• DUA PULUH •

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Carleon Douter, ia adalah salah keturunan dari sepupu jauh Kaisar keempat Kekaisaran Elemental Glacius yang memiliki kekuatan sihir Cahaya.

Namun seiring berjalannya waktu, keturunan mereka pun mulai kehilangan kekuatan sihir itu sehingga kekaisaran mulai berpikir bahwa keluarga Douter adalah keluarga penghasil Sowrdmaster terbaik.

Hingga Carleon lahir dengan kekuatan sihirnya dan menikah dengan Einsya, seorang penyihir cahaya biasa. Ia disebut sebagai Penyihir Agung saat Carleon memperlihatkan kekuatannya ke publik saat Yaya dikabarkan meninggal bersama Ratu Althea.

Hanya itu yang tertulis tentang Carleon Douter di novel. Aku tidak tau bagaimana kisahnya dulu sebelum ia disebut sebagai Penyihir Agung, namun meski begitu Duke Douter adalah salah satu orang yang dihormati oleh Halilintar.

Aku menatap Duke Douter serius.

"Apa kau ingin aku mengungkapkannya disini langsung?" aku mencoba menarik perhatiannya.

"Apa anda akan benar-benar melakukannya?" tanya Duke Douter, senyumnya masih terlihat ramah.

"Kau jelas tau bahwa keluarga Douter dulunya memiliki hubungan keluarga dengan Kaisar ke-4 bukan? Keluarga Douter sendiri adalah keluarga yang memiliki kemam--"

"Saya paham, Yang Mulia. Terima kasih untuk penjelasannya."

Tidak ada senyum, hanya wajah serius.

"Bagus. Kita kembali ke pembicaraan utama."

"Luke, seperti yang kujelasin di pesan yang kukirim, kau juga akan berlatih secara pribadi dengan Arven. Detail lainnya akan kujelasin saat latihan kalian dimulai."

Count Nevara mengangguk.

"Kemampuan Luke-- Count Nevara dan kemampuan Solar, jika itu digabungkan akan membuat kita memiliki kekuatan yang mampu untuk menghentikan sebagian rencana Leiron Argan."

"Namun, meski begitu ada sedikit cela. Karena perbedaan elemen dan juga kekuatan diantara kalian."

"Apa maksudmu Arter? Aku tidak paham."

Solar bertanya, Al yang meliriknya hendak menjawab, namun tak jadi begitu melihatku yang menatapnya melotot.

"Apa bukankah konsep petir juga cahaya sendiri hampir sama? Cahaya juga bisa menghasilkan percikan api maupun petir, dan petir juga mampu menghasilkan cahaya," ujar Count Nevara.

"Itu benar. Namun aku menekankan kalimat kekuatan disini."

"Baik Elemen Murni maupun Sihir sendiri berbeda. Dari tingkat kekuatan dan juga cara kita menggunakannya."

"Tapi bukankah Pangeran sendiri memiliki kemampuan sihir juga? Apa itu menjadi salah satu hambatan?"

"Ya."

Aku bisa melihat wajah tersinggung Solar.

"Aku bukan bermaksud mengatakan bahwa kau beban disini Solar." Aku melanjutkan perkataanku sebelum Solar salah paham.

"Lalu? Hah, apa aku dibodohi selama ini?"

Inilah mengapa aku malas sekali jika harus memulai perbaikan hubungan antar keluarga itu dengan Solar.

Ia mudah marah, tersinggung dan selalu membalas ucapan seseorang tanpa mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu.

'Kau harus memakai kata-kata yang jelas untuk bicara dengan Arven.'

Al menatapku. 'Dan kau juga tau, diantara saudara-saudaraku, hubunganku dengan Arven adalah yang terburuk.'

Al melanjutkan dengan tatapan malas.

"Kau ingat misi yang kuberikan padamu?"

"Hei, mengapa kau membahas itu?"

"Apa yang kau dapatkan?"

"Kau tau jelas itu apa!" Solar berseru. "Mengapa kau bertanya? Apa kau mau bunuh diri setelah apa yang kau lakukan??"

Aku menghela nafasku, entah untuk yang keberapa kalinya hari ini. Manik ruby miliknya bertatapan dengan manik silver yang bersinar redup itu. Tanda waspadanya Solar padaku.

'Hei, pedang itu masih berbentuk seperti terakhir kali kau menggunakannya kan?'

Aku bisa melihat Solar yang terkejut dan menatap Al yang berbicara padanya juga padaku.

'Cukup katakan bahwa kau masih membawanya. Jika itu hilang, maka kita akan kacau Arven,' lanjut Al serius.

'Untuk Air Mata Ratu Peri kau tidak perlu khawatir karena itu akan segera kalian gunakan, jadi percayalah padaku Arven. Seperti kata Al, jika Pedang Dwarf yang ku kuberikan padamu hilang, kita akan dalam masalah.'

Aku menatap serius Solar.

"Ya, itu pedang dan benda itu masih sama seperti saat aku menggunakannya kemarin."

Akhirnya Solar menjawab dengan wajah sedikit tak yakin.

"Gunakan pedang itu saat latihan bersama Nona Douter dan Count Nevara nanti," perintahku.

"Karena itu akan menetralisir mana milikmu yang kemungkinan akan mengalami ledakan "

Aku teringat cerita yang diberitahu Al sebelumnya. Tentang ledakan mana yang terjadi antara Solar dan Yaya.

"Ledakan?? Hahh, baiklah aku paham."

Meski ragu, akhirnya Solar mengangguk menyetujui.

Kami kembali berbincang mengenai pedang itu dan sesekali juga Duke Douter bertanya perihal kemampuan berpedang Arven.

"Salah satu alasan mengapa aku ingin Nona Douter menjadi salah satu rekan latihan Arven adalah karena mereka memiliki kekuatan sihir yang sama dan berpotensi berada di tingkat yang tinggi. Juga saya ingin melihat bagaimana kemampuan berpedang milik Nona Douter. Lalu alasan aku ingin Arven mampu menggunakan kekuatannya bersama dengan sihir Petir milik Count Nevara adalah agar bisa mengecoh David Argan."

"Tuan Muda Argan?" Luke bertanya.

"Ya, aku akan menjelaskannya pelan-pelan. Jadi perhatikan karena jika Arven dan Count Nevara gagal, maka sebagian rencanaku akan gagal."

"Lalu bagaimana dengan sebagian rencana lainnya?" tanya Duke Douter.

Aku menyeringai. "Itu adalah cadangan yang akan aku pakai saat kita berada di akhir, dan kupastikan itu akan berhasil."

Tok tok tok

Pintu terbuka dan menampilkan Gopal yang membawa beberapa dokumen ditangannya.

Kami saling berpandangan, dan aku mengangguk memberi sinyal untuk memberi dokumen itu kesini.

"Yang Mulia, saya membawa dokumen yang anda perintahkan."

"Bagus. Bawa itu kesini."

Ia meletakkan dokumen itu, dan sebuah judul tertera di dokumen paling atas.

"Kasus Penyihir Gelap, Baron Zewid dan Countess Argan"

Bagus. Ia meletakkan dokumen itu diatas, sehingga aku bisa melihat raut terkejut dari ketiga orang didepanku.

"Kenapa Countess Argan juga terlibat??" Count Nevara menatap bingung.

Gopal menatapku, aku mengangguk membiarkan ia memberi penjelasan.

"Kami sudah memeriksa latar belakang dari Yvone dan terbukti bahwa Yvone adalah anak dari Baron Zewid dan Countess Argan. Dua tahun setelah kelahiran Tuan Muda Argan, Yvone pun lahir dengan kemampuan sihir Cahaya. Lalu fakta bahwa David Argan memiliki kekuatan sihir Cahaya Kegelapan masih kami selidiki saat ini."

"Fakta lain yang terungkap ialah rencana pemberontakan Count Argan dan beberapa bangsawan tinggi lainnya yang diperkirakan akan mereka laksanakan bersamaan dengan ulang tahun Kaisar dan debutante Pangeran Arlen."

Brakkk!

"Apa dia sudah tidak waras!? Pemberontakan?!!"

Duke Douter menatapku dengan marah.

"Putra Mahkota! Apa anda yakin dengan ini?! Ia adalah salah satu pahlawan! Bagaimana bisa dia melakukan kejahatan seperti ini?"

"Karena kekuasaan dan rasa iri hati. Dan juga, kelahiran Yvone juga sudah direncanakan oleh Count Argan sehingga Count Argan dan Baron Zewid dapat bekerja sama." Aku menjawab.

"Biro Dagang Zewid adalah salah satu sumber keuangan penting yang juga dikelola sebagian oleh Kekaisaran. Baron Zewid hendak melepaskan diri dari Kekaisaran dan akhirnya bekerja sama dengan Count Argan, dan lahirlah Yvone."

"Tapi tidak mungkin Yvone memiliki sihir Cahaya yang kuat untuk bergabung dengan Pangeran Arven dan putri saya kan? Saya yakin karena kekuatan Countess Argan tidaklah sekuat yang kita ketahui," ujar Count Nevara.

Aku mengangguk, membenarkannya.

"Itu benar. Namun, alasan mengapa Yvone aku sertakan pada rencana ini akan kujelaskan nanti. Intinya, Yvone juga termasuk orang yang penting dalam rencana kita."

"Dan mengenai pemberontakan yang akan dilakukan oleh Count Argan, itu sudah jelas dia sampaikan secara tidak langsung saat rapat tadi."

"Cara Count Argan yang terus menentang penjelasan yang aku dan Nona Douter sampaikan, artefak yang dibawa oleh Baron Gill dan juga kerusuhan yang ia lakukan secara tidak sengaja."

"Itu tidak sengaja?" Solar berujar.

"Ya, itu rencanaku agar ia meledak dan membuat kekacauan."

'Dan hal tak terduga ya, aku ikut terluka lagi-,-'

Aku tertawa kecil mendengar ucapan sarkas Al.

"Dan kita beruntung karena Al bisa menahan ledakan energi diruang rapat tadi. Aku berpikir alasan mengapa Count Argan melakukan tindakan nekat itu untuk membunuhku."

"PEMBUNUHAN DIDEPAN KAISAR?! APA DIA GILA!?"

Solar dan Count Nevara berteriak marah.

Mereka menggeram mendengar penjelasan ku.

"Itu hanya pemikiranku. Tenanglah kalian berdua."

"Ini menjadi lebih rumit dari yang saya kira, Putra Mahkota." Duke Douter berujar serius.

Aku tersenyum. "Ya, jadi kita harus bisa menangkapnya sebelum hal itu terjadi."

"Arter, aku tidak paham.." Solar dengan ragu berbicara.

Aku tersenyum tipis. Ini bukanlah hal yang mudah untuk dipahami oleh Arven yang tidak terbiasa dengan persaingan politik Kekaisaran.

"Arven, aku tau kau mungkin masih ragu mengenai ini, fakta bahwa Count Argan menja--"

"Aku tidak peduli lagi dengan dia! Persetan-- maksudku dia orang yang akan menyakiti keluargaku, mengapa aku harus peduli padanya?!"

"Saya tidak menyangka anda akan berpihak pada Putra Mahkota, Pangeran Arven," ucap Duke Douter.

"Siapa yang berpihak! Aku terpaksa tau! Terpaksa!"

Aku dan Duke Douter terkekeh kecil mendengar itu.

"Dan dokumen ini adalah sebagian rencana yang akan kugunakan disaat Count Argan sudah tertangkap dan berencana melakukan pembelaan diri."

"Apa saya bisa mempercayai anda Putra Mahkota?"

Aku menatap serius Duke Douter.

"Anda bisa mempercayaiku. Karena aku tidak akan membiarkan orang-orang itu melukai keluargaku yang berharga."

Manik ruby milikku bersinar dengan percaya diri. Memberi tekanan pada Duke Douter yang akhirnya menghela napasnya.

"Saya hanya merasa sedikit khawatir. Karena jika kita ceroboh dan pada akhirnya kita akan jatuh ke perangkap Count Argan, bukan hanya saya, namun ketiga putri saya juga akan dalam masalah."

"Duke Carleon Douter, Count Luke Nevara."

Aku menatap kedua bangsawan itu, lalu beralih ke Solar dan Gopal.

"Solar Zyn Arven Glacius."

"Gopal Acrowl."

Keempat orang itu menatapku.

"Aku bersumpah. Aku akan menyelesaikan semua permasalahan ini tanpa membuat keluarga kalian terseret. Alasanku meminta bantuan pada kalian, karena kalian adalah orang yang kupercaya untuk misi penting ini."

"Aku bukan hanya berniat melindungi keluargaku, tetapi juga rakyat Kekaisaran ini."

"Jadi, aku mohon bantuan kalian semua."

"Aku tidak ingin kehilangan keluargaku lagi."

•~•~•~•~•~•

Solar berjalan bersama dengan Luke Nevara. Duke Douter dan Al masih bersama dengan Putra Mahkota, membicarakan hal pribadi katanya.

"Uhm... Count Nevara.."

"Anda bisa memanggil saya Luke, Pangeran. Bukankah kita masih sepupu?"

Luke tersenyum pada Solar.

"Count-- maksudku Luke, apa menurutmu Arter serius saat mengatakan bahwa ia akan melindungi keluarganya?"

Luke menoleh, menatap bingung Solar yang wajahnya memerah.

"Hemmm, Arter yang saya kenal adalah seseorang yang dingin dan kejam. Namun meski begitu, ia adalah sosok yang penyayang. Jadi saya sangat yakin dengan perkataan Arter tadi."

"Penyayang? Maksudnya apa?"

Luke terkekeh. "Pangeran, Arter hanya ingin kalian baik-baik saja. Tidak terluka, tidak bersedih ataupun kekurangan. Alasan mengapa Arter selalu pergi dan berperang sejak ia menjadi Putra Mahkota, karena ia tidak ingin kalian, para Pangeran, menanggung apa yang seharusnya tidak anda semua rasakan."

"Aku tidak mengerti. Penyayang? Arter adalah sosok dingin bagi kami semua."

"Apa anda menyayangi Putra Mahkota, Pangeran?"

"Hah?"

Solar menghentikan langkahnya. Menatap Luke yang tersenyum.

"Aku tidak tau mengapa kau menanyakan itu, Luke."

Solar menatap Luke dengan pandangan datar.

Luke tidak heran ketika melihat reaksi ini. Sejujurnya, ia juga terkejut ketika melihat Halilintar hari ini.

Halilintar terlihat berbeda dari saat terakhir kali mereka bertemu.

Seorang Halilintar yang tersenyum tipis dan juga bercanda dengannya adalah hal yang tidak pernah ia hadapi.

Sikapnya saat di rapat penting tadi juga terlihat sedikit berbeda.

Dari ekspresi wajahnya yang biasanya hanya datar ataupun dingin, kini ada sedikit raut jahil dan juga mengejek.

Seolah-olah ia sedang melihat Pangeran Kedua dan Keempat sedang bersama, Luke sempat berpikir apa itu bukan Halilintar?

"Saya berpikir, bahwa Arter mulai membuka dirinya lagi pada anda. Saya juga mendapat laporan mengenai Serlon secara pribadi, dan terkejut ketika melihat hasilnya. Arter adalah orang yang tidak akan pernah memberi izin pada siapapun untuk membiarkan orang yang bukan anggota miliknya ikut campur dalam pekerjaannya."

"Arter percaya diri pada kekuatan yang ada pada dirinya, sehingga ia bahkan tidak memerlukan kekuatan lainnya. Namun mendengar bahwa anda dan Pangeran lainnya mengikuti Arter membuat saya merasa tak percaya."

"Membuka diri?"

"Bukankah anda dan Pangeran lainnya membenci Arter? Melihat anda semua menjaga jarak--"

"Bukankah Arter yang menjauhi kami!? Mengapa pula semua orang mengira kami membencinya?!"

"Kalau begitu apa anda dan pangeran lainnya tidak membenci Arter?"

Pertanyaan dari Luke tidak dijawab oleh Solar.

"Bagaimana kalau kita duduk dan mengobrol dengan nyaman?"

Melihat Solar yang hanya tetap diam, Luke tersenyum.

"Nah, mari kita mengobrol~"

Luke dengan segera menarik tangan Solar, membuat Solar terkejut dan hanya pasrah.

Mereka duduk di kursi taman Istana Ruby Diamond. Hamparan bunga yang mekar dengan indah dengan berbagai warna mempercantik taman.

Sebuah kolam ikan dengan air mancur berada tepat didepan mereka.

"Saya lanjutkan ucapan saya ya," Luke tersenyum.

"Menurut anda, saat anda semua masih dalam posisi yang sama, bagaimana Arter sebenarnya?"

Solar terdiam, mengingat sesuatu.

"Saya yakin ini terjadi saat anda semua mengetahui fakta bahwa Arter adalah pemilik seluruh kekuatan Elemen yang muncul dalam 600 tahun terakhir."

"

Saat itu aku yakin masih baik-baik saja. Tapi untuk mengetahui fakta bahwa ia sedikit berbeda dari kami, Arter mulai berubah. Bahkan saat ia berusia 10 tahun sebelum ia diangkat menjadi Putra Mahkota, sikapnya benar-benar berubah total.

"Halilintar?"

Halilintar yang saat itu berusia 10 tahun, yang memegang pedang miliknya menoleh pada Solar yang datang dengan bola ditangannya.

"Solar?"

"Apa kau tidak lelah? Kau berlatih terus menerus. Ayo bermain bersama kami," ujar Solar, dengan wajah cemberut.

"Maaf, tapi aku tidak bisa. Kalian bermainlah, aku harus berlatih."

"Mengapa? Kakak-kakak yang lain masih bisa bermain walau berlatih pedang, aku juga begitu. Lantas kenapa kau tidak bisa?"

"Solar, aku benar-benar tidak bisa ikut bermain. Aku harus kuat."

"Mengapa? Kau kan sudah kuat. Kau bahkan punya kemampuan elemen yang hebat, aku iri sekali denganmu."

Solar berbicara dengan nada manja. Ia menatap bola ditangannya lalu kembali menatap Halilintar.

"Jadi kak Hali, ayo kita berma--"

Solar tidak melanjutkan kata-katanya. Ia kaget ketika melihat Halilintar terdiam dengan raut wajah gelap.

"Solar pergi. Jangan ganggu latihanku," ujar Halilintar dingin.

"Ayolah! Ayo bermain!" paksa Solar sambil menarik Halilintar.

"Aku tidak mau. Berhenti menggangguku!"

"Ikhhh!!!"

Solar yang kesal lantas menendang jejeran pedang latihan yang ada, tanpa menyadari bahwa pedang-pedang itu akan jatuh menimpanya.

"Solar!!!"

Swussss

TRANGGG!!

"Sol--"

Halilintar terhenti ketika melihat Solar yang terjatuh karena kaget dan lututnya terluka karena jatuh.

Beruntung ia memberi sihir pelindung sebelum pedang-pedang itu mengenai Solar.

Halilintar terdiam. Manik Ruby miliknya bersinar merah.

"Arven, kau pikir apa yang kau lakukan?"

Halilintar berjalan mendekati Solar. Ia memegang pedang miliknya dengan kuat.

Manik rubi merah itu menatap tajam Solar yang jatuh dengan posisi terduduk.

"Aku hanya ingin bermain dengan kakak!"

Sring!

"Bermain? Apa dengan menganggu waktu latihanku?" tanya Halilintar tajam.

"Sekarang lihat apa yang sudah kau lakukan."

Ujung pedang halilintar itu mengarah tepat didepan mata Solar. Hal itu membuat Solar ketakutan.

"Hiks! Kakak jahat! Aku kan hanya ingin main pedang dengan kakak!"

"Berhenti menangis seperti anak kecil."

Solar menatap Halilintar tak percaya. Ia mengusap airmatanya yang terus mengalir.

"Pulanglah ke istana."

Halilintar menarik pedangnya kembali dan berjalan meninggalkan Solar yang menangis.

Halilintar hanya bisa menulikan telinganya mendengar tangisan Solar yang justru bertambah keras.

"Kak Hali! Kenapa kakak melukai Solar!?"

Blaze muncul dan langsung memeluk Solar yang menangis.

"Apa ini!? Kakak! Kau melukai Solar!?"

"Hiks, tidak, kakak tidak hiks.."

"Halilintar!"

"Pangeran Asern."

"Hah?"

"Bawa pangeran Arven dan obati lukanya. Jangan datang ke tempat yang berbahaya."

"Tunggu! Halilintar! Apa maksudmu!?"

"Asern, kalian harus ingat, ini bukanlah tempat latihan kalian. Jangan datang kesini jika kalian tidak ingin mati."

Blaze menatap tak suka Halilintar.

"Hah! Kau berubah! Apa karena kau adalah salah satu pangeran terpilih!? Kau jadi sombong! Gempa jauh lebih baik darimu!"

Halilintar diam. Ia tetap berjalan tanpa menoleh kebelakang. Mengabaikan segala umpatan dan juga teriakan yang pangeran keempat lontarkan.

"Halilintar!"

"Pangeran Arter."

"Apa?"

"Berhenti memanggilku Halilintar. Kau harus tau tata krama Asern."

Halilintar menatap dingin Blaze.

Blaze menggeram marah lalu berteriak kencang.

"Baik! Kalau memang itu maumu! Mulai saat ini, aku tidak akan menganggapmu sebagai kakakku! Aku bersumpah untuk itu!"

"Itu lebih baik."

Solar terdiam ketika mengingat itu. Itu pertama kalinya Halilintar mengarahkan pedang padanya, yang mana saat itu langsung membuatnya demam dimalam hari karena takut.

"Dulu Arter pernah mengarahkan pedangnya padaku, hingga aku ketakutan dan menjauh darinya."

"Anda juga? Saya pikir hanya saya." Luke berbicara dengan nada terkejut.

"Saat itu Arter sedang berlatih, dan saya mengganggunya, karena itu ia menggores leher saya dan juga bagian bawah mata saya karena marah."

Itu lebih menyeramkan, batin Solar seram.

"Meski begitu kau tetap baik dan dekat dengan Arter? Dia kan sudah menyakitimu," ucap Solar.

"Hem, bagaimana saya menjelaskannya? Kami cukup dekat sepertinya, mengingat Halilintar bahkan tidak membunuh saya meski saya sering mengejek dan menjahilinya hahaha.."

Luke tertawa. "Tapi meski saya sering bercanda dengannya, ia bahkan tidak tersenyum ataupun tertawa."

"Tapi tadi Arter tertawa kecil dan tersenyum tipis! Itu benar-benar hal yang aneh!"

Solar mengangguk. "Benar! Dia bahkan tertawa keras saat makan bersama kami!"

"Hahaha Arter tertaw--- APA!? KALIAN MAKAN BERSAMA?!"

"Iya! Kami bahkan sangat terkejut!"

"Astaga! Saya bahkan hanya bisa sekali makan bersama dengan Arter! Itu pun saat pernikahan saya!"

"Benar! Kami juga makan bersama hanya saat ada acara!"

"Dia sangat susah diajak seperti itu! Ia benar-benar lebih suka makan sendiri dibanding bersama! Lalu secara tiba-tiba mengajak makan bersama? Astaga!"

"Tuhkan! Arter itu memang aneh!"

"Saya setuju dengan anda Pangeran!"

Luke dan Solar saling mengangguk, setuju bahwa Arter benar-benar tidak waras saat ini.

Tiba-tiba saja spirit cahaya milik Solar datang, itu adalah spirit cahaya yang ia tugaskan diam-diam untuk mengawasi kediaman Argan.

"Woah, spirit Cahaya yang cantik, Pangeran," puji Luke.

"Terima kasih," Solar tersenyum.

Solar menyentuh spirit itu dan sebuah bayangan pun terlihat dalam pikirannya.

Selama beberapa saat Solar terdiam. Luke juga terlihat bingung karena Solar hanya diam sambil menyentuh spirit kecil yang berterbangan seperti layaknya peri itu.

"Pangeran Arven???"

Luke semakin heran ketika melihat Solar yang tiba-tiba saja meneteskan air matanya.

Beberapa saat kemudian, ia melepaskan kacamata miliknya. Manik silver itu terlihat cantik dengan sinaran kuning keemasan yang menatap serius kearah Luke.

"Luke, bisakah kita memulai latihan kita besok? Datanglah ke istana Rain Crystal rapat jam 10."

"Hem? Mengapa anda menjadwalkannya lebih awal? Kita bisa berlatih bersama 3 hari lagi."

Luke bertanya, namun tetap tersenyum ramah.

"Kenapa tidak?! Lebih cepat lebih baik kan!?"

"Nampaknya anda mendapatkan sesuatu saat anda bersentuhan dengan spirit anda tadi ya?" tebak Luke.

Solar tak bisa mengelak, ia hanya mengangguk.

"Hemm itu adalah semangat yang bagus. Namun nampaknya tidak bisa Pangeran ," jawab Luke.

"Kenapa?? Bukankah kita bisa lebih matang lagi nantinya jika lebih awal?"

Luke tersenyum lalu berdiri dan menghadap ke Solar yang masih duduk.

"Pangeran, saya paham anda sangat bersemangat. Namun saya dan Nona Douter juga memiliki banyak pekerjaan yang harus kami lakukan."

"Kami harus menyelesaikan pekerjaan kami juga supaya rencana ini berjalan dengan baik," lanjut Luke.

"Apa itu benar-benar tidak bisa?" Solar kembali berusaha membujuk.

Luke hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Apa itu berhubungan dengan Arter?"

"Ya."

"Bagaimana jika anda bertanya pada beliau dan secara langsung?"

"Tidak, ia tidak boleh tau ini."

"Baiklah. Kalau begitu mari bertemu 2 hari lagi. Saya akan menemui anda bersama dengan nona Douter."

Solar tersenyum dan mengulurkan tangannya.

"Terima kasih Luke. Dan kau bisa memanggilku Arven atau Solar."

Luke tersenyum senang, lalu menjabat tangan Arven dengan bahagia.

"Tentu Arven, kapan-kapan mainlah ke mansion Nevara. Anda harus melihat keponakan anda juga~" ujar Luke senang.

"Benarkah? Apa aku boleh lihat?" tanya Solar.

"Tentu saja. Mansion kami akan sangat senang jika kedatangan anda," kata Luke.

Solar tersenyum. "Terima kasih Luke. Mohon kerjasamanya ya."

"Tentu Arven, senang bekerjasama dengan anda."

~•~•~•~•~•

"Saya tidak mengerti."

Gopal menatapku serius. "Apa anda yakin dengan itu?"

Aku meletakkan cangkir teh milikku lalu beralih melirik cahaya kecil berwarna merah yang berterbangan disekitarku. Itu adalah peri spirit Petir milikku yang kutugaskan untuk mengawasi Solar.

"Tidak masalah. Seperti yang kukatakan, aku tak ingin kehilangan keluargaku lagi."

Gopal hanya terdiam, tidak bertanya lagi.

Aku tau ia masih khawatir, karena jalan yang akan kami tempuh bukanlah jalan yang mudah. Ini akan berubah menjadi pemberontakan apabila kami gagal menangani masalah ini.

Tapi, bahkan setelah kematian Count Argan, pembunuhan terhadap Ratu Althea dan Yaya juga tetap berhasil.

"Permasalahannya bukan hanya di Count Argan, tapi juga Penyihir Gelap. Jika memang benar bahwa Count Argan bersekutu dengan mereka, akan lebih mudah jika menekan Count Argan."

"Apa yang ingin anda katakan?"

"Count Argan bukanlah dalang sebenarnya dari permasalahan ini."

"Berarti pemberontakan ini bukan rencana asli dari Count Argan?" tanya Gopal.

"Itu yang harus kita selidiki."

Gopal mengangguk dan tak lama kemudian keluar.

Aku terdiam sejenak. Aku sedang keluar untuk memeriksa keadaan istana bersama Dame Holfer.

Aku menghela napasku. Mencoba tenang dalam menyelidi kasus Baron Gill yang ternyata benar-benar diluar dugaan.

Ternyata ada untungnya Kaisar menyuruhku mengawasi kasus ini. Kasus ini cukup membantu rencanaku.

"Aku adalah Al, dan Al adalah aku."

Aku terus berusaha mengatakan kalimat itu berulang kali.

Dewa Elemen. Aku benar-benar ingin bertemu dengannya.

Aku berjalan menuju balkon kamar. Langit malam diluar sana sangat cerah. Bulan besar dengan rangkaian bintang-bintang yang menemani langit malah dengan indahnya.

Semilir angin sepoi menyapu rambut hitamku.

"Wahai Dewa Elemen, jika kau memang mendengarkanku, bisakah kau menjelaskan semua ini?"

"Mengapa aku harus terjatuh ke dunia ini?"

"Mengapa aku harus menjadi Halilintar atau memang aku Halilintar?"

"Kumohon, jika kau mendengarkan, tolong jawab pertanyaan yang ada di pikiranku ini..."

Aku sungguh-sungguh ingin bertemu denganmu, sosok yang membuatku masuk ke dalam dunia fantasi ini.

.
.
.
.
.

To Be Continued

Halo, selamat malam semua~ Ditempat kalian hujan? Ditempat saya hujan dari sore hingga malam ini :)

Btw, Arven mulai penasaran dengan Arter hohoho. Habis permasalah dengan Arven selesai, kita ke sesi Asern dan Arlen, lalu Azer, Axer dan yang terakhir Arzen~

Semoga kalian suka ya dengan chapter kali ini~

See you next chapter ~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro