LAYAR 6

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kak Gusti?"

Gelas di tangan Gusti terlepas dan hancur berkeping-keping. Niki makin curiga ada yang tidak beres. Senyumnya perlahan memudar, perempuan di depan Gusti juga salah tingkah.

"Nik, ini bukan seperti yang kamu lihat." Gusti mencoba membela diri.

"Lalu kenapa kalian gugup? Sepertinya memang tidak ada yang perlu dijelaskan." Jelas-jelas tadi Niki lihat Gusti menggenggam tangan perempuan itu. Bukan genggaman biasa, tapi genggaman lembut dan itu bukan genggaman seorang teman.

Niki memilih pergi. Menuju kasir dan membatalkan semua pesanan. Sialnya, dia lupa belum pesan taksi atau ojek online. Saat menoleh ke belakang ternyata Gusti mengejarnya. Niki tidak mau bicara sekarang. Paling tidak untuk sementara. Emosi masih kuat menguasainya.

Gusti hampir sampai. Tiba-tiba ada mobil datang tepat di depan Niki.
"Masuk!" perintah orang di dalamnya.

Niki melihat siapa yang menyuruhnya, berharap mungkin saja teman yang lewat.

"Pak Ran? Saya ...."
"Cepat masuk! Kecuali kamu mau bicara sama dia." Ran menunjuk Gusti yang berlari ke arah Niki.

Tanpa pikir panjang Niki masuk ke mobil. Dan segera meluncur pergi sebelum Gusti meraih tangannya.

***

"Kebetulan sekali, ya." Niki membuka pembicaraan yang hening sejak lima belas menit lalu.

Ran hanya melirik sekilas tanpa banyak menanggapi. Mobil memasuki sebuah kafe yang lebih mewah sepertinya.

"Saya turun di sini saja, Pak. Terima kasih sudah bantuin saya barusan." Niki bingung karena Ran tidak berhenti. Tidak mungkin kalau dia tidak mendengar suara Niki. Mereka hanya berdua dalam mobil tanpa backsound musik sama sekali.

"Pak ...." panggil Niki lagi.

"Kamu bisa diam nggak, sih? Aku belum makan, dan aku mau makan di sini." Respon yang membuat lawan bicara merasa kesal.

"Tapi saya nggak mau makan, Pak. Makanya begitu tadi mobil belok ke sini saya minta turun."

"Niki Magenta, bisa menuruti saya? Saya atasan kamu. Bisa turuti saya?"

Niki tidak mau debat lagi. Sudah cukup di toko saja hal itu terjadi. Di satu sisi dia tentu saja senang di ajak makan bareng. Tetapi apa Ran juga akan membayar semua makanannya juga? Pertanyaan yang konyol. Ran tidak akan membiarkan image-nya rusak.

Niki menyerah, daripada menghabiskan tenaga buat debat lebih baik makan. Perutnya memang sudah melilit dari tadi. Dengan sadar diri, Niki memesan makanan yang mampu dia bayar. Hanya untuk berjaga-jaga Tetapi makanan yang datang lebih dari yang dia pesan. Ran juga bersikap biasa saja.

"Kamu butuh makanan untuk bisa melawan orang-orang seperti yang ngejar kamu tadi. " Ran menyantap makanannya dengan lahap.

Niki menghela napas berat. Lalu mengambil suapan pertama dan suapan berikutnya. Niki hanya mengambil makanan sedikit dari sekian banyak yang dipesan. Tanpa banyak bicara, Ran mengambil beberapa lauk dan dimasukkan ke piring Niki. Baiklah, Niki tidak akan protes. Kali ini dia hanya tidak ingin ribut di depan makanan.

***

Hari ini lima hari sejak kejadian di kafe itu. Gusti belum menghubungi Niki. Dia belum tahu harus bersikap seperti apa saat bertemu nanti. Satu hal yang pasti Gusti adalah kekasih hati yang dipercaya, dicinta sepenuh hati yang Niki bisa. Namun kenyataan pahit terjadi, Gusti berbohong dan khianat padanya.

"Kalo jalan bisa fokus nggak?" Niki tersadar dari lamunan. Ternyata dia jalan sambil melamun, sampai tidak tahu ada Ran yang berjalan berlawanan arah dengannya.

"Maaf, Pak."

Ran mendekati Niki, lalu berbisik di dekat telinganya. "Saya paham kamu sedang ada masalah. Setelah ini saya nggak mau lihat kamu seperti ini. Kalau perlu saya datangi pacar kamu itu."

"Untuk apa, Pak?"

"Untuk minta dia lepasin kamu."

Niki menatap tidak percaya ke dalam mata atasannya itu. Makin lama makin tidak jelas saja.

***
Alhamdulillah
Akhirnya bisa up setelah seminggu absen. Maafkan, keterlambatan saya, baru saja selesai mengurus Ibu mertua yang sakit, masuk rumah sakit dan Selasa lalu beliau meninggal dunia.😢

Dampingi saya terus ya, hingga cerita ini tamat sesuai jadwal. Aamiin.

Selamat membaca. Makasih.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro