20. Mon Caramel

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

'I just wanna get to know you, but don't don't turn around cause that pretty round thing looks good to me.'

-Bobby V-

***

"Lihat, siapa yang datang terlambat," ledek Alexia bersedekap, melayangkan pandangan tajam kala menyambut kedatangan Ryder di studio. "Lima belas menit sangat berharga, Ice prince."

Otomatis Ryder memutar bola mata dan tidak mengelak kesalahan yang diperbuat setelah semalam menghabiskan waktu di bar bersama teman-temannya. Beruntung Ryder tak sampai mabuk parah sehingga sempat sekaligus dalam posisi sadar membeli macaron Pierre Marcolini. Ryder mengeluarkan kotak memanjang berwarna putih berhias garis-garis keemasan dan memberikannya kepada Alexia.

"Untukmu," kata Ryder menyodorkan kotak cokelat itu.

Alexia tertegun cukup lama dan menerima pemberian tersebut. "Kau menyuapku dengan ini?"

"Bukannya kau kemarin marah-marah?" sindir Ryder. "Kubawakan macaron supaya suasana hatimu baik. Kita latihan agak keras hari ini," jelasnya. "Sorot matamu kemarin seperti ingin membelah kepalaku."

Mau tak mau Alexia tersenyum mendengar humor Ryder. "Thanks."

"Di mana Thomas?" tanya Ryder membuka loker dan memasukkan barang-barangnya ke dalam sana. Dia berjalan menghampiri Alexia seraya meregangkan lengan dan kaki. "Aku berharap punya waktu untuk pemanasan supaya kuat mendengar omelannya."

"Beli kopi," jawab Alexia dan tak lama pelatih mereka muncul membawakan tiga gelas kopi.

"Shit," desis Ryder. "Sorry, aku terlambat, Tom."

"Sudahlah." Thomas menghela napas kasar tak mau memperpanjang masalah. "Tinggal kau yang belum pemanasan." Dia meletakkan kopi tersebut di atas meja.

"Oke, oke." Ryder melakukan apa yang diminta Thomas sementara pelatihnya berbicara kepada Alexia mengenai apa saja yang perlu diperhatikan dalam ajang skating berpasangan.

Gadis berambut kepang itu memerhatikan saksama penjelasan Thomas walau secara garis besar tahu banyak perbedaan yang sangat mencolok antara skater individual maupun berpasangan bahkan skater dancing. Intinya ada elemen wajib yang harus ditampilkan di program pendek maupun program bebas dengan landasan yang berbeda-beda untuk lift dan twist lift. Sebuah tantangan baru bagi Alexia karena tugasnya harus menaruh kepercayaan penuh kepada Ryder yang akan melambungkannya ke udara. Manalagi risiko yang dihadapi juga jauh lebih besar dibandingkan main tunggal atau tari skating berpasangan.

"Jangan lupa saranku tentang berat badanmu, Lex," tambah Thomas di akhir penjelasannya sembari sesekali melirik ke arah Ryder. "Sementara waktu, lebih baik tidak ada makanan dan minuman selama latihan. Tidak ada makan bebas di akhir pekan."

"Apa?" Alexia hendak membela diri karena pengembalian energi selepas berlatih sangat diperlukan daripada mendadak pingsan di tengah jalan. "Tapi--"

"Tidak ada bantahan, ini demi kebaikanmu, Lexi. No more water and foods," tukas Thomas memperingatkan. "Pairs lebih susah dari bayanganmu, Nak."

Alexia terdiam dan hanya melenggut meresapi setiap kata-kata Thomas, termasuk masalah berat badan. Begitu Thomas berbalik tuk mengawasi Ryder, Alexia mengamati dirinya di cermin latihan studio. Selama masa pengobatan, tidak dipungkiri nafsu makannya jauh lebih baik dibanding sebelum dosis dinaikkan oleh dokter. Walhasil, berat badannya sudah menyentuh angka normal dan dirinya tampak jauh lebih bugar dibanding dulu.

Jika seperti ini, apakah dia harus berkonsultasi kembali demi menuruti permintaan Thomas? Bagaimana jika Alexia mengalami fase tak mengenakkan seperti waktu itu?

Pandangannya tertuju pada lekuk tubuh bagian bawah, terutama paha. Ini karena gen yang diturunkan dari pihak ibu, sehingga berat badannya mudah naik. Dulu sewaktu sekolah, dia pernah dipermalukan oleh teman-temannya sebagai babi gemuk dari Wiltshire, hanya karena bentuk paha dan pinggul Alexia agak lebar daripada anak-anak lain walau ditunjang tinggi yang ideal.

Apa di mata Thomas tubuhku ini terlihat gemuk? Apa Ryder juga sama?

"Hei!" panggil Ryder membuyarkan lamunan panjang Alexia. "Ayo, latihan!"

Alexia melenggut, perasaannya mendadak tak enak memikirkan kalimat Thomas yang benar-benar membebani benaknya. Dia merasakan perutnya melilit saat pikiran-pikiran negatif lmenyergap tanpa memberi jeda. Dia menerka-nerka, bagaimana jika Ryder mengangkat tubuhnya terasa berat? Bagaimana jika lelaki itu kesusahan dan Alexia gagal? Bagaimana?

Tubuh Alexia menggigil, kepalanya terasa pusing, namun tatapan penuh tuntutan yang dilayangkan Thomas kepadanya mengharuskan dirinya menurut. Walau tidak dipungkiri hati kecil Alexia begitu ingin memberontak tak terima dikekang terus-menerus. Sementara Ryder mengerutkan alis menangkap gelagat aneh yang terpancar dari raut pucat Alexia.

"Are you okay?" tanya Ryder langsung menarik tangan kanan Alexia yang terasa dingin.

"I-i'm fine," jawab Alexia tergugu, melepas paksa genggaman Ryder di tangannya.

"Well ..." sela Thomas. "Hari ini kita akan mencoba trik lift, seperti yang kau tahu, Lex, gerakan ini ada lima kelompok. Yang pertama, Ryder akan mengangkat tubuhmu. Posisimu di depan Ryder beberapa detik sebelum berputar dan membawamu ke atas. Sebelah tangan Ryder menahan ketiakmu, Lex, sebelahnya lagi memegang tanganmu. Nah, kedua tanganmu memegang pundak Ryder dan kakimu terbuka lebar, paham? Ini gerakan dasar tapi tetap harus diperhatikan saat mendarat di ice rink. Ingat, tidak ada axel atau yang lain, hanya pendaratan dasar," terangnya panjang lebar.

Alexia mengangguk setuju. "Oke, let's try."

Ryder mengisyaratkan Alexia untuk memutar badan lalu mendekat sehingga tidak ada jarak yang tercipta. Tangan besar Ryder merengkuh pinggang ramping gadis itu sembari mencuri-curi semerbak wangi manis yang menguar dari kulit leher juga rambut Alexia. Sudut bibirnya tertarik, mengabadikan aroma memabukkan yang tidak ingin dihilangkan dalam ingatan.

"Siap, Sugar?" bisik Ryder dalam hati membenarkan diri memberi panggilan kecil untuk gadis kurus tersebut.

Gadis itu melenggut lalu membalikkan badan berbarengan tangan Ryder mengangkat Alexia dan menahannya tepat di ketiak kanan. Ryder yang sudah hafal gerakan ini, berputar membayangkan berada di atas arena seluncur selanjutnya menurunkan Alexia diakhiri tangan saling menggenggam dan merentang jauh.

"Good, good," puji Thomas. "Kau kurang rileks, Lexi, jangan terlalu tegang." Dia menepuk bahu Alexia agar meregangkan pundak. "Coba sekali lagi."

Mereka mengulang gerakan itu sekali lagi dan Alexia mampu melakukannya sesuai perintah Thomas. Namun, tanpa disadari sang pelatih, Ryder menangkap sesuatu yang abstrak terpancar di raut muka Alexia. Walau bibir gadis itu menyunggingkan senyum, entah kenapa Ryder melihatnya sebagai sebuah keterpaksaan sementara sinar mata biru Alexia tak berapi-api seperti biasanya.

Sesaat, pandangannya bertemu sebelum Alexia memutus kontak tersebut. Ryder ingin bertanya sekali lagi, tapi ditahan daripada tidak mendapatkan jawaban sesuai yang diharapkan. Entah apa lagi yang meresahi gadis itu, batin Ryder.

Mereka berlatih sampai empat tingkatan lift tuk sementara waktu. Itu saja beberapa kali Alexia terjatuh ketika mencoba lift ketiga dan keempat. Level yang sedikit sulit dibandingkan pertama dan kedua karena pada bagian ini, dia harus bergerak dan berputar berbarengan tangan Ryder menahan beban tubuh.

Tentu saja pikiran mengenai tuntutan Thomas menyergap Alexia. Dia benar-benar ragu apakah Ryder mampu membawa tubuhnya ke atas atau tidak. Oleh sebab itu, Alexia gegabah sampai akhirnya jatuh menimpa Ryder.

Lengan Ryder mendekap erat tubuh Alexia dan refleks sebelah tangannya melindungi tengkuk kepala sang partner. Untuk beberapa detik, dia kembali merasakan wangi manis yang terselip di ceruk leher jenjang Alexia. Dalam hati, ingin sekali Ryder membenamkan dirinya di sana, menyesap kuat aroma karamel berbaur cokelat yang memabukkan. Bahkan imajinasi kotor Ryder membayangkan bagaimana seandainya dia memberi jejak kemerahan di leher Alexia sekaligus mendengar erangannya.

Sedangkan di satu sisi, Alexia mendengar debaran jantung Ryder tengah bertalu-talu bagai genderang dan pelukan erat seakan-akan tidak ingin dilepas. Dia mengerutkan alis lalu melepaskan diri dari tubuh Ryder yang justru berlawanan dari lelaki di bawahnya.

Sebagai pelatih yang pernah menjadi atlet, Thomas berdehem mengetahui ada sesuatu sedang terpercik di antara dua manusia keras kepala di depannya. Dia tidak ingin Ryder maupun Alexia terpecah fokus gara-gara terlibat Asmara seperti para skater lain. Hal seperti ini sangat merugikan sebab bila suatu hari mereka terlibat percekcokan pasti merambat ke kompetisi.

Persis sebelum Cherry tewas, batin Thomas.

"Beristirahatlah setengah jam," perintah Thomas saat Alexia akhirnya terlepas dari rangkulan Ryder. "Setelah itu kita latihan lagi. Ada banyak koreksian untukmu, Lex!" tunjuknya lalu melenggang pergi ke luar studio.

Tanpa mengatakan sepatah kata, Alexia ikut mengekori sang pelatih bermaksud meminta penjelasan lebih jauh mengenai tuntutan berat badan itu. Dia berpendapat kalau sejauh ini tidak ada masalah dengan bobot tubuhnya yang sudah dinilai normal oleh sang psikiater.

"Tidak ada yang salah denganmu, Dear. Tubuhmu adalah milikmu, kau tidak bisa membiarkan orang lain mengaturnya lebih jauh. Kau yang lebih paham sebatas mana kemampuan dietmu, Miss Ross."

"Lex!" panggil Ryder mengejar Alexia yang sudah mencapai ambang pintu. "Hei, kau baik-baik saja? Kita perlu bicara."

"Tidak ada yang perlu--"

"Aku bisa merasakanmu walau kau tidak mau bercerita, Little love," sela Ryder mengurung Alexia dengan kedua lengannya. 

Aku tahu kemungkinan besar masalahmu karena adikmu.

Dia menatap dalam-dalam iris biru terang gadis pirang ini, mencoba mengurai rahasia lain yang sedang disembunyikannya rapat-rapat. Selama ini feeling Ryder tidak pernah melesat, begitu pula ketika mendiang Cherry mengelak tentang cedera kakinya. Sekarang, hal serupa terjadi lagi dan Ryder harus memastikan kebenarannya. Benarkah Alexia bersikap demikian karena masalah keluarga?

"Bukannya sudah peringatkan jangan--"

"Kau tahu terkadang bibirku tak bisa dikontrol," potong Ryder merendahkan suaranya dan menilik pantulan dirinya di balik iris biru terang Alexia.

"What do you want?" tanya Alexia seolah terkunci oleh tatapan Ryder. Suaranya ikut-ikutan rendah sekaligus serak seakan-akan ada gumpalan besar menghambat kerongkongannya.

"I want you." Suara Ryder terdengar bagai bisikan sensual manakala pandangannya turun ke bibir Alexia. Dia meremas tangannya yang menempel di pintu, menahan diri agar tidak meraup bibir itu.

Mulut Alexia setengah terbuka mengetahui kalimat yang bisa memiliki makna ganda. Di saat seperti ini, mana mungkin Ryder menggodanya terang-terangan setelah melepas bayangan Cherry. Lantas, dia menginginkan dalam hal apa? batin Alexia penasaran. 

Ketegangan yang tercipta di antara mereka nyatanya lamat-lamat melumpuhkan kesadaran Alexia. Bagaimana embusan napas Ryder yang menyapa permukaan pipinya menjelma menjadi bara yang bisa saja membangunkan sisi lain dalam diri gadis itu. Sebisa mungkin Alexia menahan dentuman hebat dalam dadanya bermunajat supaya Ryder tidak mendengar secara jelas.

"Lex..." panggil Ryder bagai memercikkan kobaran hasrat di telinga Alexia. "I know you're hiding something from me."

"And?" tanya Alexia menjilati bibirnya yang mendadak kering. Dia sudah berusaha menutupi keresahannya dari semua orang, mana mungkin Ryder yang baru dikenalnya beberapa minggu bisa membaca isi pikiran Alexia.

Ryder merendahkan tubuhnya, memiringkan kepala sekadar mencuri-curi wangi karamel dari tubuh Alexia. Sementara gadis itu meremas kedua tangan, menahan diri agar tidak meleleh di tempat jikalau Ryder melakukan tindakan yang lebih jauh.

"Aku penasaran kenapa mukamu selalu merah saat kita berdekatan," bisik Ryder diiringi tawa membuat jantung Alexia luruh ke lantai.

Sial!

Kontan pukulan di dada bidang Ryder tak dapat ditolak. Bukan hanya itu saja, Alexia mengacungkan jari tengah setelah mendorong Ryder menjauh darinya.

Sialan! Kenapa pula aku terbawa suasana!

"Little love!" panggil Ryder lagi. "I thought I like your smell," rayunya tanpa berdusta.

"Fuck you!" seru Alexia keluar studio.

Yeah, fuck me! Aku tahu kau punya masalah, Lex! batin Ryder berhasil menemukan celah di balik mata Alexia.

***
Daftar istilah

Lift 1

Pegangan tangan di ketiak. Pasangan laki-laki memegang ketiak dan tangan pasangan perempuan. Lengannya tidak terentang sepenuhnya.


Cuplikan adegan terakhir ini tersedia dalam bentuk audio. Kalian bisa mampir di postingan Instagram ku Ry_kambodia. Cari reels Tease Me Baby part 5.

Btw, ada yg pernah ngalamin kayak Alexia? Diejek masalah bentuk tubuh padahal setiap orang kan punya proporsi masing-masing.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro