29. This Damn Thing

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

'I bet you feel it now, Baby. Especially we've only known each other one day.'

-Chase Atlantic-

***

"Bisa kau jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?" Thomas melempar pertanyaan begitu Alexia muncul di studio latihan. Setelah sekian lama.

Ada sela panjang tercipta dalam benak Alexia meresapi kalimat sang pelatih yang terkesan ingin mengorek rahasia terdalam. Walau di batang otak, jutaan kata terangkai sempurna hingga titik koma, tetap saja lidahnya terasa mati rasa. Mana mungkin Alexia membeberkan masalah lebih-lebih mengenai kondisi Jhonny. Ya ... meskipun adik kesayangannya itu resmi masuk rehabilitasi tadi pagi, tetap saja bagian ini harus ditutup rapat bukan? Ibarat istilah, jangan memantik api bila tak ingin meledak. Tentunya Alexia tak mau pengejar berita mengendus sisi gelap keluarganya selain kasus perceraian Nancy dan Maxwell.

"Neneknya sakit," sahut Ryder membela Alexia. "Sesak, darah tinggi, dan penyakit lansia lain."

"Wait! Kau menjemputnya? Dari mana kau tahu lokasi rumahnya? Kenapa kau tidak memberitahuku terlebih dulu, Ryder?" cerocos Thomas yang tercengang mengetahui Ryder mengambil dua langkah di depannya.

"Ayolah, anak didikmu bukan atlet ilegal. Aku bisa tahu dari pimpinan klub, Tom." Ryder memutar bola mata sementara Alexia berpaling dengan mulut menganga.

Jadi itu alasannya, batin Alexia.

"Lagi pula aku hanya menjenguk. Sudahlah, yang penting dia muncul. Kita lanjutkan latihan yang sudah banyak tertunda," imbuh Ryder mengisyaratkan agar tidak terlalu terus-menerus mengeruk-ngeruk kehidupan pribadi orang lain.

Gadis itu melenggut setuju. Selanjutnya, dia melakukan pemanasan sebentar bersama Ryder sebelum mengulang kembali semua trik yang sudah dipelajari. Beruntung ingatan Alexia tak tergerus walau banyak rintangan menerjang tanpa henti, sehingga dia bisa menyelesaikan semua rangkaian gerakan. Meskipun dalam beberapa kondisi, Alexia mendapat koreksi baik dari Ryder maupun Thomas.

"Ulangi lagi," pinta Thomas. "Kelompok lift empat sama lima saja, yang tadi sudah bagus semua."

"Come on, Little love," ucap Ryder merendahkan suara menimbulkan percikan di dalam perut Alexia. Lagi. "Hold my hand."

Sial!

Tarikan napas terasa bagai ribuan batu yang dijejalkan paksa ke dalam rongga paru-paru Alexia. Sebisa mungkin, dia mengaburkan benih-benih yang tak ingin berkembang menjadi sebuah angan terhadap cinta yang sudah lama tidak bersemayam. Apa yang dikerjakannya sekarang demi meraih emas bukan yang lain. Lagi pula, mana mungkin pria di depannya ini menaruh rasa yang sama jikalau seluruh hatinya telah diserahkan kepada gadis lain? Sekalipun Ryder pernah bertitah ingin membuka lembaran baru, bukan berarti Alexia bisa menelusuk masuk begitu mudah.

Jemari Alexia digenggam erat oleh Ryder sembari mendengarkan Thomas memberi aba-aba. Dalam hitungan keempat, Ryder membawa tubuh Alexia ke atas berbarengan dirinya berpose elang--melebarkan kedua kaki dan masih bertumpu pada tangan. Di satu sisi, Ryder melajukan kaki ke belakang seraya memutar badan membentuk pola-pola melingkar. Dengan tepukan Thomas yang menyiratkan adanya perubahan posisi, tangan Ryder kini berpindah dan menahan bobot Alexia di bagian pinggul kala gadis itu berpose bintang sambil memegang sebelah kakinya yang ditekuk menggunakan satu tangan. Setelahnya, barulah Alexia bergerak turun secara akrobatik, melewati bahu Ryder kemudian mendarat dengan satu kaki dan kaki lainnya terentang ke belakang.

Mereka juga mencoba cara lain, di mana Alexia berpose bintang manakala Ryder melakukan gerakan spreadeagle--jari-jari kaki menghadap ke samping dan tumit saling bertemu--lalu menggendong tubuh Alexia beberapa detik sebelum menurunkannya. Begitu pula ketika mengulang kelompok lift kelima sebagai nilai dasar tertinggi trik ini, bedanya Alexia harus memperagakan berbagai macam ayunan kaki sebelum Ryder membawanya ke atas. Entah itu toe, axel, backwards, hingga reverse.

Sungguh melelahkan!

"Are you okay?" bisik Alexia pada Ryder sebab khawatir bila lelaki itu terus-menerus mengangkat tubuhnya.

"Tentu," jawab Ryder. "Wait!" serunya mendapati ikatan rambut Alexia melonggar. Buru-buru dia membenarkan ikatan tersebut tanpa sempat ditolak gadis itu, walau sesekali dia mencuri-curi wangi helai si pirang yang begitu lembut.

"Aku bisa sendiri, Ryder," protes Alexia ingin menyingkirkan tangan Ryder tapi justru ditepis.

"Setidaknya biarkan aku membantumu," bela Ryder menyisir anak-anak rambut Alexia. "Come on."

"Dasar!" gerutu Alexia.

Ryder menempatkan dirinya di belakang Alexia dan mengingatkan gadis itu untuk spreadeagle, Thomas memberi aba-aba lalu Alexia berputar dilanjut Ryder mengangkat tubuhnya ke atas. Setelah beberapa detik, tahanan Ryder bergerak dari tangan Alexia ke bagian pinggul sedangkan gadis itu meluruskan badan selagi menarik sebelah kakinya ke atas. Seolah-olah tengah split di udara.

"Good, good ..." puji Thomas bertepuk tangan kala Alexia turun usai melakukan axel. "Siap tantangan selanjutnya?"

"Twist lift?" terka Alexia terengah-engah.

"Benar, gerakannya mirip cheerleader yang dilempar ke udara, tapi bedanya kau harus berputar tiga sampai empat kali kemudian mendarat dengan flip atau lutz. Kalian bisa kehilangan poin bila tidak punya rotasi yang cukup, jadi aku mengharapkan kau percaya pada Ryder, Lex."

Yang diberi mandat mengangguk cepat lalu melirik Ryder yang memerhatikannya begitu intens.

Thomas pun menjelaskan langkah-langkah menyelesaikan lift memutar sebagai level paling sulit yang harus dilakoni pasangan skater. Pria paruh baya itu memerintah Ryder berdiri di belakang Alexia, memegang pinggang rampingnya. "Letakkan tanganmu di lengan atau pergelangan tangan Ryder untuk ancang-ancang, Lex. Jadi, ketika Ryder melemparmu ke udara, langsung bentangkan kakimu, supaya ada dorongan untuk berputar di atas. Jangan lupa, silangkan tangan di dada dan silangkan kakimu juga sewaktu di udara."

Alexia mengingat-ingat ucapan Thomas selagi melipat kedua tangan di ada secara menyilang.

"Ryder akan menangkapmu lagi dan kalian berdua sama-sama merentangkan satu kaki ke belakang," jelas Thomas yang dibalas anggukan. "Oke, kita coba satu atau dua putaran saja. Aku ingin lihat sejauh mana Alexia paham."

"Siap?" tanya Ryder di belakang telinga Alexia. "Percaya padaku oke. Aku akan melindungimu." Dia memberikan sebuah kecupan singkat nan lembut di puncak kepala gadis itu.

Mau tak mau Alexia meneguk ludahnya sendiri. Entah kenapa kalimat tersebut memiliki kiasan lain di benaknya. Apalagi Ryder baru saja menciumnya menyebabkan sebagian tulang Alexia lemas seketika. Sungguh, dia butuh sandaran kuat agar tidak meleleh seperti cokelat panas.

"I-I trust you, Ice prince," balas Alexia tergugu sembari menempatkan tangannya lagi di atas pergelangan tangan Ryder yang berada di pinggang rampingnya.

"Go!" seru Thomas bersamaan Ryder membawa tubuh Alexia dan melemparkannya ke atas bersamaan gadis itu mencoba melebarkan kaki. Namun, belum sampai satu setengah putaran, Alexia terjatuh dan menimpa Ryder.

Kontan saja, Ryder melindungi bagian kepala belakang Alexia agar tidak membentur lantai studio sedangkan jantung gadis itu sudah jatuh karena mendadak rasa takut menyergapnya.

"Fuck," desis Alexia kesal.

"You okay?"

Alexia mengangguk cepat. "Belum terbiasa saja. PR terbesarku sekarang," tuturnya kesal.

Ryder bangkit seraya mengulurkan tangan, membantu Alexia berdiri lantas dia berkata, "Tom, kita istirahat dulu saja. Aku butuh minum."

"Baiklah. Setelah itu kita lanjutkan lagi," titah Thomas kemudian melengang pergi.

"Aku bawa jus. Kau mau?" tawar Ryder berjalan menuju meja di mana botol minumannya membisu di sana. Namun, Alexia menggeleng pelan dan melanjutkan latihannya sendiri. "Hei, apa kau tidak lelah?"

"Tidak ada waktu, Ice prince," jawab Alexia di samping kalimat Thomas yang memerintah agar tidak makan dan minum selama latihan.

"Kau bisa pingsan, Lex," cibir Ryder meneguk sesaat minumannya lalu menghampiri Alexia dan menyodorkan minumannya. "Minum!"

"Aku tidak haus," elak Alexia menggeleng keras.

"Minum atau bibirku yang mengantarkan minuman ini ke mulutmu," ancam Ryder.

"Ya ampun, cerewet sekali," gerutu Alexia sebal lalu merebut botol Lululemon Ryder dan menenggaknya sedikit. "Puas?"

"Good girl."

###

Empat jam latihan yang sialan menguras keringat juga membangkitkan cacing-cacing di perut, Alexia bergegas pergi dan berencana berendam air hangat. Dia merasa otot kaki juga lengannya begitu tegang dan butuh dilemaskan selama beberapa jam ke depan. Mungkin hari ini, dia akan libur mendesain kartu ucapan maupun wall art, tidur seharian penuh bisa jadi hadiah terindah hari ini sebelum disambut latihan esok hari.

"Lexi!" teriak Ryder dari arah belakang, menghentikan langkah Alexia yang terkesan tergesa-gesa.

"A-ada apa?" tanya Alexia tergagap akibat diselimuti kegugupan secara tiba-tiba. Sialan! rutuk Alexia dalam hati mengapa reaksi kehadiran lelaki itu langsung mendebarkan dada. Apakah karena ciuman dan perhatian kecil yang diberikannya? batin Alexia bertanya-tanya. Padahal, sebelum kehadiran lelaki angkuh itu, Alexia selalu bersikap biasa-biasa saja pada deretan pria yang menggodanya. Tapi, Ryder? Dia sialan berbeda. Pesonanya. Cara dia memandang. Suaranya. Bahkan ... belaian lidah di mulutnya.

"Untukmu." Ryder menyerahkan dua bungkus protein bar. "Kau belum makan sama sekali, Little love."

Ya ampun ... dia mengagetkanku hanya untuk memberikan ini?

"Kau terlalu berlebihan, Ice prince," ujar Alexia tak menolak pemberian Ryder. "Terima kasih."

"Latihan hari ini sungguh gila," komentar Ryder selagi berjalan beriringan bersama Alexia menuju parkiran mobil. "Kau lumayan hebat, Little love."

Yang dipuji menoleh seraya mengerutkan kening. "Hebat? Aku jatuh beberapa kali, Ryder. Itu bukan pencapaian."

"Mau kutunjukkan suatu tempat supaya kau lebih bersemangat?" tawar Ryder menaikkan sudut bibirnya juga tatapan penuh arti.

"Maksudmu kau mengajakku kencan?" cibir Alexia menebak ke mana arah pembicaraan lelaki di depannya ini.

"Kalau kau mengartikannya seperti itu, tidak masalah, Little love," goda Ryder terkekeh, mengerlingkan sebelah mata yang dihadiahi pukulan pelan di dada bidangnya. "Ya ampun ... aku bercanda tahu."

"Berhentilah bermain-main, Ryder!" tegur Alexia menghentikan langkah begitu sampai di depan mobil Mercedes putih. "Aku tidak punya waktu."

"Tidak punya atau kau sedang menghindariku lagi?"

Astaga ...

Mau tak mau, Alexia memutar bola matanya sebal. "Jangan percaya diri, Ice prince."

"Nyatanya instingku berkata begitu," ungkap Ryder tanpa basa-basi. "Nanti malam, pukul tujuh atau setengah delapan. Aku jemput kau."

Sebelum Alexia mengelak ajakan Ryder, lelaki itu berlari menjauh seakan-akan tak mau mendengar sebuah penolakan. Dipandang jejak Ryder yang telah menghilang lalu Alexia menghela napas panjang. "Selalu seenaknya saja," omelnya pelan kemudian menekan dentuman dadanya yang lagi-lagi berdetak kencang.

Kenapa dengan diriku, Tuhan?

***

Spreadeagle (lihat kaki cowok di bawah ini)


Twist lift

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro