Fight for Love

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Lagi, katamu? Aku sudah selesai dengan pekerjaan itu!"

Belum usai pembicara di seberang berbicara, wanita dengan rambut di cepol itu telah memutuskan panggilan lebih dulu. Tangannya bergerak ke atas dan hampir saja membanting ponsel dalam genggamannya, tetapi urung.

Tubuhnya kini bergerak gelisah, berputar tanpa arah, bolak-balik layaknya pecandu yang kehabisan obat. Ia menggigit ujung bibir mungilnya yang mulai menggelap. Wajahnya merah padam dan berkeringan akibat kebingungan yang melanda.

Tiba-tiba, sosok pria tinggi beranting hitam di kedua telinga muncul dari balik tirai yang sudah lusuh.

"Celine, kamu sudah dapat panggilan dari Thomas? Ayo, cepat berangkat!" ajak seorang pria yang dikenal dengan nama Hans.

"Abang, cukup!" gertak Celine dan membuat langkah pria tinggi itu berhenti seketika.

"Cepat, Celine! Kalau kita tidak segera bergerak, mereka akan menghukum kita!"

Wanita bertubuh mungil berisi itu menggeleng pelan, tetapi terkesan menekan. Hans memutar tubuhnya cepat, mendekat pada posisi sang adik. Ia membidik tajam pada sepasang mata cokelat sang adik, tatapannya penuh hardik.

"Apa maksudmu menolak seperti itu?" desis Hans.

Bibir Celine bergetar, sementara kedua matanya menyipit dengan bendungan air di pelupuk.

"Mau sampai kapan begini terus, Bang? Kapan kita bisa hidup tenang? Lama-lama, kita bisa jadi buronan!" Suara Celine terdengar serak dan bergetar.

Sudah lama Celine ingin keluar dari dunia yang membawanya pada hitamnya kejahatan. Bersama dengan Hans, ia telah menghilangkan beberapa nyawa dengan sadis. Segala macam tindakan kelam telah mereka kuasai. Terlebih lagi, mereka telah terikat dengan sebuah jaringan pembunuhan yang besar dan berbahaya.

Tidak ada alasan lain yang membuat mereka melakukannya, selain untuk mendapatkan uang dan bertahan hidup. Dan, tidak ada jalan lebar untuk bisa keluar dan terbebas dari dunia yang telah memanjakan mereka itu.

Selepas kecelakaan pesawat lima tahun lalu yang mengakibatkan orang tua Hans dan Celine meninggal, keduanya terpaksa harus hidup hanya berdua saja. Tidak ada sanak keluarga yang mereka jumpai, karena mereka memang merantau. Hans yang saat itu masih SMA tentu saja tidak dapat membiayai Celine yang duduk di bangku SMP.

Sampai akhirnya, mereka bertemu sosok pria kaya raya yang ternyata memiliki jaringan kejahatan. Jaringan itulah yang akhirnya membuat Hans dan Celine terjebak dan terjerat hingga sekarang. Memang kehidupan mereka jauh lebih baik dari sebelumnya, tetapi semua itu adalah hasil dari tumpahan darah manusia.

Tangan besar Hans meraih dan mencengkeram erat dagu Celine, membuat gadis itu meringis dan menangis.

"Kamu mau tenang? Kamu mau terlepas dari kerjaan ini? Pilihannya cuma satu ... MATI!"

***

Terhitung sudah dua jam langit menjatuhkan tetesan-tetesan air yang bertahan pada keadaan tenang. Gerimis yang tak kunjung berubah menjadi hujan itu setidaknya sedikit mengurangi tingkat keluhan untuk sosok wanita yang sejak tadi berjaga di sebuah gerbang besar yang sudah berkarat.

Celine masih menerawang pada tugas yang diminta oleh Thomas, sedangkan Hans sepertinya sudah lebih dulu bertindak. Wanita itu masih memantau keadaan gedung kosong yang cukup gelap itu. Tidak ada rasa takut yang menyelimuti, hanya saja ketenangannya benar-benar sedang diuji. Di saat ia mulai muak dengan pekerjaannya, setumpuk emas justru terlihat semakin menggiurkan.

"Pindah ke depan! Target utama ada di pub yang dekat dengan lokasimu!" titah seseorang yang suaranya dapat Celine tangkap dari earpod di salah satu telinganya.

"Siap, bergerak!"

Celine mengusap bagian luar saku celananya, memastikan bahwa benda bawaannya telah siap untuk digunakan. Selesai dengan segala persiapannya, kaki beralas sepatu bot hitam itu bergerak dengan was-was.

Sebuah cahaya putih berpendar terang menyorot pada tempat yang dituju Celine. Wanita berperawakan tinggi berisi itu segera mencari tempat untuk bersembunyi. Setelah menyelisik, rupanya cahaya tersebut berasal dari tower crane yang bekerja pada perusahaan yang masih dalam proses pembangunan. Perusahaan itu ... Celine tahu benar siapa pemiliknya. Prima Pradiptha, pengusaha kontruksi terbesar di Kalimantan Tengah, sekaligus target utama dari pekerjaannya kali ini.

Ponsel Celine bergetar dalam saku, segera ia meraihnya dan mengangkat panggilan yang ternyata berasal dari sang kakak.

"Jangan bersembunyi terlalu dalam, Cel. Tidak ada siapa pun di lokasi pembangunan, hanya Prima Pradiptha dan putranya di sana. Jangan sampai lengah!"

Sepasang mata cokelat Celine berjelajah dan mendapati sosok Hans yang tengah berdiri tak jauh dari posisinya, ternyata sang kakak mengawasinya sejak tadi.

Celine melangkah perlahan, berniat untuk mendekati Hans. Namun, kedatangan sosok pria tinggi berpenampilan rapi ala kantoran mengejutkannya. Terlanjur, tidak ada lagi jalan untuk bersembunyi. Pria itu berdiri tepat di hadapan Celine yang merasa akan mati di tempat.

"Marcel?" gumam Celine. Jantungnya berdegup kencang saat sepasang mata sehitam obsidian milik pria itu menatapnya dalam, tatapan bingung dan penuh tanya.

"Apa yang kamu lakukan di tempat ini, Celine?" tanya Marcel.

Celine bungkam, bingung harus menjawab pertanyaan Marcel.

Wanita itu menyadari penampilannya yang aneh dan serba gelap. Tubuh terbalut jaket kulit tebal, celana jeans ketat, sepatu bot, dan rambut panjang yang dikucir kuda. Bodohnya, Celine lupa mengenakan masker untuk menutupi wajahnya.

Sementara Celine yang dikenal oleh Marcel adalah sosok pengajar di sebuah taman belajar anak yang berada di sudut kota Sampit. Dan, Marcel yang dikenal oleh Celine adalah seorang penulis amatir yang senang membagikan buku-buku ke taman belajar tempatnya mengajar. Keduanya sama-sama tidak paham mengapa mereka bertemu di tempat seperti ini.

Sesekali Celine melirik ke arah Hans, pria itu masih mengintainya dengan pandangan lebih tajam dari sebelumnya. Berkali-kali sang kakak memainkan mata dan mulutnya sebagai isyarat akan sebuah perintah, tetapi Celine sama sekali tidak menyadarinya.

Hingga earpod-nya mengeluarkan suara parau sang kakak. "Dia targetmu! Putra tunggal Prima Pradiptha."

"Apa?" pekik Celine hingga membuat Marcel terkejut.

"Ada apa?" tanya Marcel panik

Tangan Celine bergerak cepat menguraikan rambut panjangnya yang sebelumnya terikat untuk menutupi kedua sisi wajahnya. Ia melakukan itu sebagai siasat untuk melepas earpod di telinga agar tak ketahuan oleh Marcel, dan supaya sang kakak tidak mendengar obrolannya dengan Marcel.

"Marcel, apa yang kamu lakukan di sini? Tidak ... jangan bilang, kamu adalah pemilik perusahaan yang sedang dibangun itu? Jangan bilang ... kamu adalah putra Prima Pradiptha?"

"Celine, aku—"

"Kenapa kamu menyembunyikan identitasmu!" gertak Celine sambil sedikit bergeser, berlindung di balik tubuh besar Marcel, juga dengan pergerakan seminim mungkin, agar Hans tidak curiga.

***

"Sial, berani sekali Celine membuang earpodnya." Umpat Hans yang menyadari pergerakan Celine

" Apa yang dilakukan oleh Celine? Mengapa dia malah diam? Apa celine sudah ketahuan?" banyaknya pertanyaan membuat Hans semakin bingung sekaligus khawatir akan kondisi Celine saat ini.

Celine yang merasa tidak tenang berusaha bersembunyi dengan bergeser sedikit demi sedikit agar Hans tidak Curiga akan sikapnya yang menentang perintah.

"Mengapa kau menyembunyikan identitasmu Marcel?" desak Celine karena targetnya adalah orang yang sering membantu Taman Anak tempat ia mengajar.

"Aku sengaja melakukannya karena aku ingin hidup seperti pemuda pada umumnya. Aku juga ingin bebas dari intaian para musuh bisnis ayahku ." ungkap Marcel menatap manik mata coklat Celine begitu dalam .

"Lalu, kau? Apa yang kau lakukan di sini? Apa kau juga salah seorang bawahan ayahku atau...." Ucap Marcel mencari sesuatu dari tatapan Celine.

Brukk bughh.

Suara barang yang jatuh mengalihkan tatapan marcel sebelum satu tangan menyekap tangannya kebelakang dan membekap leher Marcel.

"MARCELL" pekik Celine yang juga tak kalah terkejutnya.

" Apa yang kau lakukan Celine. Mengapa kau diam saja? Kau lupa akan perintah, HAH?"

" Tidak , tapi aku tak bisa melakukannya..."

" apa katamu? Apa kau sudah gila? Kau mau mati hah?"

"PERGI ATAU KAU YANG AKAN MATI. BIAR AKU YANG MENYELESAIKAN MISI INI."

"Tapi ini sangat berbahaya .."lirih Celine

" PERGI" Bentak Hans yang merasa jengkel akan sikap Celine yang membuatnya marah. Biarlah dia mengurus Celine setelah menyelesaikan misi mereka atau mereka akan mati.

Sedangkan marcel yang sedari tadi mendengar percakapan Celine dan Hans dibuat tercengang. Ia tidak mengira kalau Celine yang ia kenal selama ini merupakan orang suruhan musuh ayahnya yang setiap saat mengintai nyawanya.

Bughh bughh bughh

Marcel yang berhasil lepas dari sekapan Hans segera melayangkan tinjunya kearah pipi dan jantung Hans. Hans yang belum siap pun tersungkur ke tanah sembari mengusap sudut bibirnya yang mengelurkan darah.

Tanpa aba-aba, Hans juga melayangkan tinjunya tepat di dekat mata membuat penglihatan Marcel memburam. Namun ia tidak mau lengah. Berbagai serangan dan tangkisan di kerahkan kedua pria yang saat ini sedang berusaha membunuh salah seorang agar nyawa mereka selamat.

Dorr Dorrr DORR

Suara pistol membuyarkan perhatian keduanya . Seorang lelaki jangkung menghampiri tak lupa dengan beberapa anak buah yang selalu mengikuti untuk jaga-jaga jika ada serangan musuhh tak terduga.

" Thomas" Lirih Hans yang terkejut karena kehadiarn bos yang memberikan misi pembunuhan kali ini.

Thomas merupakan musuh bisnis ayah Marcel selama berpuluh-puluh tahun. Mereka merupakan saingan yang disegani oleh banyak perusahaan bergengsi lainnya. Thomas menaruh dendam kepada Ayah Marcel karena dahulu saat memperebutkan suatu proyek, Ayah Marcel berhasil mendapatkan proyek tersebut sedangkan perusahaan Thomas dibuat bangkrut karena beberapa investor menarik saham yang mereka tanam karena lebih tertarik terhadap perusahaan Ayah Marcel. Hal itu juga yang menyebabkan ia bercerai dengan istrinya dan putranya meninggal dunia karena ia tidak dapat membayar biaya pengobatan yang sangat mahal. Selama bertahun-tahun, Thomas kembali berjuang membangun perusahaan agar ia dapat membalaskan dendamnya.

Thomas datang unuk membunuh Marcel karena ia tahu bahwa Marcel adalah putra tunggal sekaligus penerus perusahaan Pradiptha Company.

" Mata ganti mata. Nyawa ganti nyawa." Sinis Thomas yang didengar oleh Marcel.

" Apa mau anda?" ucap Marcel maju selangkah karena ia berniat untuk menyelesaikan masalah ini .

" Saya mau nyawa anda. "

" Mengepa? Saya tidak ada urusannnya dengan anda."

" Bukan dengan anda. Tapi dengan ayah anda. " Thomas mendekati Marcel dengan sebuah belati yang ia sembunyikan di belakang tubuhnya.

"Nyawa anda sangat berarti bagi ayahmu bukan? Saya akan menghilangkan nyawa anda untuk membalaskan dendam saya." Suara Thomas penuh penekanan yang membuat Marcel semakin was-was.

Srettt

Belati Thomas berhasil merobek lengan Marsel dengan cukup dalam.

"Marcel berusaha melarikan diri namun gagal karena Hans lebih dahulu menahannya."

Saat akan menikam perut Marcel , Thomas lebih dahulu menyiksanya dengan membuat goresan di beberapa bagian tubuh untuk memuaskan hasratnya.

Selesai membuat luka fisik yang lumayan banyak, Thomas mengarahkan belati kearah jantung bersiap menikam namun suara sirinePolisi tiba- tiba datang dan membuat mereka terkejut langsung lari terbirit-birit dari lokasi.

Tanpa pikir panjang , Thomas yang perhatiannya teralih tanpa sadar malah menikam Celine yang secara tiba-tiba menghalangi tubuh Marcel.

" CELLINEEEE" teriak Hans yang terkejut melihat adiknya tergeletak dengan berlumur darah.

"Jangan bergerak." Ucap seorang polisi yang juga membawa pistol. Tak dapat mengelak karena sudah dikepung dari berbagai sisi, Thomas mengangkat tangannya tanda menyerah. Di satu kesempatan, Thomas mencoba membunuh Marcel namun gagal Harena Hans lebih dulu menembak Thomas yag telah menikam adiknya adik yang menjadi alasannya bertahan hingga saat ini sepeninggal kedua orangtua mereka.

Ya, yang memanggil polisi adalah Celine. Saat ditengah jalan menuju tempat persembunyian, Celine meihat mobil Thomas dan anak buahnya menuju lokasi dimana Marcel dan kakaknya Hans berada, ia menyusul mereka melalui jalan pintas yang sempat ia lewati untuk melarikan diri, ia juga menelepon polisi untuk jaga-jaga apabila ada hal yang dapat meregang nyawa seperti yang terjadi saat ini.

Thomas dan Celine serta Marcel pun dilarikan ke Rumah Sakit terdekat untuk menyelamatkan nyawa mereka. Sedagkan Hans ditahan polisi karena sudah berani membunuh Thomas yang selama ini juga menjadi buronan pihak kepolisian.

Setelah sampai di Rumah Sakit, mereka langsung dibawa ke ruang IGD. Namun naas, nyawa Thomas tidak dapat diselamatkankan karena peluru yang ditembakkan Hans menembus jantungnya hingga menyebabkan pendarahan yang parah.

Celine mengalami kritis sedangkan Marcel tidak mengalami luka yang cukup serius karena hanya mendapat goresan di beberpa bagian tubuh saja walau lumayan dalam .

Marcel yang merasa berutang budi pun merawat Celine yang masih mengalami kritis. Marcel memamg kecewa karena Celine yang merupakan wanita yang ia suka adalah orang suruhan musuhnya. Namun, ia kembali sadar bahwa Celinelah yang menyelamatkan nyawanya.

Ayah marcel juga sudah tahu tentang kasus ini dan telah menyelesaikan segala urusan termasuk Hans yang menjadi tahanan karena membunuh Thomas tapi dengan kurun waktu yang minimal yaitu 3 tahun.

Satu minggu telah berlalu namun Celine belum sadarkan diri ,Hans yang merasa Khawatir menggenggam tangan Celine dan menciumnya.Tak lama kemudian, Celine sadar dan mendapati Marcel yang menatapnya penuh khawatir.

" Celine, kau membutuhkan sesuatu?" taya Marcel sembari mengusap pucuk kepala Celine.

"Maaf Marcel." Ucap Celine teringat peritiwa yang hampir membuatnya mati.

" Tidak, kau tidak perlu mita maaf. Akulah yang harusnya minta maaf karena menyembunyikan identitasku sehingga kau tidak dapat mengelak dari tugasmu. Terima kasih juga karena telah menyelamatkan nyawaku." Ungkap Marcel sembari memeluk dan mencium pucuk kepala Celine. Gadis yang ia suka sejak pertama kali bertemu di Taman Anak dan gadis yang menyelamatkan nyawanya .

***END***
Ditulis oleh todayisfina & fujiagustari11

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro