya. "Pikiran lo, Ann. Pesimis." katanya

Mendengar kalimat sok bijak itu, aku tertawa merendahkanya. "Kata orang yang pernah mau bunuh diri karena di tinggal cowo, pesimis gak bisa hidup bahagia lagi"

Alea menarik alat pembuka wiskey, hingga menimbulkan suara plop!

"Satu sama" lanjutnya dengan mengedipkan matanya padaku.

Aku memandanginya terheran heran dari atas hingga bawah, untuk seorang Alea yang gampang kepanasan, agak heran melihatnya pagi pagi dengan pakaian formal tertutup penuh jaket bulu seperti ini.  "Kerja lo di kutub setalan? sejak kapan pindah?"

Perempuan itu menyodoran botol wiskey nya kepadaku, "nih, minum susu dulu" 

 aku membuang muka, meninggalkanya dan menuju meja makan bertema seperti bar-bar di caffee, permukaan meja di topang penuh oleh kaki kaki pilar di bawahnya yang bisa di fungsikan sebagai lemari besar, aku ingat dulu cezka pernah mengagetkanku dengan bersembunyi di bawah sana, entah diisi apa sekarang lemari itu, kemarin sempat aku tarik pintu lemarinya karena seperti terdengar suara decitan tikus di dalam sana, tapi pintunya terkunci, entah terkunci atau macet. hal itu aku segera lupakan karena aku tidak suka dengan hewan hewan seperti tikus, mending tidak usah tahu tapi pada harus mencari tau dan melihat tikus.

di tengah meja seperti biasa, sudah tersiap bubur dan sarapan lainya sejumlah kami yang selalu menginap dirumah cezka. Aku tidak tahu sejak pukul berapa pembantu di rumah cezka menyiapkan sarapanya, sepagi apapun aku bangun, pukul 6 selalu sudah siap bubur di meja sana. 

Alea ikut duduk di sebrangku, dengan sebotol miinumanya yang ia taruh di depanya, meneguknya beberapa kali dengan santai, sepertinya tidak ingin merusak riasan bibirnya. "gue hari ini ke california, lusa udah balik lagi. udah bilang ke cezka" lapornya kepadaku, menjadi alasan kenapa ia memakai pakaian tertutup formal dengan jaket putih bulu-bulu.

oh aku tidak mau tau apakah itu bulu hewan sungguhan atau tidak, jawabanya sama sama membuat bulu kuduku merinding. dulu cita-citaku menjadi dokter hewan karenanya.

kepalaku mengangguk angguk, tanganku bergerak menyuap semangkuk bubur perlanan, memakanya tampa tenaga. pagi ini rasanya mengantuk sekali, sendi sendi pungungku nyeri tampa sebab, bangun pada pagi hari ini rasanya seperti sehabis melakukan lari maraton keliling gbk 70 kali, tubuhku benar benar tidak nyaman. ide ide seperti  tidak masuk kerja dan duduk di ruang kerja ayah cezka serambi menemani cezka sepertinya terlihat nyaman, ya tapi si sialan itu, seniorku di perusahaan ayah, malah memajukan jadwal meeting dengan para perusahaan material hari ini, mau tidak mau akupun harus berangkat ke kantor walau mungkin datang dengan telat. 

Cezka datang, komplit kini sudah kami duduk berbincang ringan di pagi hari ditemani bubur dan rasa ngantuk. aku melihat eyebag cezka semakin jelas, bibirnya semakin pucat, penampilanya seperti ibuku ketika di baringkan dalam peti, sama sama pucat. 

"tapi, Alea lo kenapa tiba tiba banget ke california? bulan ini seharusnya udah kan buat kunjungan rutin ke club sana?" tanya cezka mengangkat topik baru. 

Alea mendesah panjang, pundaknya menurun loyo. "ada masalah dalam distribusi produk dari sana ke indonesia, jadi harus gue urus langsung di california" katanya. "masalahnya penting"

tiba-tiba teringat berita yang keluara dari line today semalam, "kenapa? distribusi wanita hiburan import lo ke gap di batam ya?" tanyaku langsung

cezka menaikan alisnya, "wanita hiburan? bukanya produk wine yang dilarang masuk indo?" tanya cezka,

karena ada dua informasi yang berbeda antara aku dan cezka, kami berdua langsung menoleh pada si pelaku utama untuk meluruskan apa yang terjadi. 

Perempuan itu meneguk minumanya sekali sebelum menatap kami dan mulai membuka bibirnya, "salah semua, itu emang penjualan manusia. ah bangsat pagi pagi bikin sebel aja itu semua, orang orang di batam pada gak becus goblok banget. kegap sama polisi laut"

aku dan cezka beroh ria, alasan kemarin alea cemberut hingga mau menangis.

"kenapa gak pakai kontainer, lo pake kapal nelayan ya? rawan njing le. ngapai iba segala, ujung-ujungnya mati juga, berakhir dagingnya di atas piring cantik punya bapak besar ketua negara" ujarku berceloteh

cezka tertawa lepas kala itu, mungkin pertama kalinya aku melihatnya tertawa setelah kejadian yang menimpanya. "jangan lupa, pak sekretarisnya penyuka daging kucing."

"orang orang kaya mereka emang udah gila, goblok." lanjut alea ikut tertawa. lalu mata alea menatapku, "btw kenapa pake kapal nelayan soalnya kontainer minggu ini lagi ada pemeriksaan rutin sama beacukai, jadi nekat gue bawa tubuh tubuh itu pake kapal nelayan"

aku menyeringit heran, "tumben banget beacukai ngurusin kontainer?"

"nah, itu. tumben banget, pasti ada sesuatu kan. makanya gue ke california sekalian chekup bisnis disana, bener gak tuh bisnis nya jalan, takutnya ada sesuatu bau yang keluar dari bisnis gue makanya beacukai jadi kurang kerjaan kaya gitu. " tutur Alea serius, 

Cezka mengangguk mengerti, tatapnya kini memandang alea dengan serius. "Hati-hati, Le."

perempuan itu menganguk santai, ia kembali bertanya kepadda kami sebelum harus menggeret kopernya dan masuk ke dalam mobil menuju bandara pagi hari ini. "mau nitip apa nih? Diva Vodka?"

aku mengacungkan jempolku cepat-cepat, "GUAAA MAUUU!"

namun, wishkey itu tidak pernah datang selamanya. 


__________



Badanku semakin sakit, sendi sendi ditubuhku seolah semakin nyeri. pelumas antara pengubungnya seperti habis, olinya kering. akibatnya untuk menggerakan tanggan dan kaki dalam menyetir saja aku harus meringis. aku akan benar benar pulang setelah meeting sialan itu. 

perjalanan dari rumah cezka menuju kantor ku sedikit jauh, terlebih jalanan utama di tutup karena tumbanganya pohon besar, batang pohonya menghalangi jalan. mau tidak mau aku harus memutar lebih jauh, jauh untuk menyetir dalam kemacetan ditambah tubuhku yang ringsek seperti ini. 

di jalan aku ditelfon oleh margareth, ibu terus bertanya apapun kepadaku, bagaimana keadaaan cezka, keadaan alea dan teman-temanku. ia juga bertanya soal apakah tim yang di perintahkan untuk menjagaku masih bekerja dengan baik. aku menjelaskanya dengan santai, ibuku juga sepertinya sedang santai dan mungkin ia ingin berbincang denganku, kemarin ia harus berada di papua untuk misinya, jadi baru sempat kami mengobrol. 

aku menjelaskan kabar cezka, tidak baik ataupun tidak terlalu buruk, tapi sepertinya memang buruk. Alea, rachel dan kabar jeannette yang masih menghilang. ibuku berceramah soal jeannette yang tidak mungkin meninggal, ibuku lalu menyebutkan seberapa kuat jeannette sendiri, bahkan katanya jeannette lebih kuat dari dirinya. 

soal tim yang untuk menjagaku, masih bekerja dengan baik. 5 orang itu kini mengikuti kemanapun aku melangkah, bahkan walau aku menyetir sendiri, dua mobil sedan yang masih menjagaku. bahkan dirumah cezka sendiri, tim itu ikut menyatur dengan sekuriti rumah cezka. 

panggilan telfon kami harus terputus karena mobilku harus memasuki besment parkiran kantor, dan juga karena aku sudah sampai kantorku, aku juga berjanji selepas meeting akan pulang kerumah sebentar untuk bertemu margareth. 

aku gemar parkir di ujung besment, walau jauh dari pintu masuk besment dan pintu menuju lift utama, tapi parkiran yangkugemari ini dekat dengan lift belakang, lift ini akan membawaku dekat dengan ruang kerjaku, tidak sejauh aku kalau menaiki lift utama, aku harus berjalan melewati aula utama dan kantin sebelum masuk dalam ruanganku. 

memang jarang sih yang menaiki lift belakang, hanya orang-orang seperti ob ataupun orang orang kecil. 

lagu semangat dari john deventer tentang iam leaving on a jet plane masih terputar dalam mobilku, ini lagu kesukaan ku, sejatinya kesukaan bunda, karena aku menyukai segala tentang bunda maka aku juga menyukai lagu ini. lagunya mengalun dengan indah, seolah aku hidup di mimpi paling indah yang bisa kubayangkan , dimana bunda masih bernyawa. 

aku terjatuh dalam lagu itu, sehingga tidak sadar bahwa sam mengetuk kaca mobilku beberapa kali, dengan ekpresi paling pucat dan khawatir miliknya. 

"apa?" tanyaku mendesak dirinya.

ia membungkukan tubuhnya, memencet alat earpeace di telinganya entah untuk apa. "Kak, baru saja bandara di boikot sama teroris"

mendadak, otaku berhenti bekerja. 

Sam melanjutkan, "bagian bandara terminal 3, sudah terjadi pengeboman, Kak Alea sudah di amanin di terminal 1, tapi info dari orang kita, teroris mulai bergerak ke terminal 1" 

jangan, jangan lagi. 

nafasku berderu, tubuhku gemetar dan mulai mendengin seketika. "orang-orang kita gimana? bawa alea keluar dari sana." tampa di sadari, suaraku bergetar.

Sam mengigit bibir bawahnya dengan erat, "penjaga kak Alea tumbang, bersisa macan hitam dan hamburger, tapi sekarang keduanya sudah tidak bisa di hubungi."

pria ini melanjutkan, "kita yang paling dekat dengan lokasi"

tampa harus berfikir panjang, sebuah kesalahan terbodoh yang pernah aku lakukan terjadi. "Semuanya kesana, tim black kesana semua" ujarku lantang, menatapnya dengan serius sehingga membuat keluhanya tertutup, mulutnya kembali mengatup dan menganguk. 

Sam berdiri dengan tegak, menaruh kepalan tanganya di depan pundaknya sebagai hormat. "Saya akan membawa seluruh tim menuju lokasi,"

tidak perlu lama dua mobil sedan yang ikut terparkir di sekitar mobilku melaju dengan cepat keluar dari besment, saking cepatnya decitan dan bekas ban tergores di lantai. tapi dari pada itu, aku bahkan sulit untuk bernafas, sendi sendi di tubuhku yang nyeri kini semakin terasa sakit, jantungku mempoma darah dengan berlebihan, otaku ku paksa berfikir jalan keluar.

jangan, jangan sampai telat lagi seperti jeannette. 

wajahku mendengak kembali memandangi jalan keluar dari besment, apakah aku harus ikut ke lokasi? memastikan alea selamat dengan tangan ku sendiri?. 

tapi persetanan, untuk mengambil tasku di kursi samping saja aku meringis sakit pada pungungku, persetanan dengan tubuhku yang mendadak pegal pegal nyeri tidak tertahan seperti ini! bagaimana aku bisa melayangkan pisau jika seperti ini?!

Aku menarik nafasku dalam-dalam, kecemasan tidak membuatkan hasil, aku harus mengatur nafasku dan membuat otaku menjadi dingin, supaya bisa berfikir dengan jernih. 

mataku yang terpejam kini harus terbuka akibat ketukan dijendela, lagi. 

kali ini bukan sam, bapak-bapak dengan jaz kantor pada umumnya, pakai kacamata kuno yang membuatku mengingat kepada sekretaris ayahku. 

aku tidak tahu dia siapa, tapi aku ingin dirinya pergi jauh-jauh.

"ya?!" tanyaku galak, menurunkan kaca mobil hanya 4 cm. 

bapak-bapak ini tersenyum ramah walau sudah diberi tatapan jengkel olehku. "maaf, mba. itu plat nomer mobilnya, jatuh di belakang. takut kelindes kalau gak diamankan lebih dulu"

SIALAN.

HARI TERBURUK!

mobil sialan, mobil kuno, besok besok ku ganti mobil jelek ini. BISA BISANYA PLAT NYA JATUH? MEMALUKAN SEKALIII PADAHAL BARU KU BELI KEMARIN LUSAAA!

dengan bodoh, aku turun dengan emosi yang meningkat, merasa bersalah dengan bapak-bapak barusan yang aku semprot dengan emosi. 

sepatu haku melangkah dengan tegas menuju belakang mobil, dimana lampu mobilku masih menyala, mesin mobilku masih menyala sehingga satu satunya suara kini hanya suara mesin mobilku diantara sepi dan gelapnya besment.

satu hal yang baru ku ingat,

mobilku baru,

belum ada plat nomernya. 















SWUSH!

DOR!

kini peluru melesat cepat melewati ujung mataku, meleset akibat sisa sisa kesadaraanku yang mulai terkumpul.

sebelum aku bisa berlari masuk ke dalam mobil, lima orang dengan pakaian hitam penuh dari atas sampai bawah sudah berlari dengan cepat seperti ninja ninja pada anime yang morgan tonton, meloncat dari mobil satu dan satunya, tujuan 5 orang ini sama, ke arahku.

aku bodoh, sangat bodoh. 

baru kusadari bayangan aneh di depan kakiku saat makan pagi tadi, itu bukan tikus ataupun bayangan tanganku. melainkan baju, baju kaos yang mencuat keluar dari sela sela pintu lemari.

si pelaku, bersembunyi di bawah meja makan rumah cezka. entah sejak kapan, lalu bubur itu. bubur itu sudah bukan sekedar bubur, aku jadi tahu alasan tiap tiap hari sendi sendiku nyeri. 

CEZKA HARUS LARI, KARENA RUMAHNYA SUDAH TIDAK BUKAN SEBUAH BENTENG LAGI. 

selain cezka, sepertinya aku juga harus lari dengan tubuh yang sudah diracuni sejak minggu lalu.




_______





































Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro